Sunday, December 21, 2014

Lionel Messi (1): Raja Tanpa Mahkota

Ia merupakan sesuatu di pikiran orang yang tahu sepak bola dan menggilainya; yang juga tidak tahu sepak bola bahkan membencinya; wacana bagaimana seharusnya sepak bola itu dimainkan, bagaimana pesepak bola yang seharusnya. Dia ialah perwujudan dan impian sepak bola itu sendiri, bahkan sebagai simbol, hakikat, atau tujuan permainan.

Ia merupakan sesuatu di pikiran orang yang tahu sepak bola dan menggilainya Lionel Messi (1): Raja Tanpa Mahkota
Dalam lingkup sepak bola, dijuluki manusia setengah yang kuasa.
Inilah cerita wacana seorang satria gol, seorang raja sepak bola. Kita kehabisan kata untuk memuji, membayangkan, atau menggambarkan siapa Lionel Andres Messi Cuccittini itu, kata Gerard Pique. Pujian nan apresiatif, cenderung superlatif. Namun Anda memang akan dicerca dunia andai berani melawan arus.

Membabi buta memujanya? Ya atau tidak bukan masalah. Lagi pula mengapa tidak kalau memang harus? Ada fakta, ada barang buktinya. Pangkal segala si empunya kisah bertumpu pada insan setengah ilahi yang tingginya hanya 169 cm. Seusai mencatat tiga gol ke gawang Espanyol dalam derbi Catalunya, Leo Messi menambah koleksi 21 kali hattrick-nya di Barcelona, begitu fenomenal melihat rangkaian gol-gol kemenangan tuan rumah 5-1.

Golnya ke-400...401...402 lahir semudah membalikkan telapak tangan! Yang perlu diperhatikan, hal ini pun masih akan berlanjut dan berlanjut. Di usia yang masih 27, anak bungsu dari pasangan Jorge Horacio Messi dan Celia Maria Cuccittini itu niscaya terus menambah perbendaharaan golnya entah di angka berapa, syukur-syukur bisa empat digit mirip Pele atau Romario.

Dalam dua tahun terakhir, rekor langsung Messi semakin syur. Pada 2012 beliau menguasai pentas Liga Champion, mulai dari pemegang rekor hattrick terbanyak, beruntun mencetak gol di empat berkelahi sampai bikin lima gol sekali main. Puncaknya di tahun itu Messi menyamai rekor Jose Altafini (AC Milan) sebagai pencetak gol terbanyak Liga Champion (14 gol) yang bertahan sejak 1962/63, serta menggapai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah di Eropa dengan raihan 73 gol semusim dari aneka macam sumber!

Masih kurang? Betul, di saat yang sama status el-pichichi dengan 50 golnya di La Liga semakin membuat orang menggaruk-garuk kepala. Tahun berikutnya, gelar demi gelar masih membasahi reputasinya. Pada Februari 2013, si kaki kidal kelahiran 24 Juni 1987 menggenapkan rekor 300 golnya di Barcelona. Selang sebulan, di 21 partai terus menerus bikin gol di La Liga menuai rekor.

Maret 2014, King Leo ditulis sejarah menjadi pemain yang paling banyak buat trigol di pentas El Clasico, langgar sepak bola reguler paling wahid di dunia. Pada Oktober dia resmi melesakkan 250 gol-nya di La Liga. Sebulan lalu, hattrick ke gawang Sevilla mendongkrak angka 253 gol yang mengundang dentuman sejarah karena menjadi pembuat gol paling banyak di bumi Spanyol.

Gara-gara itu Messi mengubur rekor Telmo Zarraonandia Montoya, striker Athletic Bilbao 1940-55, yang mengoleksi 251 gol. Di ujung November 2014, giliran rekor pencetak gol terbanyak sepanjang zaman di Liga Champion (74 gol) yang disabetnya. Gol, gol, dan gol identik dengan Messi. Dialah jagoan gol terbaik dikala ini.

Ia merupakan sesuatu di pikiran orang yang tahu sepak bola dan menggilainya Lionel Messi (1): Raja Tanpa Mahkota
Luar biasa andal di klub, belum jago di tim nasional.
Dari sisi prestasi juga berada di atas rata-rata pesepak bola, Messi mengantar Barca enam kali juara La Liga, tiga kali Liga Champion, dua kali juara dunia klub, dua kali Piala Super Eropa, dua kali Copa Del Rey, enam kali Supercopas De Espana, Total 21 gelar bersama BlaugranaDi tim nasional, laki-laki Gemini ini menciptakan Argentina menjuarai Piala Dunia ingusan 2005 dan emas Olimpiade 2008 Beijing. Sejauh ini kontribusinya untuk bangsa dan negara hanya sebatas itu.

Tiga Tahun Lagi

Lainnya? Paling banter pernah jadi runner-up Copa America 2007 dan finalis Piala Dunia 2014. Ini penyebab kadar kelegandaannya masih di bawah Diego Maradona setidaknya menurut separo dunia, tapi mutlak di Argentina. Torehan prestasi Messi di klub dan negara amat timpang. Agaknya ia cuma mampu berkarya untuk Barcelona yang dibelanya semenjak 13 tahun.

Tidak apa-apa, bukankah Pele juga begitu, seumur hidupnya hanya main di Santos kemudian ke Cosmos New York dikala uzur? Tapi, sekali lagi, Pele memberi tiga kali Piala Dunia untuk Brasil. Hmm, sudah terperinci di mana terletak 'malu' Messi. Mesti diingat di dunia ini banyak superbintang bahkan legenda yang erat dikenal di gendang indera pendengaran kita tapi kurang sejati, terasa kurang berjiwa alasannya trophyless di Piala Dunia.

Eric Cantona, Ryan Giggs, Andriy Shevchenko, bahkan Johan Cruijff atau David Beckham. Kalau ditarik ulur ke belakang ada Alfredo Di Stefano, Ferenc Puskas, Just Fontaine, Raymond Kopa, dan seterusnya. Abadikah nama-nama mereka? Ya tetap kekal. Namun Pele, Franz Beckenbauer, Maradona, Zinedine Zidane, Ronaldo Nazario, Sir Geoff Hurst sampai Fabio Cannavaro jelas berada di planet berbeda.

Terus terperinci folder Messi seharusnya ada di sini, bersama mereka. Bahkan satu daerah masih 'kosong' disediakan hanya untuk Messi, alasannya dialah yang paling pantas. Kenyataannya lain. Sejarah akan pertanda, apakah kelak Messi hanya berstatus sebagai pendekar bukan legendJika sekarang tahun 1950-1960-an, maka dari Eropa kita akan mengenal Alfredo Di Stefano, Eusebio Ferreira, Raymond Kopa, Stanley Matthews, Bobby Moore, Bobby Charlton dan masih banyak lagi sebagai bintang dunia. 

Ia merupakan sesuatu di pikiran orang yang tahu sepak bola dan menggilainya Lionel Messi (1): Raja Tanpa MahkotaSementara di Amerika Latin muncul Pele, Didi, Garrincha hingga Vava. Namun begitu dipilah jadi legenda sejati, maka seorang juara dunia akan lebih harum. Bobby Moore, Pele, Didi, Vava, Garrincha. Prestasi puncak pesepak bola adalah juara dunia, titel World champion di World Cup! Jika Anda kapten tim yang memenangi World Cup, pasti titel Pemain Terbaik Dunia di tangan Anda. "Kala Anda menjadi juara dunia, otomatis Anda jadi legenda. Di depan orang-orang di seluruh dunia, Anda berbeda. Wow, kami telah berbuat sesuatu: menjadi juara dunia. Kami diarak dua juta orang dikala menuju Colloseum. Kami seperti di cerita Maximus Decimus. Sesudahnya aku merasa tak mirip pemian biasa," kata Fabio Cannavaro - kapten Italia di Piala Dunia 2006.

"Lalu ketika aku memenangkan titel Pemain Terbaik Dunia, tak satupun orang yang protes," lanjut si anak Napoli bernama Muro di Berlino (Tembok Berlin). Inilah pencapaian Cannavaro, yang sayangnya belum bisa dirasakan Messi. Dibanding kemampuan dan kelihaian Messi, maaf, siapalah Cannavaro? Tapi, itulah, fakta yaitu fakta. Barangkali kini ini status Messi seperti seorang raja yang belum boleh duduk di singgasana kebesaran, atau dilarang memakai mahkota. Jika kesempatan selalu jadi harapan, maka satu-satunya jalan meraihnya ada pada Piala Dunia 2018 di Rusia. Saat itu Lionel Messi sempurna 31 tahun, usia yang belum bau tanah-tua amat buat ukuran megabintang.

Messi ialah satu-satunya pesepakbola sejagat yang meraih FIFA/Ballon d'Or sebanyak empat kali. Wajar. Tiada yang bantah jikalau ia megabintang kini ini. Lionel Messi yaitu kapten tim nasional, mirip Bobby Moore, Franz Beckenbauer, Maradona, atau Cannavaro. Bahkan Messi berpotensi lebih besar dari Pele yang tak pernah jadi kapten nasional.

Sayangnya, bak sayur tanpa garam, pencapaian Messi masih status quo. Keajaiban Messi hanya berdampak bagi Barcelona atau daerah Eropa. Bukan kepada Argentina atau lingkup dunia. Ingat, prestasi tertinggi pesepak bola ialah juara dunia. Meski makin sempit, masih ada waktu buat Messi untuk melengkapi statusnya sebagai legenda sejati sepak bola. Tunggu tiga tahun lagi... di Rusia, tidak mampu tidak.

(foto: pinterest/mirror/time/walesonline)

0 comments:

Post a Comment