Monday, December 15, 2014

Liga Indonesia 2015: Bagaimana Menciptakan Jadwal Kompetisi Yang Baik Dan Benar?

Di Inggris, tidak akan pernah ada ceritanya Arsenal dan Tottenham, Liverpool dan Everton, atau Manchester United dan Manchester City menjadi tuan rumah di pekan yang sama. Itu ialah enam klub dari tiga kota besar di Inggris yang punya basis massa terkuat di mana gesekan pendukungnya amat sensitif dan berisiko tinggi.
 tidak akan pernah ada ceritanya Arsenal dan Tottenham Liga Indonesia 2015: Bagaimana Membuat Jadwal Kompetisi Yang Baik dan Benar?
Semuanya telah diatur dengan rapi oleh operator liga, The Premier League. Padahal tuntutan khalayak media massa, televisi, pemasang iklan, sampai klub-klub, agenda tersebut harus secepat mungkin biar mereka bisa mengatur kegiatan bisnisnya ke depan. Bahkan mereka terbiasa menyusun agenda sah sebelum hasil playoff di divisi tertentu selesai.

Harus diakui, dalam mengkompilasi finalisasi agenda pertandingan, sang operator jadwal terpaksa menggunakan beberapa persyaratan khusus (golden rules) antara lain: setiap klub tidak boleh main tiga kali beruntun di kandang atau tandang, setiap lima partai harus berisi tiga berkelahi sangkar dan dua tubruk tandang; atau bisa juga sebaliknya. Tujuannya agar pendapatan reguler klub-klub dari tiket masuk bisa dipastikan sehingga menjamin cash-flow dari sisi finansial mereka. Juga menolong lapangan dan rumput mereka agar tidak cepat rusak, serta membantu para suporter tidak terlalu sering berpergian.

Aturan lebih spesifik lagi diberlakukan untuk langgar-adu derbi. Klub macam Arsenal dan Tottenham, atau Everton dan Liverpool - di mana stadion mereka hanya berjarak sekitar 4-5 km - dan juga beberapa klub lainnya, bisa melakukan deal saling pengertian, misalnya siapa dulu yang akan menjadi tuan rumah, menyangkut dengan kepentingan lingkungan sekitar.

Liga Indonesia
 tidak akan pernah ada ceritanya Arsenal dan Tottenham Liga Indonesia 2015: Bagaimana Membuat Jadwal Kompetisi Yang Baik dan Benar?
Belakangan di Indonesia kesadaran betapa ruwetnya bikin agenda mulai dipahami. Pekerjaan membuat acara kompetisi sepak bola dapat diibaratkan mengelola restoran. Mengetahui animo para tetamu yang tak kunjung henti, telpon yang terus berdering, atau tumpukan daftar pesanan makin meninggi, maka sang koki sudah pasti akan menyuruh aneka juru masaknya untuk menyiapkan banyak sekali hidangan gres.

Jangan sampai tamu menunggu lama! Begitu pun tugas fixture-maker itu. Mereka tahu, urusan jadwal melebar ke mana-mana, berdampak dahsyat dan signifikan. Beragam kepentingan bercokol di dalamnya. bukan saja buat klub namun juga televisi, agensi pemasang iklan, pemerintah tempat, kepolisian, seluruh vendor klub, perusahaan aparel, media-media, jurnalis, pemilik klub, manajer, para pemain, penonton, sampai pedagang kuliner-minuman. Pendek kata, kita semua!

Yang terjadi di Indonesia jangan ditanya lagi. Sebagai pengelola kompetisi yang tertinggi di Tanah Air, pelayanan PT Liga Indonesia masih sangat mengecewakan banyak pihak. Di musim 2014, perkara paling menonjol yang berkenaan dengan jadwal yakni penundaan tabrak secara tiba-tiba, bahkan yang sekelas big-match sekalipun. Masih ingat penundan Persija vs Persib gara-gara pemilihan legislatif, April 2014?

Mulai dari pemain, instruktur, wasit, sponsor, pemasang iklan, stasiun TV, hingga penonton atau pendukung klub semua dirugikan. Milyaran uang melayang percuma, dan ini tidak sekali-duakali terjadi, namun berkali-kali. Jika tidak ditunda, pergeseran jam kick-off juga mampu muncul secara tiba-datang. Bayangkan jikalau jadwalnya molor, atau parahnya lagi salah hitung sat membuatnya sehingga di tengah jalan kompetisi jadi berserakan tidak karuan. Banyak partai tunda. Banyak pemain cedera. Banyak kerusuhan antar suporter. Persiapan timnas amburadul. 
 tidak akan pernah ada ceritanya Arsenal dan Tottenham Liga Indonesia 2015: Bagaimana Membuat Jadwal Kompetisi Yang Baik dan Benar?
Ujung-ujungnya, ini yang parah, pengeluaran maupun pendapatan klub juga bisa kolaps. Padahal kasus ini tidak bakal terjadi apabila PT. Liga Indonesia punya persiapan prima saat menciptakan acara liga dengan penuh perhitungan, ketelitian, kesabaran. Selain itu dalam menyusun jadwal, seseorang atau tim tidak saja butuh memahami sepak bola nasional, tapi juga kedalaman, pengetahuan serta wawasan luas sepak bola global dan regional.

AFC selalu punya kalender resmi, begitu juga FIFA. Ada waktunya laga itu jadi panggungnya AFC, misalnya Liga Champion Asia atau Piala AFC. FIFA pun telah menginstruksikan pemain tim nasional di seluruh dunia dalam waktu tertentu di tiga-empat bulan (Maret, Juni, September, November), harus kopi darat berlatih dan menggelar laganya.

Di Indonesia, variabel untuk menciptakan jadwal sangat kompleks. Selain hari libur nasional, yang paling spesial yakni bulan pahala (Ramadhan), serta waktu-waktu khusus di kawasan semisal festival, HUT daerah, acara kesenian dan masih banyak lagi. Melihat kasus yang terjadi selama 2014, boleh jadi PTLI mengabaikan keterkaitan satu sama lainnya. Padahal melihat isi kalender di demam isu 2015 jauh lebih kompleks lagi.

Membuat acara liga tidak sembarangan sebab sebisa mungkin harus berpikir komprehensif. Mau tidak mau, PTLI harus berbenah biar tidak mengecewakan banyak pihak lagi. Sukses tidaknya Liga Super Indonesia 2015, sebagai kala baru kompetisi profesional di Indonesia, bisa dilihat dari kredibilitas dalam menyusun jadwal kompetisinya.

(foto: paddypower/electronicpricex.blogspot/klubpersipura.blogspot)

0 comments:

Post a Comment