Saturday, September 4, 2004

Arsenal The Invincibles (2): Legalisasi Brian Clough

Senin, 20 September 2004, Eropa dikejutkan dengan wafatnya legenda sepak bola Inggris Brian Clough (lahir 21 Maret 1935). Kabar duka cuma beberapa jam sebelum duel Manchester United vs Liverpool digelar di Old Trafford. Untuk itu, seluruh pemain pun mengenakan pita duka cita berwarna hitam, dan sebelum memulai permainan, sebanyak 67.857 yang menjejali Theatre of Dreams diminta mengheningkan cipta untuk menghormati si Genius of Football.
 Eropa dikejutkan dengan wafatnya legenda sepak bola Inggris Brian Clough  Arsenal The Invincibles (2): Pengakuan Brian Clough
Saat bersamaan, Arsene Wenger juga siap menyaksikan duel Derby of England tersebut lewat layar beling. Tiba-datang, ia kurang konsentrasi menyimak tabrak dua pesaing Arsenal itu, alasannya adalah yang dipikirkannya adalah Brian Clough. "Saya bergotong-royong tidak pernah menemui Brian Clough. Tetapi saya tahu beliau yakni pria sangat istimewa dengan metode sangat istimewa dalam menangani tim," saya Wenger lirih.

Bisa jadi, penyesalan Wenger lebih diakibatkan oleh terhapusnya nama Brian Clough sewaktu membawa Nottingham Forest mencatat rekor 42 kali tak terkalahkan. Di Highbury, tiga pekan sebelum kematiannya, The Master Manager menyaksikan dengan mata kepala sendiri, rekor baka ternyata fana. Arsenal menggebuk Blackburn Rovers 3-0, dan rekor 43 kali pun muncul sekaligus merelakan namanya dikubur oleh Wenger.

"Saya pikir mereka tak akan terkalahkan," demikian pengakuannya pada program Five Live Breakfast. "Tentu, alasannya Arsenal ditangani orang Prancis, Wenger, banyak orang Inggris yang tak suka pada orang Prancis, beliau sungguh-sungguh andal, manajer yang hebat".

 Eropa dikejutkan dengan wafatnya legenda sepak bola Inggris Brian Clough  Arsenal The Invincibles (2): Pengakuan Brian CloughClough mengakui amat kecewa rekornya yang sudah 25 tahun putus. Eks pemain legendaris Middlesbrough itu juga benci rekor Forest di abad 1970-an disetarakan Arsenal. "Saya harus akui, sebab banyak yang tak suka Arsenal, namun mereka brilyan!" ucapnya penuh tawa saat itu.

Uniknya dalam suatu kesempatan, di mata mendiang berjuluk Genghis Khan of the East Midlands itu bukan Wenger yang dipujinya sebagai manajer berkualitas, tapi Jose Mourinho! Memang banyak yang menyamakan dirinya dengan orang Portugal yang menangani Chelsea tersebut. Apalagi jikalau bukan soal disiplin, ambisi dan kemauan keras termasuk tak mau diatur pemain.

"Saya hampir mirip dengannya dikala muda," aku eks pemain yang mencetak 204 gol di 222 partai liga bersama The Boro antara 1955-61 itu mengenang era mudanya. Ah, sudahlah Brian. Sekarang selamat tidur panjang sang jenius...

Related Posts:

  • Renaissance Liverpool (4): Memahami Luis Suarez Kontroversial merupakan elemen terpenting yang menciptakan permainan terindah di bumi ini menjadi menarik, hidup, alamiah. Sebagai panggung institusi, sejak dulu sepak bola selalu berisikan tim yang di dalamnya mengandung un… Read More
  • Renaissance Liverpool (2): Kohesi Sempurna 3 Predator Ini yaitu serentetan trilogi mana periode Liverpool berubah menjadi menjadi kesebelasan yang paling lezat ditonton, menghibur, genit, menggemaskan, penuh gairah di mana romantisme dan keganasan bersatu padu. Jangan lagi Anda… Read More
  • Renaissance Liverpool (3): Rahasia Kehebatan Sas Patah tumbuh hilang berganti. Dalam dua dekade sebelumnya, The Kop selalu punya duet legendaris dalam sejarah Premier League mereka. Namun apa boleh buat, di isu terkini yang tinggal sebulan lagi akan usai, rekor dan nama me… Read More
  • Lionel Messi (1): Raja Tanpa Mahkota Ia merupakan sesuatu di pikiran orang yang tahu sepak bola dan menggilainya; yang juga tidak tahu sepak bola bahkan membencinya; wacana bagaimana seharusnya sepak bola itu dimainkan, bagaimana pesepak bola yang seharusnya. D… Read More
  • Renaissance Liverpool (5-Habis): 5 Pasal Brendan Rodgers Sebuah revolusi yang sedang berlangsung di bumi Merseyside, yang bertetanggaan dengan negeri Wales, menyisakan empat adu lagi. Sanggupkah Liverpool mengentaskan impiannya, merebut titel ke-21, setelah 24 tahun? Cara ker… Read More

0 comments:

Post a Comment