Monday, February 23, 2009

Anglo-Italian Ii: Top 10 Wins Over The English!

Buat Italia, sepak bola Inggris yaitu sebuah obsesi dan ikon rivalitas. Walau di satu sisi mereka mengklaim Julius Caesar yang mengenalkan sepak bola ke Britania, tapi pada sisi lain, budaya calcio Italia juga mengakui Inggris sebagai tanah air sejati sepak bola yang memicu berkembangnya permainan sepak bola modern di negeri mereka. Yang menarik, sejalan dengan peredaran waktu, efeknya jadi serius. Orang-orang Italia berubah impulsif jikalau harus bicara atau meladeni gaya Inggris. Pada dasarnya, Italia lebih suka langgar dengan Brasil atau Jerman sekalian daripada ketemu Inghilterra.

Pasalnya budaya sepak bola Italia mencap gaya Britania sebagai momok seram, minimal bikin puyeng dan capek meladeninya. Lucunya, orang Inggris pun mencicipi hal yang sama. Ada dua lawan yang paling dibenci bangsa Inggris: Jerman dan Italia! Bek dan kiper Italia paling gedeg sekaligus jiper dengan umpan lambung atau crossing dari sayap kiri dan kanan ke gawang mereka. Sedangkan para penyerang Italia paling sebal bertemu bek-bek Inggris yang suka hantam kromo dan dianggap main tidak pake otak. Mengalahkan Inggris jadi kemenangan sejati. Lebih sejuk rasanya dari menghantam Argentina, Prancis, atau Belanda. Apalagi bila terjadi di rumah mereka. Lebih afdol lagi, jikalau kemenangan itu juga menciptakan imbas jelek nan menikam bagi tim-tim Inggris.

Ini yang bikin lakon bentrok lapangan hijau Anglo-Italian di manapun, kapan pun serta dalam bentuk apa pun, selalu dianggap prestisius oleh bangsa Italia. Walau kesuksesan mengatasi Inggris kerap lahir dari cara-cara yang kurang fair, bagi mereka itu bukan soal besar. Kultur sepak bola Italia menganggap hal-hal kontroversial, politis, dan bahkan unsur klenik, sebagai bab dari sepak bola itu sendiri. Berikut ini 10 duel terbaik menaklukkan Inggris yang dianggap majalah Calcio Italia paling top sepanjang kala.

10. ARSENAL 0-1 FIORENTINA (Wembley, London, 27 Oktober 1999)

 sepak bola Inggris adalah sebuah obsesi dan ikon rivalitas Anglo-Italian II: Top 10 Wins Over The English!Kesalahan pasukan Arsene Wenger adalah tak memaknai utuh kesaktian Gabriel Batistuta yang punya genjotan kaki kanan mematikan. Intersep Joerg Heinrich di menit 74, tak segera stop The Gunners. Menjelang kotak penalti, ia memberi umpan ke kanan pada Batigol, yang rada renggang dari kawalan Nigel Winterburn. Dengan tenaga mumpuni, Bati melaju, unggul sedetik, kemudian melesakkan bola ke atas kepala David Seaman dari sudut sempit! Kekalahan ini amat menyesakkan lantaran La Viola cuma punya tiga peluang, sedangkan Arsenal memiliki sembilan peluang untuk mencetak gol. Dampaknya, Arsenal tersingkir dari Grup B Liga Champion 1999/2000. Fiorentina dan Barcelona lolos.

(foto: latestanelpallone)

9. INGGRIS 0-1 ITALIA (Wembley, London, 12 Februari 1997)

 sepak bola Inggris adalah sebuah obsesi dan ikon rivalitas Anglo-Italian II: Top 10 Wins Over The English!Penyisihan Piala Dunia 1998 Grup 2. Sebanyak 75.055 pasang mata di Wembley jadi saksi kehebatan Gianfranco Zola, attacanti Gli Azzurri yang jadi idola Chelsea. Baru 18 menit, sebuah umpan jauh dari Billy Costacurta digapai Zola. Lewat akselerasi indah, ia menjemput bola, membawa ke kanan untuk membuka ruang. Graeme Le Saux terus mengejarnya. Tapi Zola terus meliuk-liuk. Di detik terakhir hadangan kaki Sol Campbell menghampiri, dia melepaskan tembakan. Bola malah melenting dan bikin kaget Ian Walker. Jala Inggris bergetar. Untungnya kekalahan ini tak melahirkan efek buruk bagi timnya Glenn Hoddle. Three Lions tetap lolos ke Prancis. Namun bagi allenatore Cesare Maldini sungguh fenomenal di saat-dikala awal memimpin Azzurri: menang di Wembley, dan anaknya, Paolo, ikut main!

(foto: ansa)

8. INTER 3-0 LIVERPOOL (Giuseppe Meazza, Milano, 12 Mei 1965)

 sepak bola Inggris adalah sebuah obsesi dan ikon rivalitas Anglo-Italian II: Top 10 Wins Over The English!Semifinal II Liga Champion 1964/65 menjodohkan dua pelatih legendaris, Hellenio Herrera dan Bill Shankly. Inter adalah juara bertahan. Sedang Liverpool debutan yang mimpi menjadi klub Inggris pertama peraih juara Eropa. Laga awal 4 Mei, Liverpool menang 3-1. "Malam ini kita kalah tapi belum mengalah!" kata Herrera yang meninggalkan bahaya. Benar saja. Pada duel di Milano, Inter unggul cepat 1-0 via Corso (8'). 

Namun gol kedua amat kontroversial. Saat kiper Tommy Lawrence mau menangkap bola, Joaquim Peiro berdiri dari cedera di belakang gawang. Ia merebut bola dan melob bola ke gawang kosong. Gol! Liverpool protes berat, tapi tak digubris wasit Spanyol Ortiz Mendibil. Gol emas dibuat Giacinto Facchetti (62'). Setelah itu, Herrera memerintahkan untuk 'mematikan' permainan. Pers Italia menamai berkelahi ini E'l Astuzia di Peiro atau 'Buah Kelicikan Peiro'.

(foto: wikiwand)

7. ROMA 3-1 CHELSEA (Olimpico, 4 November 2008)

 sepak bola Inggris adalah sebuah obsesi dan ikon rivalitas Anglo-Italian II: Top 10 Wins Over The English!Jangan disangka, duel klasik Anglo-Italian selalu dari zaman baheula. Duel ini dari matchday 4 Liga Champion trend ini. Setelah kalah 0-1 di sabung sebelumnya, pelatih Luciano Spalletti kian faham dengan gaya Chelsea di tangan Luiz Scolari. Spalletti juga jeli melihat celah kondisi kapal Chelsea yang sedang oleng di Premier League. Tapi sebelum bikin sajian pembalasan, Spalletti minta syarat pada pemainnya: segera temukan kembali confidenza, akidah diri. 

Rupanya ini dipenuhi. Hasilnya, melodi main Roma jadi beda serta mengacaukan resep racikan Scolari. Dengan dua golnya, Mirko Vucinic jadi bintang. Benar, kedua tim tetap lolos ke babak knock-out, tapi setidaknya telah mengubah skenario asli Chelsea di Liga Champion.

(foto: boxofficefootball)

6. ITALIA 1-0 INGGRIS (Comunale, Torino, 15 Juni 1980)

 sepak bola Inggris adalah sebuah obsesi dan ikon rivalitas Anglo-Italian II: Top 10 Wins Over The English!Grup 2 Piala Eropa 1980. Italia ditahan 0-0 oleh Spanyol pada tubruk awal di Milano. Begitu pun Inggris. Gol Ray Wilkins di menit 26, disamakan Jan Cuelemans hanya selang empat menit. Italia vs Inggris ada di berkelahi kedua. Italia harus menang, dan mereka menang. Duel ini berkesan bagi Azzurri lebih banyak dikarenakan faktor Marco Tardelli. Dia yang mematikan gerakan kapten Inggris sang superstar Kevin Keegan. Dan Tardelli pula yang mencetak gol emas di menit 79. 

Hebatnya lagi, skuad Enzo Bearzot bermain ala Inggris: menyerang full dari sayap! Pada adu terakhir, Inggris menang atas Spanyol 2-1, sedang Italia menahan Belgia 0-0. Klasemen akhir: Belgia 4, Italia 4, Inggris 3, Spanyol 1. Terbukti sudah, menang dari Inggris jadi kunci sukses.

(foto: theguardian)

5. JUVENTUS 3-0 MANCHESTER UNITED (Comunale, Torino, 3 November 1976)


Karena hanya menjadi runner-up Serie A di bawah Torino, La Vecchia Signora harus tampil di level kedua kejuaraan Eropa. Tapi jadi bernasib baik alasannya membuahkan kepuasan hebat. Di kala ini Piala UEFA masih bergengsi. Dan di animo 1976/77 para pesertanya tidak main-main. Ada Ajax, Bayern, Barcelona, Inter, Red Star, AC Milan, Celtic dan Feijenoord. Namun yang paling diperhitungkan Juve yakni rombongan Inggris: Manchester City, Derby County, Queens Park Rangers dan Manchester United. 

Di babak awal, Roberto Bettega cs. berjuang keras mengatasi City.Juventus unggul agregat 3-1 (0-1 dan 3-0). Di babak kedua, skuad Giovanni Trapattoni terbang lagi ke Manchester bertemu Red Devils. Hasilnya sama! Kalah 0-1 dan menang 3-0! Menyingkirkan klub berpengaruh Inggris bikin Juve jadi percaya diri. Pada risikonya mereka meraih titel sesudah di tamat mengatasi Athletic Bilbao.

(foto: lagareliadelfutbol)

4. MILAN 2-1 LIVERPOOL (Olympiakos, Athena, 23 Mei 2007)

 sepak bola Inggris adalah sebuah obsesi dan ikon rivalitas Anglo-Italian II: Top 10 Wins Over The English!Ini ulangan simpulan 2005. Kalah tragis di Istanbul, masih menohok skuad dan fan Rossoneri sedunia. Jelang final, orang menunggu apa respon AC Milan mengatasi syok. Media massa di Italia merancang skenario di akhir II. Membedah seni manajemen Carlo Ancelotti, ternyata mesti menunggu hingga kick-off. Jawaban itu ada di Ricardo Kaka! Don Carletto kali ini memainkan il Pippo di depan sendirian, mematok Gattuso-Ambrosini untuk meladeni duet Alonso-Mascherano. 

Harapan terbesar ada di duo lainnya, Pirlo-Seedorf. Hasilnya paten. Kaka jadi leluasa berkreasi! Filippo Inzaghi jadi satria dengan dua golnya. Semenit mau usai, Liverpool back to game gara-gara gol Dirk Kuijt. Tapi Milan telah bersumpah ogah terperosok dua kali ke lubang yang sama. Dan Rossoneri pun membayar dendamnya dengan lunas!

(foto: acmi1899)

3. INTER 3-0 ASTON VILLA (Giuseppe Meazza, Milano, 7 November 1990)

 sepak bola Inggris adalah sebuah obsesi dan ikon rivalitas Anglo-Italian II: Top 10 Wins Over The English!Laga ini dianggap lebih fenomenal dari bentrok Milan vs Liverpool. Laga di babak kedua Piala UEFA ini memang dramatis. Kalau Inter tak bisa mengatasi Aston Villa, maka tidak mungkin ada gelar Piala UEFA. Pada adu di Villa Park, Inter diacak-acak duet David Platt-Tony Cascarino sebelum kalah 0-2. Padahal instruktur Giovanni Trapattoni memainkan trio juara dunia 1990: Lothar Matthaeus, Juergen Klinsmann dan Andreas Brehme.

Namun di sabung kedua ceritanya terbalik. Tiga gol dari Klinsmann, Nicola Berti, dan Alessandro Bianchi mengubur keinginan Aston Villa. Gilanya, gol ketiga Inter lagi-lagi kontroversial. Bola lambung Fausto Pizzi sebelum dihajar Bianchi, terlihat jelas sudah out. Berbekal super comeback, Inter terus melaju sampai ke tamat dan membungkam AS Roma.

(foto: myinteraltervista.org)

2. INGGRIS 0-1 ITALIA (Wembley, London, 11 November 1973)

 sepak bola Inggris adalah sebuah obsesi dan ikon rivalitas Anglo-Italian II: Top 10 Wins Over The English!Superstar bentrok Anglo-Italian kali ini tak disangka-sangka. Dia yaitu Fabio Capello, yang kini menjadi pelatih nasional Inggris! Aksi Capello menampar negeri penggerak sepak bola modern. Ironisnya reputasi Capello 'dibantu' Peter Shilton. Di berkelahi friendly yang dihadiri 88 ribu orang di Wembley, satu crossing Giorgio Chinaglia dari sisi kiri gagal diamankan Shilton. Umpan sepele itu malah lepas. Capello yang ada di depan gawang lezat sekali, tinggal mencocor bola ke jala. Celakanya, gol ini terjadi di menit 87. 

Ironi yang kedua, partai ini yakni tubruk terakhir bagi dua legenda sepak bola yang menimbulkan Inggris menjadi juara dunia 1966. Mereka yakni kapten nasional paling kharismatik, Sir Bobby Moore, yang mengakhiri caps-nya yang ke-108 kali, serta Martin Peters.

(foto: gazzettaworld)

1. LIVERPOOL 1-2 GENOA (Anfield, 18 Maret 1992)

 sepak bola Inggris adalah sebuah obsesi dan ikon rivalitas Anglo-Italian II: Top 10 Wins Over The English!Laga yang jadi juara sejati tajuk Wins Over The English! Sekilas memang kurang sreg. Namun ditelaah lebih dalam, ada benarnya. Partai ini sakral bukan dari soal menangnya Genoa di Anfield dan di Marasi. Lebih ke politis, soal hati. Inilah pembalasan pertama rakyat Italia pada Inggris. Anda akan mengerti kalau diingatkan soal Tragedi Heysel 1985 di Brussels. Terbunuhnya 39 Juventini oleh suporter Liverpool dianggap sebagai peristiwa nasional. Itu menyatukan Italia.

Kalau hal itu terjadi di Amerika Latin atau Afrika, bisa jadi dua negara itu langsung perang. Waktu Tomas Skuhravy, Carlos Aguilerra, atau Branco berduel dengan Liverpool, Grifoni juga didukung serta didoakan satu Italia! Dan makbul, Liverpool keok 0-2 dan 1-2 di perempat simpulan. Sayang Genoa dibekuk Ajax di semifinal. Namun tumbangnya ikon Liverpool oleh sebuah klub tertua di Italia ini dianggap sebagai simbol hegemoni Italia atas Inggris hingga sekarang. Laga itu dijadikan bukti bahwa Julius Caesar-lah yang memang mengajarkan sepak bola pada bangsa Inggris! Luar biasa.

(foto: dailypost)

Saturday, February 7, 2009

Obsesi Sang Legenda

Alexander Chapman Ferguson CBE alias Sir Alex Ferguson (SAF), yaitu kolektor medali dan trofi yang jumlahnya sulit ditiru instruktur manapun di seluruh Britania Raya, bahkan barangkali di dunia. Bicara soal kepuasan di sepak bola, barangkali sulit mengalahkan apa yang telah dirasakannya.

Alexander Chapman Ferguson CBE alias Sir Alex Ferguson  Obsesi Sang LegendaIa punya penyesalan selama 22 tahun melatih Manchester United. Artinya dari beliau berusia 45 sampai kini 67 tahun. Sekilas tak bekerjasama dengan bola. Namun baginya tetap terkait. Musik! Dan ini rada menyiksa dikenang karena menyangkut idolanya: Frank Sinatra! Di simpulan 2008, Fergie meratapi gagal menghadiri ajakan penyanyi berjuluk The Voices sekitar 10 tahun silam. Yang jadi penyebabnya sebab Manchester United kalah dari Charlton Athletic 0-1 di Selhurst Park, April 1989. 

Dia eksklusif bad mood, malas bertemu siapa saja lalu ikut rombongan bus dan pulang ke rumah. Padahal ketika itu Sinatra - yang tengah konser di London - mengundangnya bertemu. Penyesalan ini yang terbesar melebihi kegagalannya menerima Paul Gascoigne atau Paolo Di Canio. Namun sejarah juga mencatat, tanpa Gazza dan Di Canio, United tetap berjaya dan nama Ferguson ikut digdaya dua dekade lalu.

Tapi khusus Sinatra, ia mengaku kalah dan salah. Ternyata itu kesempatan satu-satunya bagi Ferguson alasannya pada 14 Mei 1998, penyanyi legendaris itu meninggal dunia. "Anda tak bisa mengalahkan Sinatra. Saya benar-benar diundang dia untuk jamuan makan di suatu malam," ungkap eks striker Queens Park, Dunfermline, Glasgow Rangers, dan Ayr United ini. Selain hebat siasat dan memotivasi, dia juga dikenal sebagai penggemar musik fanatik. Suaranya tidak mengecewakan anggun, setidaknya untuk ukuran di pesta-pesta. Di setiap program United, beliau pasti menyanyi. Apa lagunya, mudah ditebak, apalagi jika bukan lagu-lagunya Frank Sinatra.

Soal Piano

Musik jadi hal terpenting kedua sehabis sepak bola. Artinya sesudah Manchester United adalah Frank Sinatra. Sudah bukan rahasia lagi, selain Sinatra, Ferguson menyukai barisan penyanyi jadul mirip Nat King Cole, Matt Monroe, dan Dean Martin. Namun beliau juga menggemari penyanyi yang rada modern mirip Annie Lennox dan Mick Hucknall. Tatkala bernyanyi, Ferguson selalu berpikir beliau seorang penyanyi yang manis. Lagu andalan selain My Way yakni Sweet Lorraine milik Nat King Cole. Dia kerap menyanyikan lagu ini di peternakannya sambil menunggu sapi-sapinya pulang ke sangkar.

Makanya, jangan sesekali mengadu pengetahuan wacana Sinatra dan Nat King Cole dengannya. Lalu, apalagi setelah sepak bola dan musik? Barangkali ini juga banyak yang tahu. Balap kuda dan penikmat wine. Makara, tolong, jangan dianggap hidup Ferguson melulu terobsesi dengan United. Tidak. Kebun anggurnya di Skotlandia luas, dan dia juga pemilik Rock of Gibraltar, salah satu kuda balap terbaik di dunia yang bernilai 2,5 juta pound.

Gara-gara kuda ini, di 2004 Fergie pernah ribut dengan John Magnier, pemilik United terdahulu. Pasalnya, Rock of Gibraltar - yang dimiliki bareng dengan Susan, istri Magnier - dijadikan isu sekaligus dalih untuk menekan kepemimpinan anak Alexander Beaton Ferguson dan Elizabeth Hardie ini di Old Trafford Empire.

Kegemaran Fergie pada musik juga mengungguli hobi lainya: golf. Ini maklumi lantaran semenjak kecil dia dicekoki orang tuanya sebuah piano dan biola. "Tapi kini untuk main piano, kayaknya saya butuh tutor. Bukan untuk jadi jago, tapi sekedar mampu saja. Saya sudah coba berkali-kali, tapi tetap mentok!" aku laki-laki Capricorn kelahiran 31 Desember 1941 ini. Persahabatannya dengan Mick Hucknall, pentolan grup musik Simply Reds, juga menarik perhatian.

Diceritakan bahwa saat Alex Ferguson menjamu Hucknall di sebuah restoran Italia di Manchester, terjadi momen yang tak terduga. Kala itu sehari menjelang duel Liga Champion antara United dan Bayern Muenchen. Keduanya datang 15 menit sebelum restoran buka resmi. Namun 15 kemudian tiba rombongan Muenchen, yang juga telah pesan kawasan. Melihat Hucknall dan juga Ferguson, mereka bak kejatuhan bintang. Walau sadar orang bau tanah yang satu itu bakal menjadi musuh, mereka tak perduli, dan, minta berfoto bareng!

Masa Obsesif

Di luar bola, Ferguson ialah langsung yang sangat hangat. Dia sadar, hidupnya dihabiskan oleh dan untuk sepak bola, sehingga pada situasi lepas, orang akan kaget melihat humanitas orisinil Ferguson. Berbeda jauh dengan aksara kerasnya di pinggir lapangan. 

Fergie bahagia berguyon atau tertawa terbahak-bahak dengan gelas anggur di tangannya. Hucknall mengakui, selain pantas dijadikan sobat yang menyenangkan, Ferguson punya naluri besar lengan berkuasa sebagai ayah di mana saja. "Saya bangga mampu akrab dengannya sejak usang," saya penyanyi berambut kriwil itu. 

Alexander Chapman Ferguson CBE alias Sir Alex Ferguson  Obsesi Sang LegendaDi usia menuju kepala tujuh, lelaki yang lihai bergaul dan penuh perhatian ini mulai banyak mengurangi kegiatan di luar bola, kecuali yang wajib: liburan bersama Cathy Holding, perempuan anggun yang dinikahinya sejak 1966. "Ini salah satu periode di mana saya terobsesi dengan segalanya. Pulang ke rumah lewat tengah malam, tapi masih dengan segudang duduk perkara," tuturnya ikhlas.

"Saya harus terlibat apapun di klub. Maka di rumah pun aku seringkali menelpon para pemandu talenta dan staf klub. Kalau itu tetap saya lakukan, barangkali diri aku sudah rusak sejak dulu. Saya coba lepaskan itu bertahap, dan dikala itulah aku mulai membeli beberapa ekor kuda," lanjut Ferguson suatu kali pada MUTV.

Kedatangan Arsene Wenger dan meroketnya Kevin Keegan sebagai instruktur muda, mulai menjepit aneka macam ambisinya. Di sekitar 1998, ketika perseteruannya tengah memuncak, Wenger pernah menohoknya namun anggun untuk mengingatkannya dengan ucapan: "Pulanglah ke rumah dan lihatlah wajah istri anda di pagi hari!" Gayung bersambut. "Kamu memang terlalu banyak obsesi," sungut Cathy.

Sejak dikala itulah, Ferguson mengakibatkan musik, kuda, anggur, dan golf sebagai sarana liburannya. Sedikit demi sedikit beliau mulai memutar enerjinya dari Manchester United untuk itu. "Saya tidak akan termakan dengan segala sesuatu yang terjadi di Old Trafford." Sukses, uang, dan ketenaran kerapkali memang mampu mengubah adab orang.


ALEX FERGUSON dan FRANK SINATRA

I Get a Kick Out of You - Sebagai pandangan baru keributannya dengan David Beckham lewat lakon lemparan sepatu?
Send in the Clowns - Sindiran untuk Manchester City, yang selama 22 tahun, memiliki 17 manajer?
New York (e), New York (e) - Gaya calypso untuk mengelu-elukan Dwight Yorke?
Mack the Knife - Atribut untuk mantan asistennya, Steve McClaren?
My Way - Metafora dirinya (Old Reds) sebagai Sinatra (Ol' Blue Eyes).

(foto-foto:dailyrecord/bbc)