Tuesday, December 4, 2001

Misteri Penalti Dan Kekalahan Chievo 2-3

Internazionale Milano memang sudah lama tidak rela posisinya diambil Chievo Verona sebagai capoclassifica. Setelah empat pekan membayangi, pada tredicesima giornata, pekan ketigabelas, Ahad (2/12), Christian Vieri dkk. merengkuhnya kembali.
Internazionale Milano memang sudah lama tidak rela posisinya diambil Chievo Verona sebagai Misteri Penalti dan Kekalahan Chievo 2-3
Luigi Del Neri menerima pelajaran mahal.
Bulan Desember, seperti yang sudah-sudah, selalu menjadi waktu penentuan para calon scudetto untuk memantapkan posisinya sebelum D'Inverno - jeda kompetisi di ekspresi dominan dingin. Momentum itu yaitu ambruknya Chievo. Hebatnya kecuali Parma, semuanya sukses. Tapi, paling sukses ya Inter, yang menang tandang 4-2 atas tuan rumah Atalanta.

Inter, yang sempat tertinggal 1-2 hingga 60 menit dan tak lama menyamakan diri melalui rigore yang dilakukan Vieri, secara spektakuler menambah dua gol begitu instruktur Hector Cuper menarik Sergio Conceicao lalu memasukkan Alvaro Recoba. Lewat dua umpan bintang Uruguay ini pada Vieri dan Mohammed Kallon, pasukan Hitam-Biru itu pun berjaya.

Dengan komposisi gres format usang (4-4-2), Cuper menempatkan il capitano Javier Zanetti, Luigi Di Biagio, Oscar Cordoba, dan Vratislav Gresko melapis Francesco Toldo. Namun, dobrakan lini tengah Atalanta yang diotaki Ousmane Dabo (eks Inter) dan Cristiano Doni menciptakan Cristiano Zanetti, Francisco Farinos, Andres Guly, dan Conceicao keteteran.

"Kita bermain harus memakai otak. Kekalahan dari Udinese (di Piala Italia - Red.) yaitu alasannya sikap beberapa pemain yang mencari hasil seri, padahal stamina yang dikeluarkan sama saja besarnya," terperinci Cuper sebelum duel di kota Bergamo yang dijuluki Derby Lombardo, langgar sesama penghuni wilayah (pegunungan) Lombardo itu.

Cuper memang cuma mengkritik para difensas-nya. Tapi mungkin juga para gelandangnya. "Mereka harus percaya pada aku. Contohlah Vieri, Ronaldo, Conceicao, dan Recoba yang mental kemenangannya tinggi. Sayang, jika mereka tak pernah mendapat umpan," seru Cuper, yang hasilnya terpaksa menaruh Recoba di tengah dikala lawan Atalanta.

"Inilah (permainan) Inter bahwasanya. Jika penyerangan lancar, maka duduk perkara kami di pertahanan selama ini akan tertutupi. Atalanta lawan yang tangguh, tapi kami menjawab kritikan tifosi kami dengan permainan menyerang dan penuh improvisasi. Saya selalu yakin Inter masih mampu lebih baik lagi," ucapnya lagi pada Datasport usai tanding.

Merasa Dicurangi

Sayang bergesernya capolista di pekan ini konkretnya diawali balasan ulah arbitri Graziano Cesari. Banyak yang setuju, Milan harusnya kalah 1-2 dari Chievo alasannya dua gol kemenangan yang dibentuk Filippo Inzaghi dan Andriy Shevchenko patut dipertanyakan. 

Begitu teganya Cesari memberi penalti hanya sebab melihat Sheva didorong Eriberto? Dari segi permainan pun, Eugenio Corini cs. mampu meladeni aneka macam agresi pemain Rossoneri. Kalaupun ada yang perlu dikritik untuk pasukan Luigi Del Neri, selama ini, paling cuma kekurang-matangan menjalankan strategi. Chievo terbiasa tampil spartan 90 menit tapi tanpa dibarengi pengaturan ritme. Walhasil mereka sepertinya tak pernah main damai.

"Jika tak ada penalti itu alhasil akan lain. Milan tertinggal dan tertekan. Kami makin nyaman bermain. Wasit terlalu memihak tuan rumah. Padahal dia seharusnya juga memberi dua penalti lagi, satu untuk kami (Martin Laursen yang tertangkap handsball). Tapi, inilah pelajaran mahal lagi, bagaimana mampu menciptakan gol dikala tertekan," kata Del Neri.

Kalau Del Neri menciptakan akreditasi begitu, itu yakni urusan dalam negerinya. Tapi ada torehan fakta yang sungguh gila tapi positif. Tiga kekalahan Chievo selama ini selalu berakhir dengan skor 2-3. Ketiganya dalam partai tandang dan semuanya selalu diderita Chievo lewat hukuman penalti dari tiga wasit yang berbeda!

Dua kekalahan Chievo sebelumnya saat lawan Juventus (16/9) dan Verona (18/11). Saat lawan Juventus, saat skor 2-2, Chievo dieksekusi wasit Cosimo Bolognino dan penalti yang diambil Marcelo Salas di menit 82 membuat mereka kalah. Demikian juga pada derby dengan Verona. Salah satu kekalahan scudetti Serie B trend lalu ini diakibatkan oleh rigore Massimo Oddo di menit ke-40 santunan arbitri Alfredo Trentalange.

"Ketenangan pemain menjadi persoalan kami. Mereka harus tetap berusaha keras. Tertinggal bukannya kalah. Tiga kekalahan itu selalu kami awali dengan penampilan yang baik, tapi diakhiri dengan penampilan baik lawan," sebut Del Neri yang tak mau mengomentari kepemimpinan Cesari alasannya adalah merasa cuma buang energi itu. Perjalanan memang masih jauh, Mister. Tapi jangan sampai empat kali kalah dengan cara, nasib, dan skor yang sama dong!

(foto: ilnumerodieci/rai)