Saturday, September 9, 2017

Dikalahkan Malaysia 0-1, Iswadi Cs Gagal Rebut Emas Terakhir Sea Games 1979

Indonesia gagal merebut medali emas terakhir SEA Games X ketika regu sepak bolanya dikalahkan juara bertahan Malaysia 1-0 dalam simpulan di Stadion Utama Senayan, Minggu sore kemarin.

Satu-satunya gol yang memenangkan Malaysia dicetak oleh pemain tengah Mokhtar Dahari pada menit ke-17 dengan tendangan tidak cukup keras yang tak bisa ditahan barisan belakang Indonesia maupun kiper Haryanto. Indonesia dengan demikian harus cukup puas dengan medali perak. Sementara Muangthai, yang gagal ke akhir alasannya adalah kalah sabung penalti 3-1 lawan Indonesia, meraih perunggu.

Di depan hampir 100.000 penonton, medali untuk ketiga kesebelasan tersebut langsung diserahkan seusai pertandingan oleh Wapres Adam Malik, Menteri P&K Daoed Joesoef dan Menteri Muda Urusan Pemuda dan Olahraga Abdul Gafur.

Kegembiraan nampak merajai seluruh anggauta dan pendukung regu Malaysia, hingga kapten Soh Chin Aun dan juga pelatihnya didukung ramai-ramai dengan penuh suka cita. Sebaliknya, pengalungan medali perak di leher tiap pemain Indonesia disambut dingin oleh penonton. Sebagian malah mengejeknya, meski para pemain itu sendiri nampak pasrah dengan kekalahan mereka.

Baik penonton maupun pemain Indonesia mempunyai alasan cukup untuk kecewa. Sebab sehabis menjuarai turnamen “Jakarta Anniversary Cup” 1972, kesebelasan Indonesia tak pernah lagi memenangkan satu pun turnamen internasional.

Bahkan selama tujuh tahun itu gres dua kali ini mereka bisa mencapai babak akhir sesudah yang pertama dalam pra-Olimpiade Montreal 1976, juga di Jakarta. Baik dalam akhir tiga tahun lalu itu maupun dalam tamat SEA Games X kali ini kesebelasan Indonesia ditangani oleh pelatih dari negeri Belanda Wiel Coerver, dan kedua-duanya gagal menunjukkan gelar juara.

Kacau

Berbeda jauh dari penampilan dalam selesai pra-Olimpiade 1976, di mana mereka dikalahkan Korea Utara dari adu penalti, permainan Indonesia menghadapi Malaysia kemarin tidak didukung dengan persiapan fisik dan mental yang kuat.

Terutama di babak pertama, bahkan nampak sekali sebagian besar pemain menampilkan permainan yang serba tidak meyakinkan. Kontrol dan umpan serba tanggung, penjagaan lawan terlampau ringkih, sampai lawan mudah sekali mengacaukan serangan mereka, untuk kemudian ganti mengambil alih peranan.

Kelemahan utama Indonesia tetap di lapangan tengah, apalagi karena Rully Nere dan lebih-lebih Rudy Kelces yang ditugasi tugas itu bermain jauh dari kemampuan terbaiknya.

Akibatnya frekwensi serangan amat langka. Yang adapun tidak cukup berbahaya untuk pertahanan lawan. Dalam 10 menit pertama hanya tembakan gunting Iswadi dari kotak penalti yang cukup efektif, meski arahnya agak jauh dari target.

Pemainan kacau Indonesia juga menonjol di barisan pertahanan yang kembali dipimpin libero Ronny Pattinasarani dengan kwartet Simson-Wayan-Tinus-Berty di belakangnya. Konsentrasi Ronny nampak terbagi dengan nafsunya ikut membangun serangan, hingga risikonya lebih merugikan peran pokoknya sebagai organisator pertahanan.


Indonesia gagal merebut medali emas terakhir SEA Games X ketika regu sepak bolanya dikalah Dikalahkan Malaysia 0-1, Iswadi cs Gagal Rebut Emas Terakhir SEA Games 1979
Gol Mokhtar Dahari di menit 17, menamatkan keinginan Indonesia meraih emas.
Gol Mokhtar Dahari yang memenangkan Malaysia juga awal dari kesalahan Ronny ketika membagi bola tanggung ke arah Simson. Pemain sayap Malaysia Hassan Sani menyambarnya, kemudian mengumpan ke belakang kepada Mokhtar Dahari, dan pemain yang pernah terkenal amat berbahaya ini masih cukup gesit untuk menghindari tackling Tinus sebelum menembak dengan kaki kirinya ke sudut tiang jauh Indonesia. 

Kiper Haryanto pun mirip terpaku di tengah gawang, sampai reaksinya tidak cukup cepat untuk menghadang laju bola. Dalam menit-menit berikutnya Indonesia berhasil memperoleh beberapa peluang untuk membalas, tapi penyelesaiannya melalui Iswadi, Risdianto, Dede Sulaeman dan Rully Nere terlalu lemah jika tidak salah arah.

Penyerang tengah James Wong bahkan nyaris mencetak gol kedua untuk Malaysia saat pada menit ke-35 beliau dibiarkan bebas menggiring bola ke pertahanan kiri Indonesia. Kiper Haryanto yang segera meninggalkan gawangnya pun gagal menghentikan serangan solo James. Untung, pemain jangkung Malaysia ini tidak cukup matang dalam teknik mengumpan.

Terlambat

Di babak kedua Malaysia tetap bermain dengan strategi pertahanan tempat. Ini memberikan peluang lebih banyak bagi Indonesia untuk menguasai lapangan tengah yang sedikit lebih hidup dengan masuknya Rae Bawa menggantikan Rudy Kelces.

Rae Bawa sendiri pada menit ke-47 sudah pribadi coba membobolkan gawang Malaysia dengan tembakan kaki kanan dari jarak jauh. Tapi kiper Hamid Ramli menangkapnya dengan cekatan.

Penghalang utama yang menggagalkan serangan Indonesia yaitu pertahanan Soh Chin Aun-Santokh Singh cs yang mirip tembok karang. Apalagi di depan mereka tidak jarang Mokhtar Dahari dan juga James Wong ikut membantu.


Indonesia gagal merebut medali emas terakhir SEA Games X ketika regu sepak bolanya dikalah Dikalahkan Malaysia 0-1, Iswadi cs Gagal Rebut Emas Terakhir SEA Games 1979
Santokh Singh dan Soh Chin Aun.
Selain itu, kekompakan kerjasama mereka menciptakan setiap keberhasilan mematahkan serangan Indonesia mampu pribadi dikembangkan menjadi serangan balik yang tidak efektif.

Tembakan keras back kanan Jamal Nasir sehabis melaksanakan overlap anggun pada menit ke-59 contohnya, nyaris menjebolkan gawang Indonesia kalau kiper Haryanto tidak terbang menangkapnya.

Tembakan keras penyerang Abdullah Ali dari sayap kanan ketika kiper Haryanto sudah keluar dari gawangnya pada menit ke-70, juga hampir membuahkan gol jika Ronny Pattinasarani tidak cepat menggantikan Haryanto dengan menyundul bola jauh ke depan.

Memang, frekwensi serangan Indonesia dan peluangnya mencetak gol lebih banyak, tapi semuanya meleset termasuk tembakan setengah-volley Iswadi pada menit ke-56 yang melintas di atas mistar.

Lebih-lebih menjelang final pertandingan, serangan Indonesia makin bertubi-tubi menggedor pertahanan Malaysia. Tapi terlambat, alasannya adalah Soh Chin Aun cs sudah makin mengunci daerahnya sambil mengulur waktu.

Perwasitan U Thaung Tin dari Burma patut pula disebut sebagai penghalang perjuangan Iswadi cs. Terutama ketika beliau tidak memperlihatkan hukuman penalti meski di depan matanya, Santokh Singh menyentuh bola dalam tempat terlarang.

Tapi yang mungkin lebih tidak mendukung yakni seni manajemen permainan Indonesia sendiri yang tidak menyerang secara “all-out” semenjak babak pertama, meski mereka sudah melihat Malaysia bantu-membantu membiarkan lapangan tengah terbuka.

Indonesia (4-1-3-2): Haryanto; Simson Rumahpasal, Wayan Diana, Berti Tutuarima, Tinus Heipon; Ronny Pattinasarani; Rudy Kelces/Rae Bawa, Rully Nere/Joko Malis, Dede Sulaiman; Iswadi Idris, Risdianto.

Malaysia (4-4-2): Hamid Ramli; Jamal Nasir, Soh Chin Aun, Santokh Singh, Davendran; Shokur Saleh, Abdah Alif, Mokhtar Dahari, Hasan Sani; James Wong, Abdullah Ali. (Sumohadi Marsis, Kompas Senin 1 Oktober 1979). 

Foto: kompas/rizalhashim

0 comments:

Post a Comment