Friday, September 11, 2015

Manchester United 2015/16 (1): Revolusi Makan Hati

Penggemar Manchester United mulai yakin dengan gerakan revolusioner ala Louis van Gaal. Bukan mengamini ucapan Sir Alex Ferguson, tetapi barangkali lebih kepada fakta. Kalau begitu teruslah Anda, hai para Mancunian, duduk bagus dan bersabar.
Penggemar Manchester United mulai yakin dengan gerakan revolusioner ala Louis van Gaal Manchester United 2015/16 (1): Revolusi Makan Hati
Wajah skeptis pendukung Red Devils menjawab posisi Louis van Gaal di mata publik.
Ferguson omong apa? "Silsilah ia jelas," katanya ringkas. "Van Gaal punya pengalaman yang cantik, tahu bagaimana menangani duduk perkara. Hanya saja akan butuh waktu."Anda betul, tuan Fergie! Namun semusim telah lewat, thanks pada Van Gaal untuk Liga Champion-nya, sementara dua ekspresi dominan ke depan, revolusi yang didengung-dengungkan itu rasanya masih berbentuk arsiran.

Pandangan soal United niscaya tak ada yang setajam sang empu, apalagi menilai suksesornya. Bayangkan, salah satu modal Ferguson untuk mengatakan Van Gaal itu bakal sukses cuma dari observasinya saat jumpa pers di Carrington. "Saya suka gayanya menghadapi wartawan, menurut saya itu brilyan. Anda tahu, pertanyaan mereka suka menyentak. Tapi beliau pede mengatasi itu," ucap Fergie buka diam-diam.

Barangkali buat manajer klub seberat United, mengatasi rentetan pertanyaan menusuk menyerupai menghadapi serangan Arsenal, Chelsea, atau Liverpool. Sanggup mengatasi para jurnalis kawakan ketika jumpa pers jadi sinyal manis di atas lapangan. Namun, tentu, ekspektasi khalayak ramai biasanya sederhana. Sebatas hasil, skor, cara mata menangkap kepuasan permainan, dan ini repotnya, perbandingan!

Inilah barangkali yang bikin roda revolusi Van Gaal dianggap masih bengkak-bengkak alias belum mulus. Memang, Anda mesti membaca dan melihat secara utuh siapa bantu-membantu pria Belanda yang berjulukan lengkap Aloysius Paulus Maria van Gaal ini. Apa, bagaimana, bahkan kenapa saja masih kurang untuk merasakan denyut gaya baru permainan United, apalagi soal peluang atau harapan.

Van Gaal coba menjelaskan falsafahnya panjang lebar kepada Anda. "Yang kalian perkaya itu bukan hasil, tapi permainan. Skor itu hanyalah untaian data. Apakah angka kelahiran yang meningkat adalah kesuburan? Bukan. Penyebab kesuburan yakni prosesnya. Yang kalian debat itu permainan, bukan hasil, sebab hasil tak bisa diperdebatkan. Itulah kalian!" katanya rada sengit.

Di depan wartawan kawakan Sid Lowe, laki-laki temperamental itu menjelaskan analoginya yang lain. "Apakah Anda mau membeli koran seharga satu euro pada Senin pagi tapi semua isinya data hasil pertandingan? Apakah Anda akan membeli tiket ke stadion dikala menit-menit akhir, lalu sesudah melongok ke papan skor Anda keluar lagi? Anda pasti membayar 90 menit untuk menonton proses!"

Skor 1-0 untuk Van Gaal. Dia telah memenangi sekaligus menancapkan impresi wacana siapa dirinya. Namun publik tetap belum puas soal falsafah itu, meski mereka memang tak mampu menuntut gaya permainan LVG seperti SAF. Di mana letak harga diri jikalau begitu. Pelatih besar selalu punya gaya tersendiri. Di mata LVG, yang frustrasi itu, jikalau memang begitu, justru publik bukan dirinya.

Van Gaal selalu percaya diri, kapan pun di mana pun. Seusai kena kritikan Jose Mourinho sewaktu pasukannya mengalahkan United 1-0, April silam, beliau tetap tak bergeming. "Dia terlalu peduli dengan possession dan kurang perhatian pada hasil," senggol Mou. Ini bukan sindiran pertama yang ia dengar. Dua dekade silam, mahabintang Belanda Johan Cruijff pun menghujat gayanya.

Penggemar Manchester United mulai yakin dengan gerakan revolusioner ala Louis van Gaal Manchester United 2015/16 (1): Revolusi Makan Hati
Trial by error sering ditunjukkan saat pertempuran berlangsung.
Menurut salah satu ilmuwan taktik permainan itu, gaya Van Gaal terlalu mekanis, kaku, tak lentur. "Pola itu menawarkan ketakutan berlebihan beliau jika kehilangan bola yang solusinya sudah ditemukan di awal 1970-an," kata Cruijff cukup pedas. Repotnya lagi, gaya possession akan mengurangi totalitas serangan alasannya adalah tuntutan pada peran seorang gelandang yang jadi pendulum permainan.

Ciri Diktator

Istilah Italia menyebutnya regista, kira-kira berperan seperti playmaker. Sayang sekali di United, dia kesulitan menemukan aktornya. Lebih tepat lagi tidak konsisten. Terkadang Juan Mata, sering juga Wayne Rooney, Ander Herrera, Michael Carrick bahkan Bastian Schweinsteiger atau Daley Blind. Terus terang LVG terobsesi dengan peran Jari Litmanen (Ajax), atau Juan Riquelme (Barca).

Interpretasi pemain 'bernomor 10' versi LVG tidak lazim. Ini yang barangkali bikin pendukung United gemas bin geram melihat Rooney jadi mandul. Menurut Henry Kormelink dalam The Coaching Philosophies of Louis van Gaal and the Ajax Coaches, fungsi utama The Ajax No.10 yakni menjadi orang pertama yang menguber-uber lawan yang menguasai bola dikala tim kehilangan possession. Waw!

Ia juga pemain defensif yang tiba-tiba bermutasi jadi second-striker. Bayangkan, Van Gaal pernah mencoba Dennis Bergkamp, kemudian Rob Alflen, sebelum menetap infinit di Litmanen. Cruijff terbahak-bahak melihat cara LVG yang menafikan sosok penting di sebuah tim. Bergkamp, Rivaldo, hingga Rooney tak ada bedanya seperti bek lainnya. Mungkin ini alasan utama ia sama sekali ogah menjajal Serie A.

Celakanya, ternyata ini bukan gaya Ajax sejati. Konsep Van Gaal adalah satu sekte karena ia bikin pemikiran sempalan yang menyimpang. Dalam Brilliant Orange karangan David Winner dikisahkan bahwa Sjaak Swart, gelandang Ajax 1970-an, mencerca cara main winger kala 1990-an, Finidi George dan Marc Overmars yang mesti 'panca-longok' dulu sebelum menerobos pertahanan lawan.

"Saya tak pernah memberi bola ke belakang dulu. Tak akan pernah! Ini luar biasa! Tetapi begitulah sistem Van Gaal. Di banyak tabrak Anda mampu tertidur!" sergah Swart, 77 tahun. "Di TV dia berkata 'Ajax meraih 70% penguasaan bola' apa maksudnya? Ini bukan sepak bola sebab kreativitas telah hilang!" lanjut kakek yang 461 kali membela Ajax dengan 170 gol pada 1956-1973.

Apa yang mendasari Van Gaal pada konsepnya yang saklek itu? Inikah wujud sifat super-egonya? Sinyalnya memang ada. Belakangan ia memuji dirinya sebagai pelatih yang piawai memilih bakat muda dan kehebatan mengkreasi dinasti. "Xavi, Iniesta, Valdes yang telah menjadi kapten Barcelona. Begitu juga Alaba, Mueller, Badstuber yang kini tulang punggung di Bayern," ungkap Van Gaal lugas.

Soal ini beliau amat serius. Jika tidak, mustahil Glazer mau meneken bon senilai 70 juta pound untuk Memphis Depay (21) dan Anthony Martial (19)? Van Gaal mengklaim keduanya plus Luke Shaw dan Adnan Janujaz yakni calon dinasti berikut. "Saya yakin keberagaman budaya kelak membanjiri sepak bola sehingga mendidik mereka begitu penting sebagai bagian dari budaya klub," kilahnya.
Penggemar Manchester United mulai yakin dengan gerakan revolusioner ala Louis van Gaal Manchester United 2015/16 (1): Revolusi Makan Hati
Dari sisi persiapan pertempuran menjadi salah satu yang terbaik.
Silakan Anda mewaspadai LVG, tapi beliau tidak akan pernah canggung dengan prinsip-prinsipnya. Van Gaal ialah diktator, kreator, manajer, instruktur, pendidik bertipe tank yang melindas semua yang menghambat laju pemikirannya. Itulah kenapa Ferguson pun menyukainya. Perbedaan dengannya hanya gaya permainan, dan itu wajar alasannya adalah sekarang LVG punya tanggung-jawab yang amat berat.

Tanpa direcoki rengekan fan, kebandelan pemain, atau tornado kritikan saja otak LVG sudah puyeng. Untungnya ia selalu yakin dan yakin alasannya adalah ratusan juta loyalis United sejagat pasti berharap padanya sehingga tidak ada pilihan lain bagi mereka kecuali mendapatkan dan mendukungnya. "Saya bertugas membangun tim untuk (diteruskan) bos United yang berikut," ucapnya tanpa basa basi.

Satu kritikan tajam pengamat pada Van Gaal yakni cara dia memperlakukan eksponen lama entah itu pemain atau ofisial lainnya. Di lingkup administrasi, Giggs mungkin yang paling tragis. Ia ialah salah satu staf Van Gaal yang totalnya ada 11 orang. Penempatan Giggs adalah hak prerogatif pemilik serta rekomendasi empat administrator; Ferguson, Sir Bobby Charlton, Michael Edelson, serta David Gill.

Kasus Giggs

Namun dari 11 staf itu cuma lima yang paling teras karena prioritasnya. Selain Giggs, ada Albert Stuivenberg, Frans Hoek, Jos van Dijk, Marcel Bout, dan Max Recker yang semuanya ber-KTP Belanda. Anehnya tangan kanan LVG adalah Stuivenberg (44), si spesialis pemain muda. Orang ini selalu di samping LVG ketika pertandingan, yang seperti halnya Giggs, duduk di kiri atau di kanan.

Sebelumnya Nicky Butt juga berstatus sebagai asisten instruktur. Namun entah kenapa belakangan Butt ditugaskan melatih U-19. Frans Hoek sejatinya salah satu instruktur kiper terbaik di Eropa. Jos Van Dijk yakni perencana sesi latihan sekaligus analis data kebugaran. Keputusan manajer siapa jadi starter atau cadangan diambil dari rapor Van Dijk setiap pekan.

Bout ialah staf khusus yang kerjaannya mengintip perkembangan seluruh calon lawan dan memantau para pemainnya. Dari hasil risetnya, LVG baru bisa merancang seni manajemen United secara tuntas. Sedang Reckers, seorang mahir komputer, punya spesialisasi di bidang disain performa tim, yang siap menjelaskan visualisasi taktik yang sewaktu-waktu diperlukan Van Gaal untuk membuat terobosan baru.

Karena job-description-nya terang, maka bisa dipahami betapa hebohnya khalayak ramai membaca opini Wim Kieft seusai United kalah 1-2 dari tuan rumah PSV di matchday 1 Liga Champion. "Kami di Belanda tidak percaya melihat itu. Mereka menyiapkan Marcos Rojo sebagai pengganti Luke Shaw, namun sesuatu yang aneh telah terjadi," ucap mantan bintang Ajax dan PSV itu. Apakah itu?

Rupanya Kieft mengamati betul ritual United menjelang pergantian pemain. "Tiba-tiba Hoek berdiri, menggunakan beling matanya, mengambil papan seni manajemen lalu memberi aba-aba pada Rojo. Hoek? Si pelatih kiper itu? Kieft terus dibelit kebingungan. Lalu giliran Stuivenberg menyuruh Rojo untuk melaksanakan ini-itu di lapangan. Terakhir giliran Van Gaal menjelaskan sesuatu pada Rojo," kata Kieft takjub.

Penggemar Manchester United mulai yakin dengan gerakan revolusioner ala Louis van Gaal Manchester United 2015/16 (1): Revolusi Makan Hati
Sulit mendapat solusi terbaik dari staf andal yang terus-saluran gamang.
"Ryan Giggs tidak terlihat, padahal ia satu-satunya staf Van Gaal yang paling berpengalaman di Premier League, sebagai pemain dan pernah melatih United. Terlihat sekali Van Gaal terlalu mengandalkan staf Belanda-nya. Kita semua tahu, tampaknya Van Gaal mengulangi kesalahan yang sama dikala di Barcelona," lanjut mantan striker yang mencetak 11 gol dari 42 laganya di tim Oranje (1981-1993).

Dua pesan tersirat dari opini Kieft, pertama, Van Gaal tidak terbiasa dengan reaksi dadakan, keputusan seketika melihat kemalangan Shaw. Kedua, ini lebih penting alasannya bikin makan hati kaum tradisionalis, jika Van Gaal terus menyepelekan Giggs maka proses peralihan tidak mungkin berjalan mulus. Jangankan Giggs, manajer mana pun yang yang jadi suksesor, niscaya butuh waktu panjang lagi untuk memulai.

Bagi kalangan tradisional, sikap skeptis ini sama urgensinya melihat anomali rekor trend pertama Van Gaal di United yang terburuk selama kariernya. Hingga tulisan ini dibuat, kiprahnya di United berusia 436 hari. Dari 55 adu, rekornya cukup redup alasannya cuma 31 kali menang, 12 kali seri, dan 12 kalah. Sementara selama 648 hari di Bayern, total 96 laganya menghasilkan rekor 59-18-19.

Hidup selama 1.054 hari di Barcelona jauh lebih mumpuni. Rekornya 72-24-36 dari 132 total tubruk. Bicara gol, penggemar United patut khawatir karena rata-rata gol memasukkan hanya 1,69 sementara kemasukannya cukup tinggi, 0,96 atau hampir satu gol setiap partai. Bila dikomparasi, jadinya bikin tertegun. Di Bayern rata-ratanya 2,23/1,02, sedangkan di Barcelona 2,04/1,36.

Konfirmasi Falsafah

Catatan ini memang tak menandakan Van Gaal kelak akan gagal di United. Dia enggan mengandalkan data-data, kecuali pencarian proses yang tepat yang menjadi drama permainan itu sendiri. Kesempurnaan kekuasaan permainan selalu jadi tujuan revolusi Van Gaal. Dia semakin obsesif lagi jikalau hal itu dapat konsisten di United. Kebetulan belum lama ini beliau punya acuannya.

Usai mengalahkan Southampton 3-2, simpulan September, beliau segera mengklaim adu itu sebagai yang terbaik. "Saya selalu bilang pada pemain, selalu ada celah yang mampu dimanfaatkan pada acuan defensif mereka. Hari ini aku sangat besar hati, karena hal itu bekerja dengan baik untuk mengkonfirmasi falsafah kami," ungkap LVG yang merasa mirip mengalahkan Ronald Koeman dalam permainan catur.

Pada duel antar manajer Belanda itu, demi memainkan tempo tinggi, seperti biasa Van Gaal menggunakan sketsa 4-2-3-1. Dia menaruh Rooney, sang menteri, di belakang Martial, sebagai pemain film nomor 10 yang kerap dilakoni Herrera. Sejajar dengan Rooney yakni sepasang kuda, Depay dan Juan Mata. Di belakang mereka ada dua pion penghambat di diri Morgan Schneiderlin dan Michael Carrick.

Matteo Darmian dan Rojo, yang mengisi pos Shaw, diplot Van Gaal sebagai benteng. Sementara dua pion pelindung di depan raja, tak lain Daley Blind dan Chris Smalling. Intisari tubruk ini adalah kelihaian Van Gaal melindungi Blind, titik terlemah incaran Koeman. Bagaimana caranya? Ia mematok dua benteng untung membendung dua sayap lawan, James Ward-Prowse dan Dusan Tadic.
Penggemar Manchester United mulai yakin dengan gerakan revolusioner ala Louis van Gaal Manchester United 2015/16 (1): Revolusi Makan Hati
Perang taktik melawan pasukan Ronald Koeman menjadi harapan gres.
Pada 20 menit pertama, permainan milik tuan rumah. Ward-Prowse bertugas mengangkat bola ke jantung pertahanan, sedangkan Tadic lebih kongkrit lagi alasannya sering menusuk sektor kanan pertahanan United. Jika Depay dan Mata alpa ikut membantu di lini sayap itu, alamat celaka alasannya adalah Sadio Mane dan Graziano Pelle amat efektif melihat peluang yang paling kecil pun.

Gol pertama dari Pelle membuktikan teori permainan. Bermula dari umpan Mane dari tengah, bola dikebut Ward-Prowse kemudian diumpan lagi ke depan gawang untuk dihantam Mane. David De Gea menangkis, namun bola melejit lagi ke Pelle yang segera menghujamkan bola ke gawang. Sejatinya, Smalling ditugaskan untuk menempel Pelle sebab tinggi tubuhnya memungkinkan untuk itu.

Sedangkan keuletan Blind dirasa dapat mengimbangi kegesitan Mane. Andai Pelle dan Mane menukar posisinya dengan baik, ini yang paling dikuatirkan Van Gaal alasannya adalah bola-bola lambung ke Pelle pasti sulit dihadapi Blind yang tubuhnya lebih pendek. Umpan Ward-Prowse juga sangat berbahaya ketika set-piece sehingga LVG menekankan jangan hingga bikin pelanggaran di sayap, atau sepak pojok.

Strategi yang satu ini cukup berhasil, kecuali di sektor kanan. Di sini Tadic keseringan mengeksploitasi Darmian, sehingga di babak kedua, LVG mengganti bek asal Italia itu dengan Antonio Valencia. Hal yang sama terjadi di Southampton dikala Matt Targett diganti Cuco Martina demi menyetop penetrasi Mata. Berkat kualitas skuadnya, keseimbangan permainan lebih dimiliki United.

Sementara itu alasannya adalah timnya tidak memiliki kedalaman, Koeman kesulitan untuk memenangkan pertarungan. Dua kali keteledoran bek kanan Maya Yoshida, bahkan sekali blunder dikala back-pass, menciptakan Koeman menderita kekalahan. Baik United dan Soton punya kelemahan di barisan beknya, namun United lebih beruntung alasannya adalah punya De Gea, dan lebih baik memanfaatkan kesalahan lawan.

Bagi pecinta berat United, melihat kemenangan di St Mary's mendekatkan ingatan mereka pada kejayaan lama di kala Ferguson. Selalu tampil berani, antusias, dan cekatan melihat peluang. Anda mungkin gres sadar bahwa tidak ada bedanya di zaman Van Gaal. Rupanya revolusi baru yang menerjang United cuma terjadi pada konteksnya, bukan pada kontennya. Itu barangkali yang bikin makan hati.

(foto: mirror/thenational/haydensport)

Manchester United 2015/16 (2): Van Gaal Cuma Gagal Setunggal

Tanda seorang pelatih hebat beliau berdampak signifikan di mana pun berada dan terang, Louis Van Gaal yakni salah satunya. Kekuatan sejati orang ini, tak lain, akidah berskala 9,9 pada falsafah ball possession, personifikasi yang pribadi mengidentifikasi seluk beluk sosoknya serta jadi identitas diri. Saking zakelijk-nya pada obsesi itu julukan otoriter sering singgah dalam hikayat manajerialnya.
Tanda seorang pelatih hebat dia berdampak signifikan di mana pun berada dan jelas Manchester United 2015/16 (2): Van Gaal Cuma Gagal Setunggal
Jalan panjang dan berliku buat Louis van Gaal di Old Trafford.
Dokumentasi perseteruan dengan pemainnya tercatat dengan baik, plus dongeng blak-blakan para korban kediktatorannya. Pihak yang anti-LVG bilang ia punya karakter pemecah belah. Saking sulitnya mengamini bermacam-macam keputusannya, pendukung klub yang lagi dilatihnya suka terjebak pada situasi yang sulit ditebak atau disuguhi fluktuasi ketidakpastian.

Musim pertamanya di Manchester United dihiasi dengan hentakan sekaligus kegagalan. Orang bertanya-tanya, apakah Red Devils pantas menempati urutan 4 di klasemen simpulan? Tanda tanya ini menyeruak mengingat di 2014/15 dia menjadi The King of Window Shopping di bursa transfer dengan total bon belanja 136,75 juta pound (143,40 juta euro), kini setara dengan Rp 3 trilyun, untuk belanja enam pemain plus satu freelancer termahal dalam sejarah sepak bola bernama Radamel Falcao.

Terus jelas, ekspektasi yang berfluktuasi itu tak saja menghantui para loyalis yang sering meneriakkan yel-yel "GGMU", tapi juga impian dan perilaku pemainnya sendiri terhadap rezim King Louis di kerajaan Old Trafford. Di tangan Van Gaal hampir tidak mungkin melihat United bermain free-flowing dan free-scoring seperti di masa Alex Ferguson.

Di tangan Van Gaal pula kesan retro pepatah 'hujan 27 tahun dihapus kemarau setahun' sungguh terjadi. Harapan meraih lagi titel Premier League pun seperti tuntutan yang terlalu berat. Total gol menjadi berita strategis berikutnya laki-laki kelahiran Amsterdam 8 Agustus 1951. Musim lalu United cuma mencetak 62 gol, berselisih 21 gol dari Manchester City, atau kalah 9 gol dari Arsenal.

Bahkan rekor LVG itu masih kalah 2 gol dari David Moyes/Ryan Giggs meski muncul aib bagi United melihat peringkat 7 di klasemen final 2013/14, posisi United terburuk semenjak 25 tahun. Saat Ferguson mengakhiri legacy-nya di 2012/13, total golnya 86. Sejarah rekor gol Van Gaal memang membingungkan ketimbang membanggakan.

Saat meraih Deutscher Meister alias kampiun Bundesliga, di demam isu pertamanya dengan Bayern Muenchen pada 2009/10, ia cuma mencetak 72 gol. Di trend 2010/11 meroket menjadi 81 gol, namun Bayern justru terperosok di posisi tiga, situasi yang mengawali PHK dirinya pada 10 April 2011. Pendukung Bayern gundah, penerus Van Gaal linglung.

Saat ganti dipegang Jupp Heynckes, total gol malah turun lagi menjadi 77 walau meraih runner-up. Setelah bersih-higienis dari anasir permainan Van Gaal, barulah Heynckes sukses di isu terkini keduanya ketika mencetak 98 gol dan jadi kampiun. Kemudian permainan mengalir ala Heynckes diteruskan Josep Guardiola untuk mencatat total 94 gol pada debutnya.

Satu catatan yang mengesalkan lagi, rezim Van Gaal bertendensi mengebiri produktivitas striker. Produktivitas Wayne Rooney pribadi anjlok menjadi 12 gol begitu pria berjulukan asli Aloysius Paulus Maria van Gaal itu masuk. Hingga goresan pena ini kelar, malahan Rooney belum sanggup mencetak sebiji gol di Premier League musim ini! Padahal di kala Moyes dan Giggs saja, si Wazza masih meraup 17 gol.
Tanda seorang pelatih hebat dia berdampak signifikan di mana pun berada dan jelas Manchester United 2015/16 (2): Van Gaal Cuma Gagal Setunggal
Louis van Gaal dan asistennya di Barcelona, Jose Mourinho.
Robin van Persie lebih mengenaskan. Musim pertama di Old Trafford dia bahkan jadi top skorer Premier League dengan 26 gol. Di rezim Moyes/Giggs, 12 gol. Eh, begitu Van Gaal masuk, yang notabene adalah pelatih yang disanjungnya di tim nasional Belanda, rekor gol RVP terjun bebas jadi 10 gol. Ditelisik lebih teliti, di masa LVG produktivitas gol semua pemain United ikutan ambrol.

Statistik gol bukan sebagai ukuran dan perspektif falsafah Van Gaal. Simak saja komentarnya. Tak mirip Fergie yang selalu to the point, sederhana dan terangkum baik, maka Van Gaal lain lagi. Ia metodis, detil, tapi parsial. Misalnya: "Saya pikir kami lebih baik di babak pertama alasannya adalah lebih banyak mengontrol, dengan 65% penguasaan. Di babak kedua turun 53% karena kami mulai lelah."

Terus terperinci, buat kaum #GGMU komentar seperti ini bikin sakit kepala. Telinga mereka sangat abnormal mendengar ucapan intelektual ala LVG alasannya benak mereka sudah puluhan tahun disetir dengan nalar sederhana. Pendukung United biasa dimanjakan oleh jaminan, akidah dan bukti di lapangan. Mengendalikan permainan bukan sesuatu yang penting buat mereka kecuali menghabisinya.

Problem Backroom

Barangkali Van Gaal benar, alasannya bila mau menyalahkan tunjuklah Avram dan Joel Glazer. Masa kemudian tak pernah mengkhianati masa depan. Van Gaal juga tak pernah mengkhianati komitmennya. Kecuali Ajax Amsterdam (1991-1997) dan AZ Alkmaar (2005-2009), tidak ada klub selain dari Belanda yang tahan dan kuat mendapatkan Van Gaal plus falsafahnya lebih dari 3 tahun.

Namun uniknya warisan metodologis Van Gaal acapkali melahirkan konsep dan terobosan baru. Perjalanan tiki-taka di Barcelona memang buah karya Johan Cruyff dan sang murid, Pep Guardiola. Namun tanpa fondasi dan konsep Van Gaal, rasanya tiki-taka tidak mungkin lahir. Tiki-taka itu aslinya memang menafikan harmonisasi.

Untuk itu Barcelona butuh adaptasi di tangan Frank Rijkaard, salah satu murid terbaik Van Gaal selain Danny Blind dan Frank De Boer. Rijkaard mengawali dengan runner-up, menutupnya dengan dua kali titel La Liga, sekali Piala Super Spanyol dan Liga Champion. Heynckes juga begitu. Runner-up di awal kemudian quadruple di Bundesliga, DFB Pokal, DFL-Super Cup dan Liga Champion.

Ketika pindah ke Bayern, Pep mencangkok konsep keseimbangan dari Van Gaal untuk mengimbangi permainan satu arah ala Barcelona. Pertahanan terbaik ialah menyerang ala Cruyff sudah tidak bisa dipertahankan lagi alasannya adalah setiap klub sekarang paham bagaimana cara menyerang. Tak ayal, falsafah Van Gaal telah menjadi salah satu basis terpenting sepak bola periode modern.

Tanpa tiki-taka, Van Gaal sukses besar di Barcelona (1997-2000) terutama di dua demam isu perdana. Hubungannya dengan Cruyff memburuk sebab ia menutup kedua pendengaran begitu bapak moyang permainan Barcelona itu memberi masukan. Jangan lagi Anda, Anda atau Anda, seorang Cruyff saja siap dilindasnya. Salah satu korban dari totalitarianisme Van Gaal adalah Rivaldo, pemain terbaik dunia 1999.
Tanda seorang pelatih hebat dia berdampak signifikan di mana pun berada dan jelas Manchester United 2015/16 (2): Van Gaal Cuma Gagal Setunggal
Louis van Gaal dikala di Bayern Muenchen.
Pamor Rivaldo yang sedang jaya-jayanya itu tiba-tiba surut mengering begitu menolak main di kanan. Ia gagal mengadaptasi sifat, perilaku, dan kemauan Van Gaal. Jadi elegi RVP atau Angel Di Maria bukan yang pertama. Danny Wellbeck, Shinji Kagawa, Wilfried Zaha, Patrice Evra, Darren Fletcher, Alexander Buttner bahkan lebih dulu jadi korban Van Gaal cuma dari pengamatan saja.

Setelah Van Persie atau Falcao, menyusul pula Tom Cleverley, Luis Nani, Jonny Evans, Angelo Henriquez, Rafael, Bebe, seterusnya. Sekarang pemain elok mirip Victor Valdes, Adnan Janujaz, Tyrel Blackett, termasuk Rooney dan David De Gea mulai bernasib tiada menentu. Tampaknya hanya waktu saja yang kelak memastikan keberlangsungan mereka di United.

Di dalam lubuk hatinya, ini salah satu perilaku faktual, Van Gaal berkeyakinan bahwa orang Belanda ialah rektor sekaligus dosen terbaik di universitas berjulukan sepak bola. Usai Ferguson pensiun, eksistensi Republik Mancunia seolah limbung, hal yang masuk akal ketika terjadi pergantian rezim. Tapi kelimbungan berubah jadi serius begitu Moyes masuk. Apakah di periode LVG status itu kini menuju titik kritis?

Rasanya mustahil, dan jangan. Kurang bijaksana rasanya memvonis Van Gaal gres satu ekspresi dominan. Bicara ke depan, stabilitas United dan keberadaan Van Gaal masih diperlukan meski dialah pemutus mata rantai yang jadi malu besar alasannya adalah menodai prinsip selama 75 tahun. Kini tiada lagi pemain orisinil United (home grown) di setiap langgar sehabis Patrick McNair (20) dan James Wilson (19) masuk daftar tunggu.

Cangkang United boleh jadi tak berubah banyak. Mereka tetap sangar di atas lapangan. Namun tentu orang tidak tahu situasi di dalam, backroom. Kalau dulu suasana kamar ganti didasari ketakutan sekarang kebingungan. Padahal selama hampir tiga dekade, dapur pacu terbaik United dimulai dari sana. Di bawah logika kejam seperti ini, balasannya penggemar United diminta berdamai dengan kompromi.

Pendek kata, ambil saja kasatmata dan hikmahnya. Optimis ini harus dipelihara, mengingat efisiensi organisasi bentukan Van Gaal selalu jadi pembuka cakrawala kejayaan klub-klub besar. Ajax, Barca, Bayern dan United, biar. "Saya sudah akad pada istri. Kami tak punya waktu bersama lagi," kata Van Gaal saat ditanya Vinny O'Connor dari Sky Sports News.

Ya pria 64 tahun itu akan pensiun total dari dunia permainan terindah saat kontraknya di United kadaluarsa pada 30 Juni 2017. Penggantinya, Pep atau Giggs, bukan informasi yang vital sekarang ini. Dua animo tersisa harus dimanfaatkan optimal. Berkaca dari CV-nya, Van Gaal tak pernah tanpa titel juara. Tapi, supaya United tidak mirip tim nasional Belanda, satu-satunya tempat kegagalan total Van Gaal alias nirprestasi sama sekali. 

(foto: skysport/marcamedia/haydensport)

Manchester United 2015/16 (3-Habis): Suksesi 2017, Guardiola, Giggs, Atau...

Riwayat Meneer van Gaal di Old Trafford dinilai plus-minus banyak pihak. Tanggal 30 Juni 2017 akan tercatat sebagai waktu penting sebab gosip suksesi bakal menerpa badan Manchester United lagi. Jangan lagi Anda yang terus meraba-raba siapa suksesor Van Gaal, sang pemilik beserta deretan direktur pun hingga sekarang masih terus bermain tebak-tebakan buah manggis.
 akan tercatat sebagai waktu penting sebab isu suksesi bakal menerpa tubuh Manchester Unit Manchester United 2015/16 (3-habis): Suksesi 2017, Guardiola, Giggs, Atau...
Ryan Giggs paling pantas tapi kurang ilmu dan pengalaman.
Ada yang menginginkan Josep Guardiola, ada pula yang pro Ryan Giggs bahkan Jose Mourinho. Jika Guardiola, maka info obyektif lebih mendominasi logika sehat. Tapi menentukan Giggs juga diyakini sebagai lahannya kedaulatan tradisional yang sudah ratusan tahun jadi ciri khas, dan sekarang katanya masuk taraf berbahaya. Untuk klub bergaya aristokrat khas Britania hal ini pantas-pantas saja diterima.

Real Madrid mencerminkan Spanyol. Barcelona adalah identitas Catalunya. Bayern Muenchen bercita rasa Jerman. Ajax yakni Belanda. Juventus yaitu Italia. Barca dan Bayern pernah 'menendang pantat' Van Gaal alasannya adalah beliau ingin mengubah warna, bau, dan rasa serta kultur orisinil mereka. Alangkah masuk akal kalau ada perilaku militansi serupa di badan Manchester United. Kemana gaya orisinil Red Devils warisan SAF?

Boleh jadi terlalu paranoid jika menyama-ratakan hal-hal yang seharusnya memang terjadi di era modern. Sejak dulu Barca atau Bayern addicted dengan manajer dan manajemen gila. Oke, itu memang sulit disangkal, kecuali mungkin pada seseorang yang bernama Van Gaal. Dicermati secara mendalam memang ada benarnya. Baik sejarahnya maupun fakta yang kini terjadi di United.

Belum usang ini Sir Alex Ferguson malah bikin teori gres. Katanya, Van Gaal berusaha menjadi manajer di Old Trafford selama mungkin. Tak heran kalau beliau belakangan ini gencar berkampanye menggadang-gadang nama Giggs sebagai orang yang paling tepat jadi pengganti Van Gaal mulai Juli 2017. "Saya pikir Ryan punya kualitas segalanya menjadi manajer fantastis," kata Sir Alex mulai berteori.
 akan tercatat sebagai waktu penting sebab isu suksesi bakal menerpa tubuh Manchester Unit Manchester United 2015/16 (3-habis): Suksesi 2017, Guardiola, Giggs, Atau...
Tiga didikan Louis van Gaal di Barca; Luis Enrique, Jose Mourinho, dan Josep Guardiola.
Ferguson mengaku kampanyenya bukan berdasarkan delusi tapi ada dasarnya yang cukup merisaukan. Isu mulai bertebaran Giggs akan hengkang dari United jikalau Guardiola atau siapa pun beliau, resmi menggantikan Van Gaal. "Dia tak punya pengalaman bila melatih klub lain. Sekarang beliau sedang menimba pengalaman dengan Louis van Gaal," kata sang maestro. Suksesi bakal menjadi jadwal sengit antara stakehoder dan shareholder. Isunya yakni mereka butuh legacy untuk mempertahankan identitasnya.

Maka dari itu Fergie tidak pernah mau atau berpikir Giggs akan hengkang dari United, sebab sejarahnya terlalu indah untuk dikesampingkan. "Dia juga pernah bersama David Moyes dan bekerja dengan saya sebagai pemain," sambungnya.

Tersisa 17 bulan lagi, hingga kini belum ada indikasi Van Gaal akan merilis kabar resmi memperpanjang kontraknya atau tidak. Yang pasti, pada Maret 2015 ia sudah mengutarakan ke khalayak ramai akan mengakhiri petualangannya di sepak bola, pensiun di Old Trafford. Alasannya yaitu ingin punya waktu bersama dengan keluarganya - dengan Truus, istri keduanya yang dinikahinya pada 2008, juga dengan cucu, anak, menantu, serta mertua.

Tapi insting Fergie berkata lain lagi. "Louis bilang ia akan pensiun pada 2017, maaf, aku meragukannya," kata si opung. Lho, kenapa? "Sekali Anda digigit 'kutu' di United, maka sangat sulit untuk meninggalkan Old Trafford." Kutu apaan? Apakah Anda mampu memaknai ucapan si opung? Ah, lebih baik nantikan saja sempurna tidaknya naluri Ferguson yang biasanya sih banyak benarnya. 

(foto: mirror/thenational/twitter)

Monday, September 7, 2015

Maurizio Sarri: Tantangan Gres Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga tabrak terperinci bikin dongkol selain gundah. Ini terang jauh panggang dari api, alias melenceng berat dari ekspektasi. Si biang kerok pun harus dicari. Benarkah ini gara-gara ketidak-becusan si instruktur gres yang ditugaskan meneruskan peran Rafael Benitez? Begitu menuai hasil jelek, orang ini seketika jadi antagonis.

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir
Memandang Teluk Napoli yang terkenal indah dengan latar belakang Gunung Vesuvius.
Untuk mengurai cita-cita gres berbekal start buruk Partenopei abad Benitez, mau tak mau mesti membahas sosok mastermind-nya yang teranyar, alasannya perubahan terbesar Napoli ada di sektor pelatih. Maurizio Sarri namanya. Sebagai orang asli Napoli, eksistensi Sarri di klub yang berjuluk il Vesuvio ini mendapat dua laba langsung. Pertama, sang pemilik, Aurelio De Laurentiis (ADL), tak perlu capek-capek memotivasi atau ceriwis mewanti-wanti. Kedua, tifosi risih mengajari Sarri soal sikap abjad atau sikap mental khas Campania alasannya adalah semua itu sudah ada dalam jiwa raganya.

Sarri, yang dilahirkan pada 10 Januari 1959, adalah anak seseorang yang sama sekali tidak punya DNA keturunan pemain bola. Ayahnya hanya buruh garang di pabrik, miskin pula, sehingga suatu hari pada 1962 ia mesti membawa keluarganya ke Figline Valdarno, Italia tengah, demi kehidupan yang lebih baik. Meski tinggal jauh, keluarga ini merasa akrab dengan kampung halaman jika mengingat klub idola.

"Sejak lahir saya sudah Napoli, mirip halnya budaya Italia di mana orang akan membela klub kota kelahirannya hingga mati," kata Sarri seakan-akan menegakkan loyalitasnya. Dia pun terobsesi seperti kebanyakan anak lelaki Neapolitan, sebagai Surdato 'nnammurato (serdadu cinta), yang salah satu jalan terbaiknya dengan jadi bagian dari Napoli, entah itu pemain, instruktur atau pengurus klub.

Sarri memang tidak dibesarkan di Napoli, tapi soal kesetiaan jangan diragukan. Apapun soal Napoli, ia masih ingat secara mendetil sampai 50 tahunan ke belakang. "Saya yakni satu-satunya bocah di kota Figline Valdarno yang menjadi tifosi Napoli. Anak-anak lain niscaya pendukung Juve, Inter, atau Milan, atau setidaknya klub lokal di kawasan itu, Fiorentina," kenangnya gembira.

Lantaran babe-nya bukan pemain bola, sejak bocah sampai remaja Sarri sempat tidak pede, apalagi mampu santunan keluarga untuk jadi pemain bola. Ayahnya ingin dia jadi pebisnis. Akan tetapi hasratnya pada calcio tak pernah padam, seolah menghantuinya setiap detik. Apa mau dikata, karier Sarri sebagai pesepak bola pun hanya kelas tarkam, kampus, atau level kantoran.

Sejak kuliah di fakultas ekonomi hingga kelulusannya, ia selalu bergelut dengan sepak bola. Ya jadi pemain, ya jadi instruktur di kampusnya. Apapun. Begitu juga waktu kerja di bank. Ia jadi 'pemain nasional' di kantornya. Di luar itu, Sarri muda lihai memanfaatkan kesempatan termasuk menyambi, bekerja paruh waktu, untuk melatih tim belum dewasa dan akil balig cukup akal di awal tahun 1990-an.

Kecintaannya pada sepak bola terus dibuktikannya. Selama 10 tahun dia tekun menyemai bibit-hibrida. Terlahir ke dunia tanpa titisan ayah pemain bola justru jadi pemicu dan pemacu Sarri untuk fokus memuaskan dirinya. Lagi pula Sarri tahu diri, ini mungkin jalan terbaik baginya mengingat di satu sisi dia menjadi tiang keluarga dan cita-cita ayahnya.

Sarri berpindah sesuka-sukanya melatih klub-klub dewasa, pokoknya yang seiring sejalan dengan penempatan di kantor cabang mana dia bekerja. Setahun di Stia, dua tahun di Faellese, dan tiga tahun di Cavriglia (1993-96). Lantas di Antella (1996-98), Valdema (1998-99), dan Tegoleto (1999-2000), klub terakhir di mana pandangan hidup Sarri akan berubah selama-lamanya.

Di luar sepak bola, masuk di usia 30 tahun-an itu kehidupan keluarga Sarri sudah amat berkecukupan. Dia sukses mengubah kuadran garis ekonomi leluhurnya. Ayahnya amat besar hati punya anak lelaki yang jadi sarjana ekonomi, bekerja di bank, sering keliling Eropa pula. Tapi ini tidak lama. Nah masuk di umur kepala empat, gres kegamangan melandanya tiap hari layaknya kaum pria di umur 40-an.
Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir
Karena bosan, banting stir tidak tanggung-tanggung.
Ada kebosanan kelamaan jadi bankir meski kariernya sukses. Ada tuntutan hidup, tapi di sisi lain ada pula hasrat terdalamnya. Suatu ketika dari relung hatinya keluar tanggapan. Setelah berkonsultasi dengan anak-bininya, Sarri bertekad untuk resign. Rupanya ia melihat sedikit celah untuk menekuni calcio secara serius. Mulai di usia 41 tahun itu, Sarri ingin total di sepak bola.

Mister 33

Oleh alasannya itu pada Juni 2000 ia mengajukan diri melatih Sansovino, satu klub di Serie Eccelenza, kasta keenam dalam hirarki sepak bola Italia. Ini cukup mengejutkan alasannya Sarri tak punya CV blas sama sekali sebagai pelatih. Walaupun untuk divisi rendah, namun peraturan menjadi instruktur di Italia tetap terbilang ketat. "Jalan saya awalnya memang dibantu keberuntungan," akunya.

Namun tentu tiada hasil tanpa perjuangan. Rupanya ada sebuah kalimat sakti dari Sarri yang kelak akan mengubah skenario hidupnya, selain menciptakan klub itu penasaran atau merasa tertantang. Apa bunyi kalimat sakti itu? "Saya bilang pada mereka, saya akan eksklusif berhenti jadi instruktur kalau tidak membawa klub itu menjadi juara Eccelenza," kata Sarri gembira mengenang agresi spekulasinya.

Sarri patut dipuji. Bukan soal Sansovino-nya, tetapi caranya semoga berkecimpung resmi di blantika calcio atau namanya mampu teregistrasi di FIGC. "Akhirnya saya sadar untuk fokus dan meraih banyak terusan juga supaya jerih payah atau pencapaian kita bisa tercatat, maka secara ekslusif harus menjadi instruktur," ucap Sarri yang di rumah kerjaannya membaca berita bisnis dan mengutak-atik angka-angka.

Derit pintu itu kian melebarkan celah. Sansovino tak pernah memecatnya alasannya selama tiga animo menangani klub provinsi Arezzo itu, Sarri sanggup memanggulnya hingga naik dua kasta ke Serie C2. Pada 2003, sukses Sarri jadi buah bibir seantero Toscana. Jika Sansovino ke C2, Sarri malah ke Serie C1 setelah salah satu klubnya, Sangiovannese, mengaku kesengsem dengannya.

Karier Sarri terus menjulang. Setelah dua tahun di Serie C1, pria yang berpotongan lebih seperti pak guru ini naik pangkat lagi ke Serie B sebab salah satu klub populer, Pescara, gantian meminangnya pada 2005. Curriculum Vitae Sarri pun terus bertambah secara signifikan. Reputasinya kian mengkilap. Mulai dari Pescara inilah Sarri tidak pernah lagi turun kasta dari Serie B.

Durasi lima tahun (2006-2011), laki-laki paruh baya yang termasuk mahir hisap, alias perokok berat, seperti ketagihan ber-wara-wiri di kasta kedua calcio. Mulai Arezzo, Avellino, Verona, Perugia, Grosseto, Alessandria, Sorrento, sampai menclok di Empoli, Juni 2012. Kelak di klub yang cuma berjarak 26 km dengan Fiorentina ini, lamat-lamat semerbaknya nama Sarri mulai terendus.

Selama 25 tahun menjadi allenatore, atau 15 tahun terakhir secara profesional (mulai Serie C), ia dikenal orang sebagai workaholic, perfeksionis, dan preventif dalam rumusan kepelatihannya. Saat di Sansovino, demi impian kala depannya, Sarri mampu bekerja 13 jam setiap hari. Di sini pula ia dijuluki Mister 33 sebab dia punya 33 konsep mengantisipasi situasi bola-bola mati.

"Tapi karenanya cuma 4 atau 5 yang digunakan," terang si pengganti Antonio Conte di Arezzo, alasannya dipecat, mulai 2006/07. Semusim di sini, Sarri bikin dua catatan hebat adalah menahan Juventus - yang diperkuat Gianluigi Buffon, Alex Del Piero, dan David Trezeguet - dengan skor 2-2 di Delle Alpi sewaktu Bianconeri berkompetisi di Serie B buah eksekusi atas masalah Calciopoli.

Satu lagi pencapaian terbaiknya di Arezzo tatkala mempermalukan Milan dengan kemenangan 1-0 dan 2-0 di perempatfinal Coppa Italia. Setelah hinggap ke sana ke mari selama empat tahun lebih di enam klub, pada Juni 2012 tanpa diduga Sarri menjadi manajer Empoli, klub Serie B yang tidak mengecewakan punya nama. Pucuk dicinta ulam tiba. Di sinilah Sarri menerima kegairahan gres.
Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir
Sesama putra asli Napoli. Aurelio De Laurentiis dan Maurizio Sarri.
Jika gairah bertemu tempat yang cocok, maka kesudahannya mampu mengejutkan. Inilah yang dirasakan Sarri di Carlo Castellani, markas Empoli. Baru semusim, ia nyaris meloloskan Empoli ke Serie A, sehabis menempati urutan empat di Serie B. Namun sayang Empoli dikalahkan Livorno dalam playoff. Pengalaman menyakitkan ini justru bermanfaat besar alasannya adalah beliau memperbaiki kekurangannya.

Di animo kedua, 2013/14, apa yang dicita-citakan Sarri selama puluhan tahun tercapai. Dia menjadi pelatih di Serie A! Empoli, yang menjadi runner-up Serie B, sehabis enam tahun lolos lagi ke puncak piramida calcio. Ia menikmati pengalaman barunya di trend 2014/15. Tahun pertamanya di Serie A Sarri mendapat dua pelajaran mahal yang membuatnya kian yakin sepak bola itu mirip ilmu ekonomi.

Pertama, segala sesuatunya dimulai dengan kekuatan finansial, terutama untuk biaya mercato dan pengembangan infrastruktur lainnya. Kedua, tidak ada tempat untuk kesalahan yang paling kecil pun. Empoli kewalahan, kecuali potensi pemain mudanya. Sarri memandangnya sebagai investasi. Ia mengenang, "Saya selalu yakin, pemain muda bakal berkembang setelah banyak melaksanakan kesalahan."

Janji Napoli

Sarri memilah 38 berkelahi menjadi beberapa bagian. Ada yang jadi prioritas, pengalaman, eksperimen atau tindakan spekulatif. Dari sini ia bisa mematok tujuan Empoli pada musim pertama di Serie A. Berapa batas poin yang kondusif untuk bertahan telah didapat. Tujuan itu tercapai, Empoli bertahan di Serie A meski harus diarungi dengan penuh duri dan onak untuk menempati posisi ke-15.

Namun dua kemenangan sangkar, 2-1 atas Lazio, dan 4-2 atas Napoli, membuka mata banyak pengamat betapa potensialnya si pelatih Empoli. Sarri dinilai punya permainan dinamis, mengalir, dan efektif yang jadi dambaan klub-klub Serie A. Pernyataan itu dimaknai betul oleh Mister De Laurentiis, yang menonton pribadi kekalahan klubnya di tangan Sarri.

Setelah tiga kemenangan beruntun demi target ke zona Liga Champion, skuad Rafa Benitez malah dibantai Empoli 2-4 di Carlo Castellani, simpulan April. Bayangkan, keinginan Napoli ke Liga Champion justru dihambat oleh seorang putra Napoli sendiri. Bukannya sebal, entah kenapa seketika itu juga ADL malahan mencap jidat Sarri sebagai calon pelatih Napoli berikutnya!

ADL terkesima dengan cara Sarri mengatur Massimo Maccarone dan Manuel Pucciarelli mengobrak-abrik timnya yang jauh lebih berpengalaman. Bagaimana mungkin kuartet Marek Hamsik, Gokhan Inler, David Lopez, dan Walter Gargano mampu ditekuk oleh tiga gelandang Empoli sehingga di babak pertama Napoli tertinggal 0-3. Melihat timnya dipermalukan, ADL justru 'jatuh cinta' pada pelatih lawan.
Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir
Punya banyak konsep dan detil di sepak bola.
Don Aurelio percaya pada Sarri alasannya visinya. Untuk itu ia rela membayar Sarri 1,5 juta euro setahun demi menghapus obsesinya pada Unay Emery yang sekarang di Sevilla. Meski demikian ADL tetap pasang sasaran kencang. "Kita mampu kalah 5 atau 6 berkelahi, dan keputusan aku ini tidak akan berubah," kata ADL. Maksudnya? Artinya Sarri akan dipecat jikalau Napoli kalah di atas enam kali. Ini klausul terselubung.

Sarri tahu ekspektasi pemilik dan pemirsa di Napoli seribu persen di atas Empoli. Maka demi keamanan bersama, ADL dan Sarri setuju berafiliasi semusim dulu dengan opsi perpanjangan kalau Napoli lolos ke Liga Champion. Tapi posisi tawar Sarri pada ADL rada manis sebab dia diizinkan menggamit Mirko Valdifiori dan Elseid Hysaj, dua pemain kesayangannya di Empoli.

Di Napoli Sarri langsung mampu pelajaran berharga dari aspek psikologis melihat peran Valdifiori dan Hysaj yang malah melempem. Sulit dipungkiri, Sarri telah mengatasnamakan perasaan mereka mirip dirinya. Tensi bermain di Napoli jauh berbeda. Apalagi Valdifiori merasa, kedatangannya memakan korban dengan dijualnya Inler, salah satu idola tifosi, ke Leicester City.

Valdifiori, dibeli 6,5 juta euro, sesungguhnya pemain bagus yang bertugas sebagai jangkar atau kopling di lini tengah. Maret lalu beliau bahkan memulai debut di tim nasional. Namun tubuhnya yang kecil (176 cm) serta usia yang mulai senja (29 tahun) sering jadi kendalanya dalam berkolaborasi dengan Lorenzo Insigne (Italia), Dries Mertens (Belgia) atau Jose Callejon (Spanyol) yang dikenal amat eksplosif.

Penekanan pada tempo tinggi, mengalir, dan bernaluri menyerang selalu jadi obsesi Sarri sejak di Empoli. Namun ironisnya di Napoli hal ini baru jalan begitu Marek Hamsik yang melakoni tugas regista, sang konduktor. Kecepatan passing dan pergerakan jadi kelemahan Valdifiori. Jorginho atau David Lopez dan Allan Loureiro tampaknya lebih klop dan sepadan dengan Hamsik.

Perekrutan Valdifiori disesali. Yang digaet harusnya Riccardo Saponara, rekan dia di Empoli, atau Roberto Soriano (Sampdoria). Kesalahan awal Sarri berikutnya ada di pertahanan. Ia seperti resah untuk memilih siapa yang menjadi tandem Raul Albiol, Kalidou Koulibaly atau Vlad Chiriches. Juga soal mendahulukan Hysaj dibanding Faouzi Ghoulam sebagai bek kiri.

Kalau di Napoli beliau suka bereksperimen, itu sebab falsafah permainan yang cenderung ingin tepat seperti sedang menganalisis harga saham. Prinsip calcio terkadang seperti dengan akuntansi di mana keseimbangan jadi prioritas utama. Sarri teliti bin detil soal mengantisipasi lawan demi lawan alasannya adalah terbiasa jadi analis bank. Laptop-nya berisi statistik lengkap dan daftar SWOT seluruh pesaingnya.

Ditentang Maradona

Mengidentifikasi contoh-acuan kelemahan lawan menjadi obsesinya. Menurutnya itu ialah cara termudah untuk memenangi persaingan. Awalnya Sarri mengidolai denah terkenal 4-2-3-1, yang dipahami dengan baik oleh belum dewasa Napoli dua tahun terakhir alasannya Rafael Benitez juga memakainya. Namun satu penemuan di Empoli mengubah segalanya. Kini beliau fanatik dengan teladan 4-3-1-2 atau 4-3-3.

Cetakan inilah yang kini dipakai Napoli. Artinya dalam 6 tahun terakhir saja para pemain Napoli telah tiga kali ganti acuan. Formasi 3-5-2 (Walter Mazzarri), 4-2-3-1 (Benitez), dan 4-3-3 (Sarri). Alasan Sarri memakai 4-3-3 sebab ia percaya inilah acuan yang terbaik untuk mengontrol permainan serta mengorganisasi garis pertahanan yang selalu menjadi fokus perhatiannya.

"Gayanya berbeda dengan Benitez. Benitez memakai mentalitas Inggris dengan memakai ketenangan menghadapi aneka macam situasi. Tapi Sarri selalu mengharapkan peran maksimal di setiap situasi dan memanfaatkan kesempatan sekecil apapun," kata bek kanan Christian Maggio (33), salah satu veteran yang bermain di tiga rezim selain Hamsik, Insigne dan Juan Zuniga.

Sarri sadar reputasinya bakal meroket begitu menangani Napoli. Oleh karena itu dia punya cara untuk memanfaatkannya. Pers di Italia kembali menyorot perannya seusai Napoli bikin 10 gol tanpa bobol hanya dalam waktu tiga hari. Melumat Brugge 5-0 di Liga Europa, kemudian menelan Lazio 5-0 di pekan keempat Serie A, pertengahan September, yang menciptakan aib Diego Maradona.

"Sarri yakni Sacchi gres," begitu salah satunya, untuk menggambarkan metode permainannya enerjiknya yang menggairahkan, persis seperti debut Arrigo Sacchi di Milan akhir 1980-an. Sebelum dua kemenangan itu, Sarri  bagai 'babak belur' dihajar ucapan pedas. Salah satunya justru dari Maradona, sang mahadewa Napoli, yang sebelumnya marah melihat Napoli ditahan Empoli 2-2.

Sebelum mukanya merah Maradona berujar: "Kondisi Napoli mengingatkan animo pertama saya, berjuang untuk keluar dari degradasi. Sekarang terulang lagi. Saya tak melihat sedikitpun ada aura menang di wajah Sarri. Napoli bikin kesalahan fatal mengganti Benitez." Kritik ini sulit ditanggapi karena selain ada faktanya yang ngomong juga dewa. Tapi buat Sarri jauh lebih sulit lagi kalau didiamkan.

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir
Pemandangan yang sulit diubah Maurzio Sarri sampaim kapanpun.
"El Diego yaitu idola Napoli selamanya. Saya harap dia akan mengubah opininya di bulan-bulan ke depan. Buat saya, beliau kenal nama aku saja aku merasa tersanjung," kata Sarri bernada agak polos kalau tidak disebut jujur dan rendah hati. "Empat bulan lalu Napoli kebobolan empat gol dan kalah, sekarang cuma dua gol dan seri. Buat aku, ini langkah maju," jawab Sarri yang tampak terbiasa menyeimbangkan situasi seperti seorang ekonom.

Opini Maradona beda 180 derajat dengan Giovanni Trapattoni. Manajer veteran ini mengaku mengikuti kiprah Sarri. "Benitez memang lebih populer, tapi Sarri paling cocok untuk Napoli. Kenapa? Karena beliau bisa bekerja dengan situasi penuh konflik tanpa harus kehilangan kualitas permainan dan mampu meraih hasil," kata Il Trap, si gaek yang telah berusia 74 tahun.

Dukungan lain juga datang dari Claudio Prandelli, yang selalu mengagumi Napoli. "Napoli harus paham bahwa perubahan tidak selamanya menyakitkan. Ada metode gres, sistem baru dan pandangan baru-inspirasi baru. Sarri butuh waktu, sesederhana itu. Saat dipilih dia bilang jangan terburu-buru dengan saya. Sabarlah. Awas kritik negatif bisa menjadi bumerang," pesan mantan pelatih tim nasional.

Atas prahara bulan pertamanya di Napoli, Sarri tak pernah menanggapi serius saking fokusnya dengan besok dan besok. "Saya ini kan pelatih proyek. Pemain Napoli mudah panik, itu yang bikin jadi sulit fokus untuk mendominasi permainan. Mengubah sistem bisa cepat, tapi mengubah pandangan baru jauh lebih sulit," ucap Sarri yang di Empoli sukses mengkreasi 16 dari 56 total golnya dari bola-bola mati.

"Siapapun yang menyewa aku, beginilah karakteristik orisinil aku," lanjutnya lagi. Ditanya wartawan apakah dia tidak marah sewaktu melatih Empoli hanya dibayar 300 ribu euro setahun, gaji pelatih terkecil di Serie A, dia menjawab, "Kok murka? Anda ini bagaimana, aku itu beruntung sekali. Mereka membayar saya untuk sesuatu yang bebas saya lakukan setelah bekerja."

Hidup Tidak Bebas

Inilah drama pertama untuk Maurizio Sarri. Sesuai tradisi calcio: faksi-faksi tifosi pun secara bergiliran menyambangi markas latihan Castel Vortuno setiap pagi dalam beberapa hari untuk mengomel sepuasnya atas kekacauan start Napoli. Melihat rombongan itu para pemain acuh taacuh saja, paling cuma waswas. Perasaan menyampaikan harusnya malah berterima kasih, sebab menunjukan mereka masih dicintai, diawasi dan dipedulikan. "Suara mereka yakni materi bakar permainan Napoli," kata kapten Marek Hamsik. "Kami mendengarnya tanpa syarat."

Aktivitas rutin: tiba di parkiran kendaraan beroda empat, pemanasan, gelar strategi, berlatih, mandi lalu ke parkiran lagi untuk pulang ke rumah, terpaksa ditambah modulnya: bertatap muka dengan tifosi. Begitulah cara orang-orang Pompeii modern itu mengelola San Napoli dan San Paolo, yang disimbolkan oleh dua ikon: kapten dan instruktur.

Keduanya inilah yang biasanya dicecar tifosi dengan pertanyaan bernada vibrato dan legato, yang ditabukan para jurnalista. Walau bikin suasana jadi tegang, namun melihat kejujuran aspirasi mereka itu, haram hukumnya bagi klub di Italia termasuk Napoli untuk tidak menggubrisnya. Serie A adalah harga diri sekaligus identitas.
Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir
Punya strategi mahir dan corak keindahan dalam permainan.
Mereka pantas gundah karena melihat dengan mata kepala sendiri proses hilangnya 7 poin di tiga giornata pertama yang terbilang tak wajar. Ini belum lawan tim kelas kakap. Sejak kalah 1-2 dari Sassuolo, lalu imbang 2-2 dengan Sampdoria dan Empoli, Napoli pribadi didera krisis. Padahal belum.

Napoli gres krisis ketika tifosi San Paolo apatis. Sarri mengaku pantas disalahkan soal hasil buruk Napoli. Namun beliau merasa tidak pantas disalahkan soal mercato. Misalnya kegagalan transfer Roberto Soriano (Sampdoria) dan masuknya teenager berusia 20 tahun berjulukan Nathaniel Chalobah (Chelsea).

"Saya tidak mau menjawab pertanyaan kalian alasannya saya tidak tahu apa-apa soal (kedatangan) Chalobah. Tapi jika klub sudah memilihnya, maka seharusnya dia punya kualitas. Tugas saya cuma melatih siapa (pemain) pun yang dimasukan ke folder aku," begitu Sarri beralasan. Memang jangan salahkan beliau.

Kembalikan sang waktu ke tanggal 11 Juni 2015 saat nama Maurizio Sarri datang-tiba muncul mengejutkan setelah ditahbiskan sebagai manajer gres. Tidak ada informasi yang menggema, kasak-kusuk, atau spekulasi berlebihan sebelumnya; baik dari analisis pengamat, investigasi pers maupun dari bibir masyarakat Campania.

Jangan lagi dunia, warga Napoli yang setiap hari mampu mencium atau merasakan denyut nadi Azzurri Brigade saja merasa kecolongan dan terkejut. Dengan rekor tak mengesankan - 37% menang, 34% seri, 29% kalah untuk 25 tahun kariernya di 18 klub beraneka ragam - sosok Sarri pantas menjadi trending topic di seantero kota.

Hikmah terbaik untuk Sarri yaitu dikala beliau merasa lagi 'ditempa' sebagai calon panglima cinta di Napoli. Sebenarnya banyak pihak yang mengharapkan Sarri sukses melihat fakta primordial. Setelah Vincenzo Montefusco, 17 tahun silam, inilah pertama kali lagi Napoli punya pelatih yang orisinil putra kawasan.

Target besar yang ditaruh di bahu Sarri yaitu meloloskan Napoli ke Liga Champion 2016/17. Bagaimana dengan scudetto? Jika uang Anda cuma cukup untuk nonton tapi kemudian dapat kenalan cewek yang akhirnya menjadi pacar Anda, itu namanya karunia. Begitu kira-kira kans scudetto di mata Napoli.

Mengisi pos Benitez sontak mempercepat adrenalin laki-laki 56 tahun itu. Ada rasa hormat dan besar hati yang menumpuk di hatinya. Setelah melatih Napoli, hidup Sarri tidak bebas lagi. Setiap gerak-geriknya jadi atensi dan buah bibir warga di pasar, di warung kopi, di teras rumah, atau ruang rapat di kantor. Tidak mampu dihindari. 

(foto: sports.yahoo/api.nuzzel/vesuviolive/gazzettaworld/napolimagazine/newstalk)