Wednesday, December 8, 2010

Hanya Helena Penakluk Zlatan

Dugaan Zlatan Ibrahimovic (29) seorang psikopat kian menjadi. Selain biang kerok, striker Barcelona yang disewa AC Milan ini juga dikenal sok pendekar. Belum lama koran-koran se-Italia riuh mewartakan tawuran bapak dua anak itu dengan rekan setimnya, Oguchi Onyewu, ketika latihan rutin klub di markas latihan Milanello, awal November kemudian.

 striker Barcelona yang disewa AC Milan ini juga dikenal  Hanya Helena Penakluk Zlatan
Pangkal persoalan dimulai saat Ibra, diyakini sengaja, menekel bek nasional AS yang badannya tinggi besar kolam petinju itu. Begitu bangkit, Onyewu kontan memiting leher Ibra lalu siap membantingnya. Jelas saja Ibra melawan. Seperti zebra yang lehernya dicengkram singa, beliau melayangkan sejurusan tendangan serius. Maklum, Ibra yaitu pemegang sabuk hitam Tae Kwon-do. Sedangkan Onyewu sah disebut sebagai petinju. 

Para redaktur harian La Gazzetta dello Sport minta para ilustrator untuk mengimajinasi kerusuhan dua pemain bertipe rino tersebut berdasarkan penglihatan langsung reporternya di lapangan. Hasilnya, karikatur yang dramatis. Latihan bola, yang dikala itu ditonton sekitar 30-an Milanista, berubah jadi ajang wrestling. Kantor info ANSA dan TV SkySport 24 mendeskripsikan perkelahian itu kolam langgar smackdown sungguhan! Ini benar-benar Clash of Titans, alasannya tinggi keduanya di atas rata-rata, 195 cm! Seimbang. 

 striker Barcelona yang disewa AC Milan ini juga dikenal  Hanya Helena Penakluk Zlatan
Ibra paling banter unggul empat kilo doang dari bek gacoan Amerika Serikat itu. Bisa dibayangkan betapa repotnya pemain sekecil Gennaro Gattuso, Andrea Pirlo, atau Mathieu Flamini bila coba melerainya. Boleh jadi, ini puncak muaknya Onyewu melihat lagak lagu Ibra yang suka cari gara-gara, dan kebetulan timing-nya datang.

Bos Adriano Galliani mesti angkat bicara untuk meneduhkan keadaan. "Perkelahian yang menyeramkan, tapi keduanya sudah akur lagi. Insiden telah berakhir." Tampaknya, Ibra kena batunya. Pada September, juga saat latihan, tak ada angin tak ada hujan, eh tiba-tiba saja kapten nasional Swedia ini melaksanakan Sip Chagi An Chagi - tendangan sambil melompat - ke punggung Rodney Stresser, youngster asal Sierra Leone yang pribadi termangu bak melihat alien.

 striker Barcelona yang disewa AC Milan ini juga dikenal  Hanya Helena Penakluk Zlatan Jika anda melihat adegan yang bisa disaksikan di Youtube itu, maka anda barangkali rada memahami betapa gendheng-nya Ibra, yang jago Tae Kwon-do semenjak berusia 17 tahun ini. Bukan sekali-dua kali laki-laki kelahiran 3 Oktober 1981 ini suka gila begitu. Tatkala diwawancara TV, dia memaki-maki Arrigo Sacchi dengan kasar, bahkan menantangnya berantem, yang membuat tayangan live itu diputus mendadak.

Dulu saat di Ajax, lelaki blaster Bosnia-Swedia itu mematahkan kaki rekannya, Rafael van der Vaart, ketika latihan yang membuatnya buru-buru dilego ke Juventus. Di sini pun, Ibra berani memaki-maki instruktur Fabio Capello dari pinggir lapangan. Aksi personalitas anti-sosial ala Ibra juga bikin Barcelona menggerutu, sampai-hingga instruktur Pep Guardiola ogah lagi ngomong dengannya. Sepertinya hanya Jose Mourinho yang mampu menjinakkannya. 

 striker Barcelona yang disewa AC Milan ini juga dikenal  Hanya Helena Penakluk Zlatan Sebab pemain termahal ketiga di dunia ini lumayan rada kalem selama di Inter. Sebenarnya ada satu orang lagi yang bikin Ibra klepek-klepek tak berdaya. Dia yakni Helena Seger, cewek berusia 37 tahun yang telah 10 tahun jadi pasangan hidupnya. Warga Milano mengenal tandem ini dengan baik karena sering berpapasan di pelosok kota, terutama di butik-butik dan pusat perbelanjaan. Di mana ada Helena, di situ niscaya ada Ibra yang selalu setia mengawalnya kolam bodyguard. Selain merasa kondusif, barangkali wanita yang pernah jadi account-manager Swatch Group dan marketing manager FlyMe itu juga seperti punya sherpa. Suatu kali, orang-orang kaget melihat Ibra menyengget kardus besar belanjaan Helena di lengan kanannya. Owalaaa...ternyata oh ternyata...

(foto: AC Milan/Gazzetta/Dagblad)

Alexandre Song: Berkah Wedhus Gembel

Banyak cara untuk meningkatkan keyakinan diri, bahkan untuk mengatrol peruntungan. Salah satunya ialah lewat mengubah penampilan fisik. Bila anda pernah menonton live Arsenal di televisi belakangan ini, apalagi yang berstatus Arsenalist, boleh jadi mata kita pernah terkesiap sebentar menatap sosok ini.

Banyak cara untuk meningkatkan kepercayaan diri Alexandre Song: Berkah Wedhus Gembel
Dan gol yang terjadi di menit-menit simpulan itu melambungkan nama Alexandre Song sebagai pujaan gres di Emirates. Hingga sekarang, gelandang tim nasional Kamerun ini menuai total empat gol. Sebelumnya, berkah wedhus gembel-nya Song juga terjadi di gawang Bolton, Manchester City, dan Shakhtar Donetsk di Liga Champion. 

"Sebelum main lawan West Ham, Olivia bilang padaku: 'kau akan mencetak gol hari ini'. Saking gembiranya, usai main saya segera menelponnya lantas dia eksklusif berkata 'apa aku bilang', dan aku pun bilang padanya: 'ini yaitu gol kau'," tutur pria yang pernah main di tim nasional Prancis U-16 itu. "Belakangan beliau jadi a good trainer saat berlatih, itulah kuncinya," tambah manajer Arsenal yang punya rencana lain untuk Song. 

Apakah beliau akan dijadikan bek tengah lagi? "Tidak. Ia masuk ke Arsenal sebagai bek, dan akan mengakhiri kariernya sebagai penyerang tengah." What!? Serius nih, Mister Wenger? Lagak-lagu Alexandre Dimitri Song Billong (23) di lapangan makin mudah dikenal, bukan alasannya belakangan memang sering bikin gol, tapi juga pasti lantaran potongan rambutnya yang seperti wedhus gembel alias bulu yang menggumpal milik seekor domba. Ingin tampil beda, Song?

Bicara khusus di ArsenalTV Online, Alex Song menceritakan karena kenapa ia memotong dan mengecat rambut ala bulu domba tersebut? "Ini semua gara-gara Olivia. Saat di rumah, dia ingin biar rambutku dibikin gimbal seperti banyak pemain lain yang ia sering lihat," tukas si pemilik nomor 17 yang kelahiran Douala, 9 September 1987 itu.

Banyak cara untuk meningkatkan kepercayaan diri Alexandre Song: Berkah Wedhus GembelOlivia yakni teman era kecil Song yang sekarang jadi istrinya. "Supaya lebih unik lagi, di-blonde deh. Aku senang berubah begini, sebab akan menjadi cermin kepribadianku." Eh, ndilala, gara-gara belahan rambut seperti itu, performa lelaki bertinggi 185 cm ini malah meroket. Buntutnya, Song malah keseringan bikin gol! Terakhir, gol emas keponakan Rigobert Song, bek legendaris Kamerun, itu bisa memenangi Arsenal atas West Ham United di pekan ke-12 Premier League, di Emirates, simpulan Oktober silam. Entah kenapa ia seperti kedatangan berkah khusus semenjak ganti model rambut.

Tapi buat Arsene Wenger bukan itu penyebabnya. "Dia telah memperbaiki mesin tubuhnya. Ia lamban, boros nafas saat bergerak. Sesuatu telah ditambahkan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas staminanya." Demikian kata orang yang tahu segala rahasia permainan dan stamina Song.

(foto: arsenal.com/barcaforum/goonerscorner)

Saturday, September 18, 2010

Sporting Braga: Arsenalistas Do Portugal

Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika si pemuja bertemu dengan sang pujaan. Nama resminya Sporting Clube de Braga alias Sporting Braga, namun peringkat kedua Liga Portugal 2009/10 yang menyingkirkan Celtic dan Sevilla di kualifikasi itu sungguh bahagia bila disebut juga sebagai (pemuja) Arsenal alias Os Arsenalistas. Hebatnya, secara kebetulan Arsenal dari Braga ini bersatu padu dengan Arsenal 'asli' di Grup H putaran grup Liga Champion 2010/11.
Bisa dibayangkan apa yang terjadi bila si pemuja bertemu dengan sang pujaan Sporting Braga: Arsenalistas do Portugal
Skuad Sporting Braga. Perhatikan corak kostumnya.
"Ini sebuah pertandingan yang unik bagi karier seluruh pemain dan bersejarah. Namun kami menyadari siapa yang akan kami hadapi dan kualitasnya. Kami tahu jarak antara Arsenal di London dan Arsenal di Braga amat besar, tapi sekarang saatnya untuk memperpendek jarak itu," tutur pelatih Braga Domingos Paciencia di ruang jumpa pers Stadion Emirates, sehari sebelum mereka dipermak Arsenal beneran 0-6 pada matchday 1 di Emirates, 15 September 2010.

Pemilik stadion terunik sedunia, alasannya salah satu tribunnya berdinding tebing sungguhan itu untuk pertama kalinya lolos ke Liga Champion isu terkini ini sejak bangun pada 1921. Braga menjadi klub Portugal kelima yang ikut ajang paling prestisius antarklub setelah Benfica, Sporting Lisbon, FC Porto, dan Boavista. Nama Braga terdengar pertama kali di pentas Eropa usai ikut Piala UEFA (format usang Liga Europa) 2004/05. Prestasi serupa terulang pada 2006/07 dan 2008/09.

Munculnya mereka di Liga Champion barangkali lanjutan dari pelbagai kejutan yang ditorehkan selama berpartisipasi di Piala UEFA 2008/09. Braga tampil di ajang Eropa animo ini berkat prestasi top mereka di Eropa, menjuarai Piala Intertoto 2008. Namun yang lebih penting, sebelum mentas di Liga Champion, klub yang sering disapa Bracarenses itu sebelumnya menimba pengalaman tatkala segrup dengan Portsmouth, Wolfsburg, Heerenveen dan AC Milan di Piala UEFA 2008/09 dengan hasil tidak mengecewakan.

Namun di ajang prestisius seperti putaran selesai Liga Champion, Braga mereguk pelajaran mahal. "Itu malam yang jelek. Kami akui Arsenal memang kandidat serius menjuarai Liga Champion. Tapi masih ada lima partai ke depan dan kami tetap bisa lolos dari grup ini. Kami kalah pertarungan tapi tidak dalam peperangan," sebut Alan, gelandang dari Brasil. "Kami start dengan tegang dan grogi sehingga banyak bikin kesalahan. Sebenarnya langgar sudah simpulan di babak pertama," timpal Pacencia.

Menurut analis sepak bola Portugal, Tom Kundert, tipikal Braga memang selalu begitu. Spesialis kejutan. "Contohnya dikala lolos ke Liga Champion. Tak satupun ada yang menerka, bahkan di Portugal sendiri. Dalam konteks kekuatan, Braga itu seperti Aston Villa di Inggris. Selalu masuk papan atas, tapi hanya kejutan yang bisa menciptakan mereka sampai menjuarai Liga Portugal. Bertahun-tahun Braga dikelilingi tiga klub legendaris, Sporting Lisbon, Porto, dan Benfica."
Jack Wilshere di antara pemain Arsenalistas do Portugal.
Sukses ke Liga Champion melahirkan kemakmuran yang tak pernah diraih sebelumnya. Setidaknya Braga menangguk income senilai 16,69 juta pound (setara dengan Rp 200-an milyar), di mana 7,1 juta pound datang dari sisi prestasi (3,8 juta sebab lolos ke putaran grup, dan 3,3 juta dari bonus pertandingan (6 partai x 0,55 juta) serta 9,59 juta dari hak siar TV di Portugal. "Target kami tampil di Liga Champion tentu bukan jadi juara, tapi untuk menimba pengalaman dan kebanggaan," kata Paciencia.

Omong-omong, kenapa Braga sampai mampu mengidolai Arsenal? Semuanya ini bermula pada 1920 era instruktur asal Hongaria, Jozsef Szaba, membawa timnya ke Inggris dan sempat bermain di Highbury, markas besar The Gunners. Saking salut dan kagum, terutama pada warna kostum Arsenal, klub itu sontak memproklamirkan diri jadi Arsenal do Braga atau Arsenal do Minho sebagai nama aliasnya. Warisan ini terus dipertahankan usai melihat warna dan corak kostum utama Braga yang mirip Arsenal.

Bahkan hingga sekarang tim bau kencur mereka tetap berjulukan Arsenal do Braga. Musuh turun-temurun Braga bukanlah Sporting, Porto atau Benfica, tetapi Vitoria de Guimaraes. Derby mereka sungguh angker. Konon kabarnya, siapapun tak boleh masuk ke stadion sebelum berumur 13 tahun. Namun perlahan tapi pasti, terutama dalam lima trend terakhir, Braga bisa menyaingi mereka sampai-sampai muncul fenomena The Big Four di pentas Liga Portugal.

(foto: venuscreations/telegraph)

Wednesday, June 2, 2010

Piala Dunia Ialah Pandemi Dunia

SELALU banyak hal-hal menarik yang terjadi setiap Piala Dunia berlangsung. Bila saatnya datang, tanpa diperintah siapapun masyarakat di seluruh jagat terlihat lebih peduli dan lebih aneh bola dari biasanya. Efek dahsyat Piala Dunia bahkan menerpa kepada yang tak berkepentingan eksklusif.

hal menarik yang terjadi setiap Piala Dunia berlangsung Piala Dunia adalah Pandemi Dunia
Kala Piala Dunia tiba, banyak yang mencicipi seperti hidupnya lebih bebas, optimis, agresif. Manfaat lebih besar didapat mereka yang jadi lebih menghargai waktu. Bak kena sihir, seluruh tepian dunia akan disapu higienis oleh pandemi World Cup. Tak usah heran, alasannya adalah Piala Dunia yakni cita-cita, cita-cita, ide sekaligus berkah bagi insan dan bangsa-bangsa di dunia. Pesta hati bagi siapa saja yang memiliki hati. Pencerahan nalar paling sempurna manusia sebagai Homo Ludens.

Piala Dunia, sejenak, akan mengubah gaya hidup. Di sana-sini prioritas juga akan terbalik-balik. Beberapa negara yang menunda pemilihan umum, banyak dewan perwakilan rakyat direses-kan, perang agama di Timur Tengah atau perang suku di Afrika bakal mereda. Muncul optimisme dalam skala bisnis. Akan ada banyak mimpi-mimpi. Itulah, kenapa bangsa Amerika, pada akhirnya, mengakui World Cup yakni pesta olah raga terbesar di planet ini, bukan Olimpiade. Malahan, acap kali imbas Piala Dunia lebih signifikan dari beberapa program PBB.

Piala Dunia merupakan pembelajaran global dalam memahami kelemahan dan kekuatan ras manusia, karakteristik bangsa-bangsa, proses unifikasi, yang faktanya programnya kerapkali gagal dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau lewat seni manajemen politik negara-negara multi-rasial seperti AS, Inggris, dan Prancis. Setelah perang masbodoh simpulan, AS - menganggap dirinya sebagai polisi dunia - kini makin menyimak World Cup, sekaligus mencampakkan Olimpiade alasannya adalah dianggap lebih kepada butik atletik ketimbang esensi yang dicari dan diingininya.

Bayangkan keindahan madani Piala Dunia. Ini belum soal permainan atau efek kolosal lainnya. Seorang guru dari El Salvador, sesosok marinir berpangkat letnan asal Selandia Baru, atau seorang penjual video game di Prancis - sehabis diuji berat - akan dibaiat jadi pengadil. Puluhan bocah-bocah dari berbagai ras dituntun dua tim yang siap berlaga. Keheningan, kala lagu kebangsaan yang bikin dada bergemuruh dan pelupuk mata membasah, nyaring berkumandang. Dan selama 90 menit berikutnya, perasaan diaduk-aduk mirip naik roller-coaster.

Kota-kota di AS dilanda kegandrungan. Terdengar pekikan "USA, USA, USA!" yang diteriakkan beberapa orang berkulit putih, peranakan Cina bermata sipit, negro berkulit legam, dan Hispanik berambut ikal. Tua, muda, laki-laki, perempuan, pundak membahu menyemangati timnya di bar, kasino, juga perumahan.

Presiden Barack Obama tak mau kalah. Dia menonton duel seru AS vs Inggris, yang jatuh di waktu luang, Sabtu sore. Tapi saat AS bertemu Slovenia, beliau berkemas-kemas menunda pekerjaan sebab kick-off -nya tepat jam 07.00 pagi di Washington. Di pelosok Asia, malam hari tampak semakin panjang. Hiburan tunggal yang paling diminati miliaran pasang mata dan ratingnya naik mendadak: siaran eksklusif dari Afrika Selatan. Di sini, siapapun ia yang berbisnis kafe dijamin meraih keuntungan besar.

Saat bersamaan dari Havana, Fidel Castro menyerukan rakyatnya agar mendoakan Argentina. Dua presiden yang gila bola, Lula Da Silva (Brasil) dan Sebastien Pinera (Chile) harus tabrak berpengaruh untuk mengundang nonton bareng dua koleganya dari Venezuela dan Bolivia, Hugo Chavez dan Evo Morales. Begitu pun kenikmatan menonton siaran langsungnya. Saat Lionel Messi bikin gol, kelak semua presenter seantero berteriak, "Goooooooolllll, gol... gol... gol... gol...gol...gol...gol!" lewat aksen khas Spanyol. Di tanah Latin, acap kali hasrat duniawi seperti itu diperkaya oleh gerakan religius.

Beberapa tokoh agama memanfaatkan Copa del Mundo untuk menyadarkan para jemaatnya. Mereka bicara atas nama agama di satu sisi, meski tak punya cara untuk menghentikan satu motif sepak bola paling membabi buta di sana: kerusuhan, pembunuhan, kecurangan, penipuan dan seterusnya. Di cuilan dunia seperti ini, yang dogma pada Tuhan sama kuatnya dengan uang, sepak bola dilumat bulat-lingkaran sembari dijadikan way of life. Mereka menganut kapitalisme hasil balutan kesenangan, kerja keras, pikiran kekanak-kanakan, obsesi, serta kombinasi komoditi dan cita-cita.

Apa dampaknya secara masif? Peraturan sepak bola (laws of the game), yang terdiri 17 bab dijadikan "kitab suci" sebab dianggap menyuarakan aturan keseimbangan, the spirit of fair play. Ada kalanya main berangasan atau menahan diri, ada gembira atau saatnya sedih.

Piala Dunia pun bermetamorfosis puncak ritual relijiusasi sepak bola. Lihatlah mulut mereka sebelum main atau usai mencetak gol. Logo organisasi, corak kostum, atau yang ada di dalam strategi dalam strategi. Sebagian negara penggila bola, para pemainnya di Piala Dunia disimbolisasikan sebagai tentara-tentara suci seperti di zaman Perang Salib. Dorongan metafora seperti itu kerap menentukan, lebih dari sekedar mengada-ada. Itulah yang merasuki Marco Materazzi memprovokasi Zinedine Zidane di adu terakhir Piala Dunia 2006.

Di sisi lain, Piala Dunia selalu menjadi jembatan mengatasi perbedaan dan prasangka nasional, selain elemen sempurna propaganda politik. Inilah tema besar Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang, dua bangsa yang secara temurun berseteru, yang selama 50 tahunan selalu menolak paspor masing-masing. Hanya Piala Dunia yang bisa menyatukan mereka.

Beri waktu pada dunia 50 tahun atau lebih, barangkali kita baru melihat perdamaian sejati sesudah Palestina dan Israel menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia. Piala Dunia 2010 yang terhampar di Afrika Selatan, masih meneruskan masalah dunia yang belum kelar, kesetaraan manusia. Setelah 80 tahun, ini untuk pertama kalinya benua Afrika dipercaya menggelar kejuaraan dunia sepak bola.

Let's Celebrate Africa's Humanity. Misi FIFA di 2010 kali ini tidak main-main alasannya secara vested interest mempertaruhkan masa depan humanisme. "Perdamaian bukan cuma tak ada peperangan. Perdamaian ialah menciptakan kondisi untuk melahirkan harapan. Inilah warisan terbesar Piala Dunia."

Mungkinkah berhasil? Kenapa tidak! Singkirkan rasa pesimis, alasannya sepak bola adalah olah raga paling sederhana yang mampu dimainkan siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Sepak bola - lepas dari keterkaitan kekuatan bisnis dan keagamaan - suatu beautiful game yang diyakini bisa mengubah wajah dunia dan mengobati keputusasaan.

Namun sepak bola juga sarangnya kriminal, sebuah olahraga yang tak pernah mampu membasmi ketidakadilan, bahkan di ajang yang jadi puncak ritual permainan universal dan paling mudah itu sendiri, Piala Dunia. Nah, peperangan menunggu keadilan itu biasanya kita arungi selama Piala Dunia berlangsung, meski harus terus mengingkari kebosanan dan cita-cita.

Inilah epilog paling menarik Piala Dunia, sebagai medan justifikasi iman dan keraguan kita, teladan pikir, analisis, ambiguitas. Tantangan yang menjelma kecintaan. Selebihnya, nikmatilah dan ikuti saja suasana hati dengan memikirkan keseimbangannya, kesannya. Bersatulah dengan miliaran insan sedunia yang selama sebulan penuh disirami hiburan Piala Dunia.

Selama sebulan, bahkan haluan hidup mereka - yang tim nasionalnya tak pernah menjuarainya seperti kita - yang termasuk di barisan negara pemimpi lantaran belum pernah ikut serta, diubah paksa atau terpaksa mengubah demi tuntutan sebuah sensasi zaman.

"Tanpa memperhatikan demografi insan atau distribusi etnis, pesta sepak bola (Piala Dunia) memainkan peranan penting bagi insan dalam proses membangun identitas dan berafiliasi dengan masyarakat dan negara di mana mereka tinggal. Permainan dunia itu yaitu kendaraan paling potensial yang menampakkan diri sebagai ekspresi terkuat untuk mencari identitas dan kebanggaan nasional," tulis Paul Darby dalam bukunya, Africa, Football and FIFA: Politics, Colonialism and Resistance yang terbit pada 2002.

Yang ajaib, ruas-ruas lalu lintas di Jakarta yang biasa macet pada jam pulang kantor, di hari-hari tertentu justru lengang. Oh rupanya big-match Argentina-Nigeria, Jerman-Serbia, Prancis-Meksiko, atau Denmark-Belanda, bergulir dikala traffic jam di ibukota berada di puncaknya, jam 18.30 WIB. Tempat paling fanatik untuk mencicipi atmosfir lain Piala Dunia ada di tanah Latin. Produktivitas di Honduras merosot karena rakyat mementingkan Piala Dunia. Di Brasil, badan legislatif usang telah memutuskan pilpres 2010 harus digelar usai Piala Dunia.

(foto: bahram mark sobhani)

Sunday, February 7, 2010

Wetten Dass... Jon Bon Jovi Dan Mario Gomez Jadi Bintang

Ini gambaran lain, di negara lain, betapa lekatnya sepak bola dan jagat entertainment. Kalau pernah tinggal usang di Jerman, Anda niscaya menyukai program Wetten Dass..., sebuah acara besutan stasiun televisi ZDF yang amat populer ke seantero Eropa.
 sebuah program besutan stasiun televisi ZDF yang amat populer ke seantero Eropa Wetten Dass... Jon Bon Jovi dan Mario Gomez Jadi Bintang
Jon Bon Jovi, Heidi Klum, Mario Gomez, dan Thomas Gottschalk.
Pada edisi 23 Januari 2010, serial hiburan nomor satu setiap malam ahad itu menghadirkan empat selebriti top di dunia sepak bola dan hiburan: Mario Gomez, Heidi Klum, aktris Hilary Swank serta musisi top salah satu legenda rock dunia: Jon Bon Jovi.

Sebagaimana ciri khas acara Wetten Dass... - berarti Mau taruhan? -  dalam acara hiburan berbahasa Jerman yang dipandu Thomas Gottschalk itu, penonton diajak mengarungi acara dan donasi anyar mereka. Tentunya dengan gaya santai, tidak terlalu serius.

 sebuah program besutan stasiun televisi ZDF yang amat populer ke seantero Eropa Wetten Dass... Jon Bon Jovi dan Mario Gomez Jadi Bintang
Hillary Swank dan Mario Gomez.
Klum bicara dunia model dan peran gres sebagai ibu, Hilary soal donasi yang sedang dijalankannya. Jon Bon Jovi bercuap pelelangan gitarnya untuk korban gempa di Haiti. Lalu Gomez apa? Nah, ini yang memunculkan banyak gelak tawa. Striker Bayern Muenchen itu jengah bercerita soal aktivitasnya.

Apa pasal? Sebab sosoknya sedang jadi sorotan publik. Ada cibiran, ada juga kekaguman. Bikin ingin tau saja, ada apaan sih? Gomez barusan saja menjadi model majalah Playboy yang edisi berisi gambar otot-ototnya itu laku keras! Waduh!

(foto: augsburger-allgemeine.de)