Sunday, April 20, 2014

Renaissance Liverpool (5-Habis): 5 Pasal Brendan Rodgers


Sebuah revolusi yang sedang berlangsung di bumi Merseyside, yang bertetanggaan dengan negeri Wales, menyisakan empat adu lagi. Sanggupkah Liverpool mengentaskan impiannya, merebut titel ke-21, setelah 24 tahun? Cara kerja Brendan Rodgers sebagai navigator The Reds sangat penting disimak, menentukan, dan bisa jadi kunci sukses. Jika Anda masih ingin tau, berikut ini mungkin menjelaskannya.
Sebuah revolusi yang sedang berlangsung di bumi Merseyside Renaissance Liverpool (5-habis): 5 Pasal Brendan Rodgers
Pemeran utama dongeng Renaissance Liverpool.
Untuk semua yang dipikirkan, diperjuangkannya, yang telah dilakukannya, bukan berlebihan abad Gerrard The Skipper mencap Brendan Rodgers sebagai sang inspirator. Dengarlah pengakuannya: "Saya sangat terpesona dengan pembahasannya, taktiknya, dan kematangannya. Saya setiap hari berguru darinya. Dia tepat untuk klub ini dan aku pikir pantas dikontrak amat panjang."

[1]. Visi Jelas Sejak Awal

Sebuah revolusi yang sedang berlangsung di bumi Merseyside Renaissance Liverpool (5-habis): 5 Pasal Brendan RodgersDi Swansea, tipikal Rodgers digambarkan melalui kemutlakan penguasaan bola dan menekan lawan. Gayanya dipengaruhi Paulo Sousa dan Roberto Martinez, dua pelatih sebelumnya. Lebih jauh lagi, ini merupakan warisan John Toshack, pria Wales yang pernah melatih Real Madrid. Saat tiba ke Anfield, bahkan sebelum meneken kontrak, beliau mengemukakan ide-idenya untuk Liverpool. 

Di hadapan petinggi klub, take it or leave it, ia melaksanakan presentasi sebanyak 180 slide! Dengan segala maaf, Rodgers rupanya telah meng-assest selama ini Liverpool bermain tanpa imajinasi yang berasaskan enerji tinggi dan sistem teknis permainan.

[2] Mengeksekusi Imajinasi

Sebuah revolusi yang sedang berlangsung di bumi Merseyside Renaissance Liverpool (5-habis): 5 Pasal Brendan RodgersRogers mengutamakan keahlian dan kualitas teknik para pemain Britania dan perguruan, lepas modal mereka banyak di permainan fisik dan berteknik satu dimensi. Di Swansea City, klub dari Wales yang lingkungannya tidak eksotis, ia memimpikan metode Barcelona: pressing dan possession bola yang kohesif dan mencengangkan.

Pria Irlandia Utara ini mau mencar ilmu banyak dan mengeksekusi ilmu bangsa lain. Dia mengajarkan tujuh patriot Inggris-nya: Steven Gerrard, Raheem Sterling, Joe Allen, Daniel Sturridge, Jordan Henderson, Glen Johnson serta Jon Flanagan bertahan efisien dengan menekan lawan, memenangkan duel udara serta menyerang efektif lewat counter-attack.

[3] Taktik yang Fleksibel

Sebuah revolusi yang sedang berlangsung di bumi Merseyside Renaissance Liverpool (5-habis): 5 Pasal Brendan RodgersJika Barcelona dan Arsenal sangat terkenal tak punya Plan B, maka Rodgers membuang yang tak memiliki kegunaan dari mereka. Jangan lagi deretan lawan, pakar strategi bola ikut-ikutan gundah dibuatnya. Tak ada yang tahu main Liverpool seperti apa. Antara Suarez, Sterling, Sturridge atau Coutinho di wilayah dua pertiga lapangan tampaknya tak punya posisi!

Banyak bek yang frustrasi alasannya dalam lima menit saja, mereka harus meladeni tiga-empat lawan berbeda! Belakangan Sterling dimainkan Rodgers di belakang Suarez-Sturridge, sebagai penyerang lubang. Arsene Wenger dan Manuel Pellegrini pun jadi korban seni manajemen ini. Sterling bikin gol di dua big-match tersebut. Khusus pasal yang ketiga ini, Rodgers haram berkompromi dengan anak buahnya.

[4] Perubahan Dramatis

Sebuah revolusi yang sedang berlangsung di bumi Merseyside Renaissance Liverpool (5-habis): 5 Pasal Brendan RodgersMau dibilang raja tega atau tak berempati, beliau pantang bergeming untuk segera merajut butiran visinya. Risiko tak terkenal siap dihadapi. Yang biasa dipuja, harus angkat kaki. Karier Pepe Reina, Fabio Aurelio, Dirk Kuyt, Maxi Rodriguez, Alberto Aquilani, Andy Carroll, Charlie Adam, Joe Cole, dan Stewart Downing pun finis di Anfield.

[5] Menciptakan Values Pengalaman dan Potensi

Sebuah revolusi yang sedang berlangsung di bumi Merseyside Renaissance Liverpool (5-habis): 5 Pasal Brendan RodgersAda yang pergi, tentu ada yang datang. Hadirnya Simon Mignolet sempat bikin alis rakyat YNWA naik alasannya diplot untuk mengisi posisi Reina. Juga Phillipe Coutinho, Iago Aspas, dan Victor Moses untuk Adam, Kuyt, dan Downing. Jangan bingung alasannya adalah Rodgers yaitu instruktur pintar, motivator, dan seorang man of management yang jago.

Paling menarik yakni keberanian dan akidah Rodgers untuk mengatrol konfidensi Hendo, calon pengganti Gerrard, yang dua tahun belakangan dicibirkan masyarakat serta disepelekan pers lantaran harganya kelewat mahal, 20 juta pound, waktu diciduk dari Sunderland. Persepsi pun berubah. Kini cowok 23 tahun itu malah dijagokan sebagai tandem Gerrard di Piala Dunia 2014.

(foto: footballtop/liverpoolecho/dailymail)

Saturday, April 19, 2014

Renaissance Liverpool (4): Memahami Luis Suarez

Kontroversial merupakan elemen terpenting yang menciptakan permainan terindah di bumi ini menjadi menarik, hidup, alamiah. Sebagai panggung institusi, sejak dulu sepak bola selalu berisikan tim yang di dalamnya mengandung unsur anarkisme, anti-kemapanan, antitesis, eksentrik, siapapun beliau atau kiprahnya. Kali ini Luis Suarez hampir niscaya termasuk pesohor tematis yang dimaksud.
Kontroversial merupakan elemen terpenting yang membuat permainan terindah di bumi ini menj Renaissance Liverpool (4): Memahami Luis Suarez
Pindah ke Liverpool, sikap kontroversial Luis Suarez kian menjadi.
Sejarah mengajarkan tanpa bad boys, kesuksesan biasanya lama tiba. Setelah enam ekspresi dominan tanpa gelar liga, gres pada 1991 Sir Alex Ferguson menemukan solusi paten yang berbentuk sosok Eric Cantona untuk mendobrak rintangan lantaran kelamaan apes. Peran itu kemudian disambung Roy Keane untuk lakon mendominasi. Kalau Lionel Messi punya sedikit sifat Cantona, Keane atau Luis Suarez, hampir niscaya Argentina menjadi juara dunia pada 2006 atau 2010, minimal pernah merenggut Copa America.

Dalam cakupan luas, orang-orang mirip George Best, Johan Cruijff, Diego Maradona, Hristo Stoichkov, sampai Ronaldo Nazario barangkali jadi teladan ekstrem asal muasal bagaimana seorang biang kerok jadi sukses. Anda niscaya lebih banyak punya datanya. Sayang terlampau banyak menyebutkan kategori-kategori di bawah level para legenda, lepas apapun motif atau similarisasi mereka.

Perjalanan hidup Luis Suarez di musim ini begitu menggairahkan, kolam from zero to jagoan. Dari yang tadinya nyaris berstatus penjahat sekarang jadi hero. Tanpa Suarez kekuatan Liverpool cuma setengah. Namun dengan Suarez kekuatan Liverpool menjadi satu setengah. Pria bengal tapi cinta keluarga ini tak syak lagi mampu menjadi 'Maradona-nya' The Reds. Ya, siapa tahu.

Penampilan Liverpool sepanjang ekspresi dominan ini makin terbentuk lewat aksara Suarez, baik sandiwaranya di lapangan, kepribadian eksentriknya. Pemberontakan ayah dua anak itu, benar atau salah, kerapkali dipersepsikan sebagai ancaman buat forum yang menaunginya. Dia yaitu ikon yang gampang difitnah dunia sehingga sering dijuluki Che Guevarra-nya sepak bola.
Kontroversial merupakan elemen terpenting yang membuat permainan terindah di bumi ini menj Renaissance Liverpool (4): Memahami Luis Suarez
Memang punya kepribadian unik dan eksentrik.
Suatu ketika Suarez tampak terlihat sebagai pejuang ketidak-adilan pada sebuah struktur. Namun dalam dimensi serta ruang waktu yang berbeda, secara morfologis dia gampang terpeselet menjadi pejuang anarkis, public enemy. Sifat ini merupakan doktrin kekiri-kirian, radikalisme, oposisi, otorianisme yang melawan hirarki organisasi yang tidak adil yang menjadi ciri khas laki-laki-laki-laki Amerika Latin.

Pengalaman hidup dan realita kesudahannya mendarahi ideologi permainan Suarez di mana saja. Persepsi ialah kenyataan. Di mana pun, ke mana pun Suarez berada peluit dan usikan selalu mengikutinya. Wasit harus mengawasinya ekstra keras, mendekatinya sebisa mungkin dan bersumpah semenjak di kamar ganti dirinya tak akan ragu-ragu. Sayangnya Suarez terlatih semenjak kecil. Maka yang terjadi justru kekonyolan: bukan yang seharusnya, atau tidak yang seharusnya.

Darah Indian

Karakter Latin beda jauh dengan budaya Eropa, dan terlalu aneh di Inggris. Itulah kenapa Suarez bukan kelasnya Fernando Torres. Pada konteks ini, jika pada Mei nanti lahir kejutan, orang baru sadar bahwa Suarez itu sekelas dengan Diego Maradona, Ronaldo Nazario, atau Jose Luis Chilavert, orang-orang yang mempunyai gambetta atau furbizia selayaknya lelaki Latino.

Reputasi Suarez sanggup mengubah atau merusak Rule of the Games, arahan-kode sepak bola. Keputusannya meninju bola dengan sengaja ketika meluncur ke gawang Uruguay pada 2010, sangat menyakitkan satu Afrika. Sesuatu yang seperti dengan Tangan Tuhan Maradona pada 1986. Suarez sangat paham hal itu sebuah kesalahan; yang penting baginya bukan sebuah dosa.
Kontroversial merupakan elemen terpenting yang membuat permainan terindah di bumi ini menj Renaissance Liverpool (4): Memahami Luis Suarez
Menjuarai Copa America 2011 dengan kemarahan yang nyata.
Sisi keadilannya yaitu harus melihat intensitas etos kerja Suarez yang sangat berpengaruh, mental juara yang kelewat tinggi. Ambisi eksklusif ia pada akibatnya akan menerima pembenaran, bila tak pantas disebut dengan pengakuan dan perlindungan. Tanpa tangan Suarez, Uruguay tak akan lolos ke semifinal Piala Dunia 2010. Orang bertanya: apa yang bikin sosok ini jadi berbuat begitu?

Tanpa menyinggung latar belakang budaya tidak mungkin untuk menjawabnya. Uruguay, yang luasnya hanya seperempat Jakarta Raya dan penduduknya tak sampai 3,5 juta jiwa, juga kenyang diobok-obok kolonialisasi Eropa. Setelah bebas pun; perang saudara, konflik sipil, kudeta militer, resesi ekonomi gantian menghampiri negara yang dijepit raksasa Brasil dan Argentina ini.

Maka tak ayal, kolektivitas sentimen perlawanan nan progresif dan ketidakpercayaan selalu menancap kukuh di setiap DNA laki-laki Uruguay secara turun temurun. Kebudayaan mereka diperkuat oleh suku Charrua, bangsa orisinil Indian, yang mengolah identitas perlawanan selama empat abad. Garra Charrua, atau kegigihan Charrua, terperinci berada di dalam anutan darah Suarez.

Mengkritisi atau meremehkan Suarez justru makin menguatkannya. Dengan murka, Uruguay menjuarai Piala Dunia 1950 dan Copa America 2011 (mengalahkan Brasil dan Argentina). Kombinasi ideologi ketahanan dan semangat sengit dan liar menjelaskan kepribadian Suarez di lapangan. Suatu dikala budaya sepak bola toh memahaminya, alasannya adalah sepak bola hanya mengakui pihak-pihak yang menang.
Kontroversial merupakan elemen terpenting yang membuat permainan terindah di bumi ini menj Renaissance Liverpool (4): Memahami Luis Suarez
Aksinya menggigit lengan bek kanan Chelsea Branislav Ivanovic.
Sejago-jagonya orang lihai memprediksinya, sepak bola selalu tak terbantahkan sebagai permainan misterius yang sulit diduga. Di awal musim atau sesudah sembilan pekan bahkan sampai final Februari, tak satupun para pengamat jempolan sejagat yang berani mencantumkan Liverpool sebagai calon juara. Beruntunglah bagi yang tidak nekat, sehabis melihat realitanya.

Kiprah Liverpool mengheningkan kicauan pihak-pihak yang menganggap sepak bola sebagai barang eksak yang mudah dihitung. Kini tiba-datang saja banyak bermunculan hipokritisme dan pragmatisme di luar Inggris. Penganut klenik barangkali tersenyum. Mereka 'merasakannya' duluan saat melihat Liverpool main di Senayan, Juli silam.

Tipikal Latin

Jika sorotan atas Luis Suarez menggema di mana-mana, maka bayangkan gaungnya pada pertengahan Mei nanti, masa Liverpool memainkan sabung penting nan pamungkas, menjamu Newcastle United di Anfield. Ini mampu jadi epos terhebat dalam sejarah klub sekaligus pentas penuh drama. 

Seperti apa harapan dan sorotan pada duet SAS atau trio SSS. Masih hangat dalam ingatan betapa telenovela Suarez di bursa transfer I mengaduk-aduk emosi publik Liverpudlian. Suarez, mirip diungkap media massa, dianggap sebagai 'penggalan terakhir' dari rangkaian puzzle Arsenal untuk sukses isu terkini ini. Perhitungan sang kapten tim, manajer tim, dan meilik klub semuanya sungguh sempurna.
Kontroversial merupakan elemen terpenting yang membuat permainan terindah di bumi ini menj Renaissance Liverpool (4): Memahami Luis Suarez
Melecehkan secara rasis bek kiri Manchester United, Patrice Evra.
Kalau Steven Gerrard mahkota Liverpool, maka Suarez ialah ratna manikam di mahkota itu. Duet Suarez-Sturridge, tak ayal, kini menjadi tandem terbaik di Inggris. Jika ada yang harus disesali Arsenal, dia itulah orangnya. 

Sepak bola memang sulit menjadi tepat, namun usaha menjadi ideal selalu tak pernah berhenti. Suarez mengakui, satu-satunya efek yang menghambat beliau hengkang dari Anfield adalah bisikan dan bujuk rayu Gerrard. Sebagai orang yang paling dihormati, Suarez sadar semua ucapan dan perjuangan sang kapten patut disimak dan dimaknai dalam-dalam.

Apalagi khusus untuk urusan Suarez, Gerrard mengakui hingga harus mendekatkan diri kembali pada Tuhan. Bayangkan, si kapten mau bertobat dan tiba-tiba jadi alim! Dia kembali ke gereja semoga Suarez diberi jalan lurus dan menolak pindah ke Arsenal. Secara umum, di benak publik The Kop, menanggung frustrasi untuk ketiga kalinya sehabis hijrahnya Xabi Alonso dan Fernando Torres, tentu bukan kasus gampang. Namun Suarez tetap Suarez.
Kontroversial merupakan elemen terpenting yang membuat permainan terindah di bumi ini menj Renaissance Liverpool (4): Memahami Luis Suarez
Masih belum kapok untuk menyakiti Patrice Evra.
Di Ajax, di mana dia tampil reguler di Liga Champion, dia menjadi raja, toh tetap pergi. Dia ialah pria yang semenjak kecil punya cita-cita besar lengan berkuasa. Dia bengal, liar, andal membobol gawang lawan, namun cinta keluarga. Suarez yaitu tipikal pria Latin, mirip Carlos Tevez atau dulu Gabriel Batistuta. Impian Suarez bantu-membantu ialah Real Madrid, bukan Arsenal. Hal ini jadi anti-tesis Arsene Wenger. Impiannya yaitu mempunyai Suarez, bukan Real Madrid.

Liga Champion jadi motivasi utamanya. Sayangnya dompet Madrid lagi tidak setebal punya Arsenal. Mereka tak mungkin membeli Suarez 50 juta pound mana masih ngos-ngosan mencicil duit ke Tottenham Hotspur untuk Gareth Bale masih jauh dari kelar. Liverpool akan jadi tertawaan orang jikalau menerima usulan Real Madrid yang jumlahnya cuma separo dari Arsenal.

Sukses atau gagal, ke Liga Champion atau tidak, juara liga sehabis 24 tahun atau tidak, Suarez yakni Suarez, pria yang selalu disetir oleh ambisi dan kata hatinya berbasis leluhur, belief, keluarga, dan harapan kurun kecil. Suarez selalu berpotensi merusak pesta atau menjadi pendekar to zero. Diperlukan kepasrahan dan kebesaran jiwa ketika memiliki dirinya.

(foto: liverpool.wikia/skysports/metro/terra/downvids/thetimes)

Friday, April 18, 2014

Renaissance Liverpool (3): Rahasia Kehebatan Sas

Patah tumbuh hilang berganti. Dalam dua dekade sebelumnya, The Kop selalu punya duet legendaris dalam sejarah Premier League mereka. Namun apa boleh buat, di isu terkini yang tinggal sebulan lagi akan usai, rekor dan nama mereka semuanya akan terlupakan. Aksi jebol menjebol gawang dari duet SAS di setiap pekan barangkali bakal mengubah segalanya termasuk nasib.
 The Kop selalu punya duet legendaris dalam sejarah Premier League mereka Renaissance Liverpool (3): Rahasia Kehebatan SAS
Daniel Sturridge-Luis Suarez, kontributor 60% gol-gol Liverpool.

Pasangan Robbie Fowler (28 gol) dan Stan Collymore (14 gol) di trend 1995/96 sukses mengemas total 42 gol. Klasemen final Liverpool: Posisi tiga. Duet berikutnya yakni tandem Michael Owen-Emile Heskey di 2000/01 yang memangsa total 30 gol, santunan dari Owen (16 gol) dan Heskey (14 gol). Klasemen akhir: lagi-lagi posisi tiga.

Akankah Liverpool berposisi tamat di peringkat tiga lagi animo ini? Wallahualam, tapi jangan sampai ah! Namun bicara cita-cita, berbahagialah publik The Kop, berharaplah wahai Liverpudlian! Fakta menawarkan bagaimana duet Daniel Sturridge-Luis Suarez, kontributor 60% gol-gol Liverpool, kini berpeluang besar sebagai pasangan tersubur dalam sejarah Premier League.

Bayangkan, hingga di pekan ke-32 saja, Sturridge-Suarez sedikit lagi melewati rekor duet SAS yang asli, Shearer-Sutton, yang mengoleksi total 49 gol. Duet SAS yang gres mencetak 48 gol sampai Liverpool mengalahkan Manchester City 2-1 (13/4). Ke depan, overhaul rekor yang ditorehkan Sturridge-Suarez juga berpotensi pada penciptaan catatan Istimewa yang luar biasa.

Pertama, baik Sturridge maupun Suarez punya kans besar jadi raja gol trend 2013/14. Ketika duet Fowler-Collymore merajalela di 1995/96, kenyataannya top-scorer Premier League digenggam oleh Alan Shearer dengan 31 gol. Lantas abad duet Owen-Heskey berjaya, raja gol Premier League 2000/01 dipahat atas nama Jimmy Floyd Hasselbaink (23 gol).

Kedua, untuk Suarez yang sementara mencetak 28 gol, dirinya berkesempatan jadi raja gol terbesar sepanjang sejarah Premier League. Cristiano Ronaldo mencetak 31 gol (2008), Thierry Henry 30 gol (2004), begitu juga Kevin Phillips pada tahun 2000. Andy Cole (1994) dan Alan Shearer (1995) masing-masing dengan 34 gol. Dua nama inilah tantangan menarik untuk Suarez.

Ketiga, sejauh ini rekor gol duet SAS dari Anfield telah melampaui deretan deadlist duos. Les Ferdinand & Shearer (Newcastle, 1996/97, 41 gol), Collymore & Fowler (Liverpool, 1995/96, 42), Niall Quinn & Kevin Phillips (Sunderland, 1999/2000, 44) serta Sutton & Shearer (Blackburn, 1994/95, 49). Cuma Peter Beardsley & Andy Cole (Newcastle, 1993/94, 55) yang belum dilewati.

Made In Heaven

Dengan sisa empat tabrak lagi, sepertinya duo Sturridge-Suarez, percayalah, hampir pasti akan mengukir namanya di Hall of Fame sepak bola Inggris! Inilah kemitraan striker terbaik di Premier League seumur hidup, yang telah teruji bahkan di depan pertahanan kaliber terbaik. Produktivitas mereka telah menjadi ayat-ayat haru dan besar hati dalam puisi epos Liverpool FC.
 The Kop selalu punya duet legendaris dalam sejarah Premier League mereka Renaissance Liverpool (3): Rahasia Kehebatan SAS
The Deadly Partnership.
Siapa lebih baik, apa resep sukses, yang mana lebih mayoritas? Tanpa basa-kedaluwarsa, Suarez sang peneror segera menjawab: "Julukan SAS diberlakukan, maka saya ialah tentara terbaik alasannya adalah lebih senior dari Daniel. Anda selalu butuh pengalaman dalam sebuah laskar perang." Rahasia kehebatan mesti diungkap ke khalayak ramai agar kenangan untuk generasi berikut terpatri lebih dalam.

Dengan guyon ala Latin yang bermakna dalam, Suarez menyebut duet SAS-nya dengan Sturridge bak permainan buatan nirwana. Karena itulah pertahanan lawan suka merasa dinina-bobokan. Misi yang diemban The Deadly Partnership ini adalah meloloskan Liverpool ke Liga Champion, yang bisa diandaikan seperti berperang melawan terorisme tapi harus bikin perdamaian di satu sisi.

"Kami selalu membuat ruang terbuka masing-masing, termasuk kepada sesama rekan yang lain, semoga mereka menerima keuntungan. Jika salah satu dari kami ditempel, maka artinya aku atau Daniel 'kan tidak?" jelas pria Uruguay yang bertelinga mirip Mr. Spock di film Star Trek itu di sebuah wawancara khusus dengan majalah FourFourTwo.

Namun inti dari diam-diam sukses mereka sebetulnya ada di luar lapangan, pertemanan antar sesama. Renaissance Liverpool yang dibangun Brendan Rodgers makin meletup jago tatkala korelasi personal antar-unit, antar-pribadi terjalin berpengaruh. Satu rasa, satu perjuangan. Baik trio SSS ataupun duet SAS melupakan dulu permusuhan mereka di Piala Dunia 2014, Juni-Juli nanti.

"Daniel itu laki-laki yang mahir, selalu bikin aku, Lucas dan Philippe tertawa, terhibur. Bahasa Portugis-nya tak buruk karena dia banyak berguru dari pemain-pemain Brasil sewaktu di Chelsea. Dia seharusnya tampil ahli di Brasil nanti dikarenakan telah mengerti bahasanya," tutur Suarez yang market value-nya berdasarkan Transfermarkt mencapai 46 juta pound atau sekitar 52 juta euro.
 The Kop selalu punya duet legendaris dalam sejarah Premier League mereka Renaissance Liverpool (3): Rahasia Kehebatan SAS
Misi ke depan harus berhasil. Bagaimana jikalau gagal?
Dibuat di nirwana atau bukan, tidak problem. Yang niscaya kegemilangan Liverpool trend ini banyak yang setuju dibentuk oleh duet SAS, intisari dari trio SSS. Tinggal empat tubruk lagi, Renaissance memetik siap karenanya. Kereta terus melaju kencang, perjalanan sedikit lagi hingga. Semoga kali ini tidak ada aral melintang. Bagaimana andai misi mereka gagal? Ini yang ditakutkan! Dijamin kemitraan akan selesai, bubar, tinggal kenangan.

Potensi Kejayaan Sturridge-Suarez

20 April: vs Norwich City (tandang). Rekor gol sebelumnya: Suarez 11 gol, Sturridge 1 gol
27 April: vs Chelsea (kandang). Suarez 2 gol, Sturridge 1 gol
3 Mei: vs Crystal Palace (tandang). Suarez 1 gol, Sturridge 1 gol
11 Mei: vs Newcastle United (kandang). Suarez 2 gol, Sturridge 5 gol

(foto: mirror/thenational/dailymail/shoot)

Wednesday, April 16, 2014

Renaissance Liverpool (2): Kohesi Sempurna 3 Predator

Ini yaitu serentetan trilogi mana periode Liverpool berubah menjadi menjadi kesebelasan yang paling lezat ditonton, menghibur, genit, menggemaskan, penuh gairah di mana romantisme dan keganasan bersatu padu. Jangan lagi Anda, siapapun pelatih bola di dunia ini pasti menyukainya.
Ini adalah serentetan trilogi mana kala Liverpool menjelma menjadi kesebelasan yang paling Renaissance Liverpool (2): Kohesi Sempurna 3 Predator
Duet Sturridge-Suarez mengingatkan Shearer-Sutton.
Ada sepasang striker ambisius yang punya karakterisitik permainan dan tingkah acuan yang sangat berbeda tapi saling menunjang, saling melengkapi, saling mengisi. Ada sebaris trisula predator ganas yang selalu bikin ciut nyali musuh-musuhnya sekaligus perasaan tidak nyaman pendukung lawan.

Gol-gol mereka selalu mengandung unsur egoisme, ambisi, kerja keras, kerapkali mesti egosentris yang menjadi DNA-nya. Apapun rintangannya bukanlah penghalang buat Daniel Sturridge dan Luis Suarez untuk melesakkan bola lewat berbagai cara dan tindakan. Di atas itu semua, pahala terbaik mereka buat Liverpool, tiada lain, mampu menebarkan harapan.

Ini bantu-membantu yang sangat dan paling penting. Hampir seperempat abad, Liverpool tak pernah lagi mengelus atau membelai trofi liga. Bayangkan, nyaris 25 tahun! Buat klub legendaris tentu sangat sangat usang, keterlaluan bahkan waktunya sudah hampir dua kali lipat dari Arsenal. Tapi, syukur Alhamdulillah, peluang itu telah terbuka lebar-lebar sekarang. Ya, apalah artinya hidup tanpa memiliki cita-cita?

Tak syak lagi, keduanya soulmate penyerang idaman ketika ini. Itulah positioning terbaik Sturridge-Suarez di Liverpool. Sebuah duo ideal yang di setiap gerak-geriknya, kegembiraannya, selebrasinya, menjadi denyut nadi keinginan dan tarikan nafas peluang pasukan Brendan Rodgers beserta khalayak ramai Republik Liverpudlian. Mereka telah mengguncangkan bumi Britania!

Publik menamakan pasangan ini SAS, plesetan dari pasukan komando elite Inggris yang amat ditakuti sejagat, Special Air Service. SAS tentu bermakna Sturridge And Suarez seperti yang dibutuhkan pers. Bak sebuah unit komando militer yang selalu menghadapi risiko terberat, tertinggi di dalam tugasnya, begitu pula hambatan yang dihadapi Sturridge-Suarez.
Ini adalah serentetan trilogi mana kala Liverpool menjelma menjadi kesebelasan yang paling Renaissance Liverpool (2): Kohesi Sempurna 3 Predator
Duet striker memang punya sejarah cantik di liga.
Suarez ialah seorang pejuang yang pantang menyerah, papar Ole Gunnar Solskjaer, usai perjuangan batalyonnya dilumat duet SAS dengan skor 3-6. Secara spesifik, manajer Cardiff City itu menganggap sosok Suarez sebagai biang keladi kehancuran timnya. Di matanya, laki-laki Uruguay itu orang yang selalu optimistis pada upayanya, lebih hebat dari sekadar striker top.

Pers di Inggris malahan menganggap tandem SAS 'KW1' (Suarez-Sturridge) itu lebih mahir dari duet SAS 'Ori' milik Blackburn Rovers 1994/95 di diri (Alan) Shearer dan (Chris) Sutton. Jika di simpulan animo ini duet 'KW1' bisa menyamai peran duet 'Ori' yaitu memberi andil besar menjadi juara liga, maka bisa jadi posisi historis mereka jadi terbalik.

Hal paling menarik menonton Liverpool di musim ini, ya tiada lain suguhan puisi dan prosa bergerak dalam diri trio-pembunuh: Luis Suarez, Daniel Sturridge dan Raheem Sterling. The Reds boleh memble di belakang, tidak mentereng di zona sayap, kurang sip di lini tengah bahkan pas-pasan di bawah mistar gawang. Sungguh, semua itu tak soal alasannya mereka punya tridente akhir hayat, metamorfosa dari SAS menjadi SSS, tripel S!

Pujian Italia

Ibarat predator, Suarez ialah Tyrannosaurus-Rex, dinosaurus terganas yang selalu menyantap mangsa apa saja, termasuk dinosaurus itu sendiri dengan tega bin kejam. Sementara Sturridge lebih mirip seekor Troodon, dinosaurus paling cendekia yang membunuh korbannya dengan berdarah hambar, dikunyah bertahap dan punya cara ekslusif dengan memainkan mangsanya terlebih dulu.

Adalah mimpi jelek buat lawan sebab Liverpool punya dinosaurus ketiga! Barangkali banyak orang tahu. Ya, Raheem Sterling. Gelandang serang yang sekampung dengan musisi legendaris Bob Marley, Jamaika ini yaitu stimulan vital yang melakoni peran pembuka jalan atau pemecah kebuntuan bagi duet SAS. Sterling kolam seekor Dromiceiomimus, dinosaurus tercepat yang sanggup berlari 60 km/jam. Pemuda yang gerakannya seperti nyamuk ini melengkapi trio akhir hayat The Reds di abad ini.
Ini adalah serentetan trilogi mana kala Liverpool menjelma menjadi kesebelasan yang paling Renaissance Liverpool (2): Kohesi Sempurna 3 Predator
Raheem Sterling sering membuat bek lawan terjengkang mendadak. 
Sebagai mahluk paling eksplosif di Liverpool animo 2013/14, cowok yang baru 19 tahun tapi sudah beristri dan beranak dua itu tahu betul menggunakan kecepatan. Manchester United, Tottenham, dan Arsenal tak pernah lupa pada akselerasinya menggiring bola, kadang sambil meliak-liuk atau sekonyong-konyong mengerem mendadak yang bikin pengawalnya terjungkal.

Trio SSS yang dialiri enerji kohesi tepat bermetamorfosis menjadi kombinasi free-scoring tepat dan klik mematikan. Selain mendapat apresiasi, tridenta ini memang terbukti telah sebagai fear factor buat siapapun yang menghadapi Liverpool. Tiga teroris ulung ini yakni bangunan dasar ambisi Liverpool yang terlihat tak pernah terpuaskan dan sangat berbeda kinerjanya dibandingkan animo sebelumnya.

Determinasi mereka mensugesti komposisi permainan dan nyali rekan-rekannya. Saat getaran passion ketiganya muncul, dikala itu pula gelegak adrenalin menulari skuad. Intisari skuad Liverpool sesungguhnya cuma dibentuk oleh 5-6 pemain saja. Duet SAS atau trio SSS selalu ditopang Steven Gerrard, Jordan Henderson, atau Philippe Coutinho, atau Joe Allen atau Lucas Leiva.

Manakala trisula akhir hayat ini tak bermain baik, dijamin permainan Liverpool akan hancur. Jose Mourinho, Manuel Pellegrini dan Arsene Wenger, yaitu sedikit pelatih yang hafal tahu betul bagaimana cara menanggulangi mereka, intinya jangan hingga ada bola yang dikirim ke mereka. Pola main Rodgers adalah sistem blok, di mana organisasi sejajar menjadi kunci permainan, bertahan dan menyerang.

Kinerja trio SSS menutupi serta menolong pertahanan Liverpool yang sesungguhnya kacrut. Gerrard, Henderson, atau Coutinho sangat lazim segera mengirim bola ke kiri, kanan, atau depan di mana Sturridge-Suarez-Sterling sontak melaksanakan rotasi secara otomatis. Ketika itulah lini belakang Liverpool punya waktu memulai konsolidasi dan koordinasi lagi. Begitu seterusnya.
Ini adalah serentetan trilogi mana kala Liverpool menjelma menjadi kesebelasan yang paling Renaissance Liverpool (2): Kohesi Sempurna 3 Predator
Trio SSS The Reds. Sulit diulangi 20 tahun sekali.

Kedigdayaan trio SSS memang memukau siapa pun. Secara spesifik instruktur nasional Italia Cesare Prandelli berandai-andai apabila Sturridge dan Sterling orang Italia. Seperti diketahui, di Piala Dunia 2014 Italia sekandang di Grup D bersama Costa Rica, Inggris serta Uruguay. Ini berarti lawan terberat yang dihadapi Gli Azzurri ialah trio SSS!

70 Juta Pound

"Alangkah bahagianya jika kami punya Sturridge dan Sterling. Kecepatan, enerji dan stamina mereka sangat ahli serta bermain luar biasa untuk klub mereka. Inggris beruntung menemukan sepasang pemain menarik mirip itu," kata Prandelli, yang di perempatfinal EURO 2012 menyingkirkan skuad Roy Hodgson lewat drama tabrak penalti.

Namun sorry to say, untuk menemukan pemain bertipe Sturridge dan Sterling buat bangsa Italia memang bak mencari dua jarum di tumpukan jerami. Italia beruntung di Ukraina 2012 sebab duo Sturridge-Sterling belum dipanggil tim nasional Inggris. Tapi nanti di Brasil ceritanya pasti lain. Tak heran bila Prandelli sekarang sangat khawatir dengan kekuatan Inggris.

Sadar betapa prospektifnya abad depan Liverpool melihat potensi duet SAS atau trio SSS, manajemen berniat untuk melindungi ketiga bintangnya dari incaran para pesaing, terutama sang hero utamanya, Luis Alberto Suarez Diaz alias Luis Suarez. Menurut si pemilik Liverpool, John W Henry, pihaknya punya dua cara untuk mengikat El Pistoleiro selama mungkin di Anfield.

Pertama beliau akan menaikkan nilai kontrak dan gajinya, kedua: mengabaikan semua penawaran. Dengan status tak mau menjual, tak berminat dan tak berniat, secara moril Liverpool masih punya hak pada laki-laki yang dibeli dari Ajax, Januari 2011. Ketika Suarez datang-datang mbalelo karena merasa klubnya tak punya ambisi dan peluang ke Liga Champion, seketika itu pula suasana jadi heboh.

Arsenal dan Real Madrid paling berpeluang menggunakan jasa dan tenaganya. Tarik ulur kubu Emirates dan Anfield sedemikian intensnya yang berujung tensi tinggi usai kedua pihak saling sindir menyindir. Suarez memang punya klausul membeli kontraknya sendiri pada sisa waktunya di Anfield senilai 40 juta pound. Pada Agustus 2013, Arsene Wenger melayangkan proposal melecehkan nan ngeledek 40.000.001 pound saking frustrasinya menghadapi kepala kerikil kubu Liverpool!

Ini adalah serentetan trilogi mana kala Liverpool menjelma menjadi kesebelasan yang paling Renaissance Liverpool (2): Kohesi Sempurna 3 Predator
Tatapan Arsene Wenger pada Luis Suarez yang penuh arti.
Andai tiada upaya keras, plus sembah sujud dengan sangat dari Gerrard dan Rodgers, sambil berjanji akan menjamin ajang Liga Champion sesuai hasrat terbesarnya, niscaya Suarez sudah pindah ke Emirates. Kasus Suarez jelas beda dengan Fernando Torres di mana Liverpool berminat menjualnya ke Chelsea 50 juta pound pada 31 Januari 2011.

Akhirnya drama Suarez kelar untuk sementara waktu saat pada Januari 2014 Liverpool memberi kontrak gres. Henry berani menggaji Suarez 200.000 pound per pekan, senilai 10 juta pound/tahun, sampai 2018 atau kontrak empat setengah animo. Klausul kontrak pun melesat menjadi 70 juta pound. Jumlah ini sebenarnya belum begitu kondusif dari incaran investor gres.

Sebagian pihak di Anfield bahkan ngotot agar buy-out clausul Suarez digenapkan menjadi 100 juta pound untuk mematok standar tinggi plus memagari Suarez supaya tak loncat dari Anfield. Sebegitunyakah? Sesuai fakta, apa mau dikata Luis Suarez memang telah menjadi key success factor kebangkitan Liverpool musim ini. Dari dirinyalah lahirnya duet SAS atau tripel SSS.

(foto: dailymail/theguardian/siamliverpool/mirror/liverpoolecho)

Tuesday, April 15, 2014

Renaissance Liverpool (1): Mencar Ilmu Dari Kera

Pekan demi pekan, kapal revolusi berwarna merah itu makin mendekati pelabuhan tujuannya. Seremoni penyambutan disiapkan. Tinggal sebulan lagi, barangkali, Liverpool meraih apa yang amat luar biasa diusahakan dalam dua tahun belakangan. Dua tahun penuh drama, kerja keras, dan pengorbanan namun dibarengi oleh mimpi, keinginan, dan dogma.
 kapal revolusi berwarna merah itu makin mendekati pelabuhan tujuannya Renaissance Liverpool (1): Belajar dari Simpanse
Renaissance Liverpool dimulai oleh dua orang.
Wajar orang bertanya-tanya: revelation model apa yang sedang terjadi di Melwood. Sungguhkah terjadi Renaissaince, kebangkitan otentik, di Anfield? Racikan belakang layar apa yang ditemukan sehingga kesebelasan dengan kejayaan lawas itu begitu menghebohkan, angker? Berikut cerita kebangkitan mengagumkan The Reds seperti yang dipublikasikan The Guardian, hebatnya, dikreasi dua orang berbeda latar belakang.

Keputus-asaan atau keinginan terlalu tinggi adakala menciptakan orang lupa daratan, bahkan cenderung syirik. Pada 1998, di dikala-saat final World Cup digelar di Prancis, tiba-tiba saja Glenn Hoddle mengenalkan seorang perempuan berjulukan Eileen Drewery kepada anak buahnya. Dia bukan seorang wanita biasa, akan tetapi seorang paranormal, mungkin juga jago nujum.

Bak petir di siang bolong, markas tim nasional Inggris dihajar kehebohan dan desas-desus yang lalu jadi buah bibir, juga kelak hikayat. Kenapa sang pelatih ahli itu sampai harus menyeret paranormal hanya untuk bicara dari hati ke hati dengan setiap pemain? Hoddle merasa tugas memompa semangat tim atau mengenal sosok setiap pemain bukan peran utamanya.
 kapal revolusi berwarna merah itu makin mendekati pelabuhan tujuannya Renaissance Liverpool (1): Belajar dari Simpanse
Eileen Drewery dan Glenn Hoddle menginspirasi Liverpool.
Eileen si misterius itu eksklusif bekerja. Suatu cerita, saat giliran Ray Parlour yang harus 'dipermak' psikisnya, mirip biasa, kedua telapak tangannya ditaruh di atas kepala pemain. "Agak ke belakang, Eileen. Nah, sekarang ke samping," jelas si Romford Pele yang meringis geli namun keasyikan kepalanya disentuh. Hingga menjelang milenium baru, sepak bola Inggris masih terjamah oleh cerita klenik ala zaman jahiliyah. 

Barangkali Anda tersenyum namun malas menanggapi hal seperti itu, hingga kemudian Anda seketika berubah pandangan tatkala mengetahui peran mulia yang dilakukan Steven Gerrard, kapten Liverpool sekaligus kapten nasional Inggris, The Heart of LionsAdalah Dr. Steve Peters, yang menjadi pangkal cerita. Dia adalah satu anggota penting kabinet Roy Hodgson (semenjak 1 Mei 2012) di manajemen Three Lions selain fisioterapis Gary Lewin tentunya. 

Hodgson mengangkat Dr. Peters, seorang psikiatris olah raga, di kabinet tim usai menjadi manajer nasional Inggris, satu posisi yang sama peliknya dengan Perdana Menteri. Amat jelas Hodgson enggan mengulangi kepicikan Hoddle. Kekonyolan harus disudahi. Dari mana beliau dan Peters memulai perjuangan untuk memperbaiki motivasi dan kinerja tim? Mereka sepakat: kapten nasional! 
 kapal revolusi berwarna merah itu makin mendekati pelabuhan tujuannya Renaissance Liverpool (1): Belajar dari Simpanse
Dr Steve Peters.
Peters pun membidik Gerrard sebagai target awal tugasnya. Saat itu konfidensi Gerrard melemah karena sangat sering didera cedera groin, pangkal paha. Sebagai pemain kunci di lini tengah, sumber spiritual lapangan di Liverpool dan Inggris ikut merana karenanya. 

Di-persona-non-grata-nya John Terry, lalu memburuknya fisik Rio Ferdinand sebagai pengganti, semakin meyakinkan Hodgson saat menunjuk leader berikutnya: Gerrard! Awalnya kondisi ini membebani Gerrard secara psikis. Namun waktu berjalan, sekarang tampak terlihat, meski lambat tapi kondisi Gerrard, Liverpool, dan Inggris terus membaik.

Perasaan skeptis berkembang menjadi optimis. Kolaborasi Peters dan Gerrard diyakini sebagai awal kebangkitan Three Lions. Kisah indah bertebaran. Di masa gres itu, Inggris cuma kalah sekali dari empat juara dunia, yaitu dari Jerman 0-1, dan kalah 2-4 via tabrak penalti vs Italia di EURO 2012, tapi dibalas dengan skor 2-1 dalam sebuah persahabatan di Bern, 15 Agustus 2012.

Namun Brasil tak pernah menang dari pasukan Hodgson lewat hasil 1-2 dan 2-2. Lawan Prancis berakhir 1-1. Di ajang resmi, Inggris sukses meraih tiket Piala Dunia 2014 dengan hasil meyakinkan. Hodgson tersenyum puas. Gerrard pun mulai berbinar-binar perasaannya. Dia tahu asal-muasal perubahan jago ini, kemudian berpikir keras bagaimana menularkan ke sisi yang lain.

Harus Tegas

Pada medio 2012 itu, dalam waktu sebulan Gerrard sudah punya dua bos baru. Setelah Hodgson adalah Brendan Rodgers, yang resmi memanajeri Liverpool pada 1 Juni 2012. Dan, seperti yang diakuinya, Stevie G bantu-membantu cukup butuh 2-3 bulan mencicipi kesaktian sentuhan Dr. Peters tanpa harus kegelian seperti Parlour dulu, dan itu sangat mengesankannya.
 kapal revolusi berwarna merah itu makin mendekati pelabuhan tujuannya Renaissance Liverpool (1): Belajar dari Simpanse
Steven Gerrard, kapten Liverpool dan tim nasional Inggris.
Pada satu sisi, hingga menjelang 34 tahun, Gerard semakin memikirkan Liverpool yang belum pernah diberi titel idaman semenjak dibela pada 1998. Ide cemerlang muncul. Dia membagi kisah pengalaman barunya itu kepada Rodgers. Terpukau oleh tuturan kaptennya, manajer yang gres berusia 39 tahun saat membesut Liverpool tersebut merasa terinspirasi, kemudian mengundang Peters ke Melwood.

Keputusan Rodgers itu yang kelak menjadi momen kebangkitan. Dr. Peters lalu mesti bersua dengan skuad yang bersedia nrimo 'masuk kelas' seusai latihan fisik. Namun semua ini hanyalah awalan saja. Gerrard berdebar-debar apakah upaya Dr. Peters akan berhasil di Liverpool. Walau setengah mati berjuang, namun Liverpool tetap saja berperingkat ketujuh di akhir trend 2012/13. 

Posisi itu hanya setingkat lebih baik dari demam isu sebelumnya. The Reds urung lagi ke Eropa; boro-boro Liga Champion, tiket ke Liga Europa pun luput. Namun ada satu tabrak yang selalu diingat Peters dan ribuan noktah harapannya, yakni saat Rodgers memulai debut di Anfield, Agustus 2012. Di sabung itu Liverpool menahan si juara bertahan Manchester City dengan 2-2.

Bukan soal hasil atau menyaksikan debut Raheem Sterling, tapi aksi dan reaksi pasukan Rodgers masa itu sangat berkarakter, penuh optimis, dan berkemauan berpengaruh. Liverpool cuma kalah kualitas dan materi pemain, namun soal mental ceritanya lain. Konklusinya ditemukan bahwa Rodgers harus tegas dikala menentukan grup pemain. Artinya berkeliaran di transfer window sepertinya menjadi mutlak.

Kualitas optimisme meningkat ketika menjemput musim 2013/14. Perbaikan di Liverpool membuat pendukung mereka berperasaan sama setidaknya mirip di era Ron Yeats dan Ian St John. Bukan yang terbaik, namun Anda sulit beranjak dari Anfield atau sofa di rumah tatkala menonton aksi Luis Suarez yang penuh gairah. Artinya Liverpool cuma butuh terus percaya dan bernasib baik!
 kapal revolusi berwarna merah itu makin mendekati pelabuhan tujuannya Renaissance Liverpool (1): Belajar dari Simpanse
Pokok membenahi persoalan dimulai dari seorang kapten.
Jika sekarang mereka bergantian menduduki singgasana Premier League demam isu ini, maka perbaikan mental dan penemuan seni manajemen yakni sebuah keniscayaan. Mereka pantas menikmatinya meski episode paling memilih belum berakhir. Menjamu Chelsea di pekan ke-36, Ahad (27/4), diramal bakal menjadi 'the real tamat' keberlangsungan nasib Liverpool. Sejarah yang sudah dinantikan-tunggu hampir seperempat masa.

Sangsikah Anda dengan mentalitas percaya diri dan semangat kebersamaan mereka? Tengok beberapa fakta yang terjadi ketika The Reds menghantam Tottenham 4-0 (30/3) serta Manchester City 3-2 (14/4). Kejadian sama berulang-ulang melihat Jordan Henderson dan Philippe Coutinho terlibat diskusi serius mana masa Liverpool mendapat tendangan bebas.

Perhatikanlah, sementara di sisi lainnya di hadapan sang bola, Luis Suarez dan Steven Gerrard juga terlihat saling bisik. Mereka serius dan intens. Penonton membacanya itu sebagai siasat untuk mengarahkan bola ke gawang lawan. Itu betul, tapi bahwasanya ada yang lebih penting lagi. Alih-alih akan mengeksekusi bola, komunikasi ekspresi akan meredam tekanan.

Dr. Peters mengajarkan dikala seperti itulah, para pemain sebisa mungkin memanfaatkan waktu untuk cooling down, menarik nafas dalam-dalam, memasukkan oksigen ke tubuh supaya otak jadi segar. "Steve Peters tak menimbulkan pemain berlari 100 meter lebih cepat, meskipun bergotong-royong beliau mantan sprinter, atau mengajarkan akurasi bola seperti Cruijff," kata Gerrard.
 kapal revolusi berwarna merah itu makin mendekati pelabuhan tujuannya Renaissance Liverpool (1): Belajar dari Simpanse
PM David Cameron, Roy Hodgson, dan Steven Gerrard.
"Namun saya jamin, jika para pemain membuka diri, dia akan menolong mereka dengan persiapan mental dan menciptakan mereka memahami bagaimana pikiran itu bekerja dengan baik." Pembeberan Gerrard wacana Dr. Peters ini lumayan mengejutkan karena sedikit banyak membongkar belakang layar kebangkitan Liverpool dan tim nasional Inggris yang dicari-cari media massa. Bahkan sekali waktu PM Inggris David Cameron mulai ikut peduli dengan The Three Lions.

Faktor Rumah Tangga

Siapakah Dr. Steve Peters? Psikiater berusia 60 tahun ini dikenal jenius matematika semasa kecil. Kecintaannya pada sports medicine dan psychiatry menciptakan dia bertitel master medical education dan mengajar di Universitas Sheffield. Reputasi puncak pria kelahiran Middlesbrough ialah dikala bukunya yang berjudul The Chimps Paradox (Paradoks Simpanse) jadi best sellers.
 kapal revolusi berwarna merah itu makin mendekati pelabuhan tujuannya Renaissance Liverpool (1): Belajar dari Simpanse
Sukses menangni Victoria Pendleton, 9 kali juara dunia putri balap sepeda.
The Chimps Paradox ialah bacaan wajib Gerrard sebelum tidur setahun belakangan. Buku ini mengulas kehebatan simpanse yang selalu hening mengatur sikap dan emosi melalui simpuls otaknya sehingga mencapai kinerja tinggi bahkan jenius. Pada intinya, Peters mengajarkan pembacanya bagaimana membedakan mimpi dan tujuan, bagaimana salah satunya akan saling mendukung.

Meski dibantu putaran roda nasib, dengan memburuknya kinerja Manchester United, Arsenal dan Tottenham Hotspur di liga, namun Chimps Paradox-nya Peters sangat membantu dan memandu Liverpool untuk meraih apa yang diidam-idamkannya hampir seperempat masa. Sepuluh kemenangan beruntun yaitu bukti sahih betapa konfidensi, kesuksesan dan kebahagiaan sedang menjadi mesin Liverpool.

Peters memulai eksperimennya di sepak bola melalui Gerrard, seorang kapten dua tim paling populer di Inggris. Sang pakar tahu selama ini The YNWA tidak punya kekuatan mental untuk sukses. Hal ini tentunya bisa berbahaya bagi perjalanan Inggris di Piala Dunia 2014. Bak dua sisi mata uang, inspirasi-pandangan baru Peters lalu jadi dambaan dua kesebelasan sekaligus.
 kapal revolusi berwarna merah itu makin mendekati pelabuhan tujuannya Renaissance Liverpool (1): Belajar dari Simpanse
Kekaguman Roy Hodgson pada Steven Gerrard tidak tertutupi.
Manajer Three Lions, Roy Hodgson, manggut-manggut bahagia dikala arah yang dituju sangat jelas. Dia amat mengasihi Gerrard, sosok yang punya gamesmanship tepat selain John Terry. Momok menyeramkan di tim nasional yang selalu berulang di ajang besar cepat atau lambat mesti diakhiri. "kalau ia bisa menolong Gerrard, kenapa tidak bisa menolong aku?" sergah Hodgson. 

Namun uniknya Hodgson enggan membebani Peters dengan tanggung-jawab seandainya Inggris gagal lagi dalam laga penalti. Gerrard pasti butuh pencerahan signifikan di simpulan kariernya untuk menutup perjalanan hidupnya dengan prestasi puncak. Liverpool yang sudah 24 tahun berpuasa juara liga, serta Three Lions yang 48 tahun belakangan ini tak punya prestasi apa-apa. 

Kiat Peters dalam melahirkan seorang juara lewat pendekatan personal mensugesti keputusan drastis Gerrard. Peters berjasa menjulangkan Chris Hoy, 11 kali juara dunia balap sepeda trek dan enam kali juara olimpiade. Selain itu ia juga sukses mengangkat reputasi Victoria Pendleton, 9 kali juara dunia putri balap sepeda trek dan pemenang olimpiade. Pengakuan yang luar biasa. 

Usut punya usut, di tangan Peters akar duduk perkara Gerrard dan mungkin Liverpool ditemukan: di rumah tangga! Ini berarti persoalan Liverpool, atau timnas Inggris mampu berasal dari Alexandra Curran alias Ny. Steven Gerrard! "Usai membaca Chimps Paradox, aku eksklusif berdiskusi dengan Alex sampai aku mengerti perbedaan bab-bab otak, bagaimana cara kerjanya, kapan berfungsi dan kenapa Anda memikirkan hal-hal tertentu, contohnya kenapa aku suka menggigit anak-anak dan sering menyalahkan ia," tukas Gerrard. 
 kapal revolusi berwarna merah itu makin mendekati pelabuhan tujuannya Renaissance Liverpool (1): Belajar dari Simpanse
Alexandra Curran dan Steven Gerrard. Makin tabah.
Setelah itu Gerrard merasa lebih sabar. Dampak signifikannya adalah penampilan di lapangan hijau. Lihat saja permainannya. Kini ia lebih cool, jarang kena kartu dari wasit, dan ekspresif. Usai mengalahkan tim kuat Manchester City, saking bangganya beliau menangis terharu di lapangan.

Sukses Liverpool dalam taraf Istimewa ditentukan oleh kekuatan mental Gerrard. Masa-era pemulihan cedera adalah ketika-ketika paling berkhasiat dalam hidupnya. Ia melahap habis Chimps Paradox. "Dia tidak mengubah saya sebagai pribadi atau sebagai pemain. Saya hanya merasa tak tahu apa yang terjadi di kepala saya sebelum bertemu Steve," papar Gerrard.

Walaupun hanya satu-dua persen, yang namanya perbaikan akan dilakoni Gerrard. Ini soal harapan mengubah nasib. Selain nasib, juga kebahagiaan orang dan masyarakat. Banyak yang bilang sekarang sang skipper terlihat lebih matang, kalem, konsisten dan tajam mengambil tanggung-jawab. Sebagai perhiasan, agar kemujuran menaunginya!

(foto: telegraph/fanshare/zimbio/dailymail/thesun)