Wednesday, February 9, 2011

Drama 27 April 1974: Gol Fantastis Di Langgar Terakhir Denis Law

Semua orang punya hari sial. Klub juga begitu, tak selamanya punya hari baik. Penggemar United berdebar-debar menanti The Manchester Derby melawan City, pada Sabtu, 12 Februari 2011 di Old Trafford. Bukan apa-apa; misalnya dari sisi teknis, rekor, atau faktor kandang yang pasti menguatkan peluang tuan rumah; tapi soal menghindari nasib apes, ketidakberuntungan, sanggupkah mereka.

debar menanti The Manchester Derby melawan City Drama 27 April 1974: Gol Fantastis Di Laga Terakhir Denis Law
Derby of Manchester: United vs City.
Satu hal yang niscaya, kita tak akan pernah tahu kapan datangnya nasib apes. Dari sisi mana pun, terang United lebih andal dari City. Tapi di sepak bola segala sesuatunya bisa terjadi. Tiada yang musykil dalam sepak bola. Justru United-lah biangnya untuk urusan yang mustahil-mustahilan.

Tanpa ini tak mungkin mereka meraih treble 1999.  Jika tak punya keyakinan, mana bisa mereka mengejar skor 0-3 menjadi 5-3 lawan Spurs pada 2001? Perlu disadari bahwa kemustahilan bersifat dua arah. Kemustahilan bagi United berujung senang, tapi kemustahilan buat Bayern Muenchen dan Tottenham Hotspur berakhir murung.

Sesungguhnya mengetahui hasil tamat kemustahilan dalam sepak bola bisa dilihat atau dirasakan sebelum pertandingan dimulai. Misalnya dari siapa yang terlalu percaya diri atau sebaliknya, yang merasa sangat tertekan. Soal akidah bermain, Red Devils yaitu salah satu tim terbaik di Eropa.

Itulah mengapa mereka jarang sekali sial, atau dengan kata lain sering merasakan keberuntungan. Namun, pernahkah Manchester United mengalami hari naas di Old Trafford, maksudnya khusus melawan Manchester City? Tentu saja pernah, dan celakanya kekalahan itu menggoreskan luka yang amat dalam.

Kekalahan terakhir United pada derby Manchester mencoreng perjalanan karier Sir Alex Ferguson selama seperempat abad penuh mengendalikan Setan Merah. Pada Minggu, 10 Februari 2008, City yang tengah diasuh Sven-Goran Eriksson, secara mengejutkan menang 2-1 melalui dua gol Darius Vassell dan Benjani Mwaruwari sebelum dibalas satu gol konsolasi Michael Carrick di menit 91.

Ironisnya kekalahan itu tepat di ketika United lagi memperingati 50 tahun Tragedi Muenchen. Tapi yang paling bikin mengganjal hati adalah; itulah kekalahan pertama Fergie dari City di depan publik Old Trafford. Naas? Bisa jadi.

Tak selamanya orang bernasib baik. Entah kapan munculnya, nasib sial mampu tiba sekonyong-konyong. Secara personal, ini jadi aib Fergie seumur hidup alasannya dari tujuh kekalahan dari City, itulah satu-satunya yang terjadi di Old Trafford! Menariknya, derby mendatang juga terjadi di awal Februari, saat United merayakan Peristiwa Muenchen ke-53 kali. Akankah sejarah itu berulang? Entahlah. Keunikan juga melihat lawan berikut Fergie. Jika di 2008 adalah Eriksson, maka besok yang muncul Roberto Mancini, murid Eriksson yang gayanya mirip sang guru namun lebih efektif dan pragmatis.

debar menanti The Manchester Derby melawan City Drama 27 April 1974: Gol Fantastis Di Laga Terakhir Denis Law
Pendukung Manchester City menyerbu lapangan Old Trafford.
Sejak pertama kali ber-derby ria pada 1894/95, khusus di liga hingga sekarang United telah menang 57 kali, sementara City 37 kali. Sebenarnya yang menarik dari duel sekota yakni komposisi kemenangan di sangkar lawan. Dari statistik diketahui The City cuma menang 13 kali di Old Trafford, sedangkan United dua kali lipatnya, 26 kali, menang di Maine Road atau City of Manchester Stadium.

Puncak dominasi City atas United terjadi di kala 1930-an, 1960-an, dan 1970-an. Sementara kejayaan United dari City, simpel sejak Ferguson masuk Old Trafford pada trend 1986/87, dan bertahan hingga milenium ini. Bentrok Mancunian juga kerap melahirkan dongeng-kisah antagonis, yang diukir para pemain spesial, paling kontroversial, mirip dua orang berikut ini. Jika sekarang yaitu Carlos Tevez, maka di abad 70-an tak lain Denis Law! Karier dua orang ini mirip, mantan pemain United yang membela City.

Mereka juga sering terlibat dalam perang antar-Manchester. Tapi tak mirip Tevez yang kepribadiannya saja yang mengesalkan, agresi profesional Denis Law mengecewakan fans United. Jika sejauh ini ulah Tevez seakan-akan cuma menggertak atau mengancam, maka Denis Law sungguhan telah membunuh United!

Sebuah peristiwa di hari Minggu, 27 April 1974, tak akan pernah dilupakan bahkan dimaafkan publik Old Trafford hingga sekarang. Pada balasannya, ini menjadi alasan kenapa buat penggemar United yang berstatus die-hard, apalagi dengan jam terbang di atas 50 tahun, tak sudi mengakui The Lawman yaitu legenda klub.

Waktu itu divisi satu Liga Inggris yang masih menggunakan sistem dua poin untuk tiap kemenangan menyisakan dua pekan lagi untuk mengakhiri kompetisi. Juaranya telah dipastikan: Leeds United, dengan runner-up-nya Liverpool. Tapi pertempuran di zona degradasi tetap belum kelar. Dari 22 penerima, United berada di urutan 21 dan telah 40 kali main dengan nilai 32. Sebagai juru kunci, Norwich City sudah dipastikan turun ke divisi dua alasannya punya nilai 29. 

Pesaing terdekat United ialah Southampton, di posisi 20, yang telah meraih 34 poin tapi cuma menyisakan satu pertandingan. Di atasnya ada Birmingham (35) dan West Ham (36) yang juga tinggal menyelesaikan satu langgar. Kecuali Norwich, keempat klub ini gontok-gontokan menghindari sisa dua tiket degradasi. Nilai maksimal United adalah 36, jika sukses mengatasi Manchester City dan kemudian Stoke City di sabung terakhir. 

Gol Emosional
debar menanti The Manchester Derby melawan City Drama 27 April 1974: Gol Fantastis Di Laga Terakhir Denis Law
Sontekan Denis Law yang membunuh bekas klubnya.
Minggu sore, 27 April 1974 di Old Trafford, 56.996 pasang mata jadi saksi perang Mancunian yang memastikan nasib United besutan Tommy Docherty di demam isu 1973/74. United harus menang, apalagi Soton bertandang ke Everton, dan West Ham United bersua Liverpool. Jika dua pesaing itu kalah, United dipastikan berada di atas Southampton dan mendekati poin West Ham, tapi telah menyelesaikan kompetisinya.

Memang, United tetap butuh pinjaman klub lain, dan itu terang berbau keberuntungan. Di tubruk pamungkas, jikalau mengalahkan Stoke telah berada di zona nyaman United bisa selamat dari turun kasta. Namun kunci awal dari semuanya itu adalah mengalahkan City, klub yang memakai sisa-sisa tenaga Law saat itu kariernya memasuki senja karena telah berusia 34 tahun. Jika gagal mengalahkan City, semua hitung-hitungan percuma. 

Entah karena sosok Law atau alasannya adalah lain, permainan United ternyata tidak berkembang sesuai skenario. Inisiatif serangan yang seharusnya lebih banyak dibuka United, justru tak kelihatan. Derby kali ini ternyata berjalan loyo. Babak pertama usai begitu saja, jangan lagi mengharap prospek United menang, untuk bikin satu gol pun terasa masih gelap.

Buat penggemar United hal itu ternyata dianggap remeh. Pasalnya mereka kurang memberi suntikan tabiat berupa teriakan atau sumbangan semangat. Yang dilakukan hanya menunggu, menunggu, dan menunggu datangnya gol. Pada balasannya cita-cita mereka salah. Didera perasaan bosan main adem ayem, pemain City coba iseng-iseng menggebrak.

Di menit 84 terjadilah insiden yang kelak akan dikenang sebagai The Denis Law Game. Prahara diawali saat bola yang digiring sayap kiri United, Willie Morgan, direbut oleh Mike Doyle. Oleh Doyle bola segera dioper ke Mike Summerbee yang bangkit bebas.

Dari tengah, Summerbee yang tak terkawal sama sekali dengan akselerasi tinggi menuju kotak penalti United. Ketika coba dihadang dua bek United, ia mengumpan bola ke Francis Lee yang pribadi merobek sisi kiri pertahanan United. Lee dikawal dua pemain lawan, tapi secara berilmu mampu meloloskan bola di antara kaki.
debar menanti The Manchester Derby melawan City Drama 27 April 1974: Gol Fantastis Di Laga Terakhir Denis Law
Denis Law diapit Frank Summerbee dan Francis Lee.
Bola itu bahwasanya telah menciptakan Denis Law yang tak bebas bangkit di depan gawang - mati langkah. Namun nalurinya sebagai eks bintang besar ternyata masih ada. Terkesan malas-malasan dan asal kena, sambil membelakangi gawang ia mencocor bola dengan tumitnya, dan gol! 0-1. Publik Old Trafford tersentak melihat back-heeled goal yang dibentuk eks pujaannya. Law lebih kaget lagi, tak menyangka sepakan isengnya malah jadi gol emas yang menciptakan United terdegradasi pada ekspresi dominan 1973/74 itu!

"Saya tak pernah merasa tertekan selama hidup kecuali hari ini. Setelah 19 tahun selalu puas kalau mencetak gol, pada akibatnya saya telah menciptakan sebuah gol yang paling aku sesali, gol yang tak pernah aku maui. Ini yaitu gol paling emosional yang pernah aku buat. Tapi begitulah sepak bola, alasannya adalah ketika ini saya adalah pemain City," ucap Denis Law usai pertandingan.

Setelah bola bersarang di gawang Alex Stepney, Law berjalan gontai. Tiada selebrasi sama sekali. Uniknya, barangkali untuk mengantisipasi segala kemungkinan, manajer City Tony Book eksklusif mengganti Law dengan Phil Henson. Law masih duka dan berjalan ke luar lapangan dengan kepala tertunduk.

Ada cemohan, makian dari publik Old Trafford, tapi mereka tak menyadari bahwa kekecewaan Law jauh lebih andal. Meski masih tersisa beberapa menit, tiba-datang langgar disudahi wasit sebelum waktunya lantaran para pendukung kedua tim masuk ke lapangan. Rusuh? Tidak, mereka hanya mengungkapkan emosi.
debar menanti The Manchester Derby melawan City Drama 27 April 1974: Gol Fantastis Di Laga Terakhir Denis Law
Denis Law diserbu pendukung The Cityzen.
Pendukung United memaki para pemainnya, sementara kubu City besar hati dengan hasil akhir. Kelak di kemudian hari, fans The Cityzen selalu senang menyampaikan ini kepada tetangganya: The day Denis Law back-heeled United into the Second Division. Karena masih dirundung sedih, United main tanpa semangat di langgar simpulan. Mereka kalah lagi dari Stoke 1-0.

Red Devils resmi "masuk Neraka" alias turun ke divisi dua bersama Norwich dan Southampton. Itu merupakan degradasi United ketiga selain di 1921/22 dan 1930/31, serta jadi masa-kala yang sulit setelah tak diperkuat lagi oleh trio ajal Law, George Best, dan Bobby Charlton. Namun tidak seperti di abad 30-an, di mana diharapkan delapan animo kembali ke divisi satu, United hanya satu musim main di divisi dua. 

Pada isu terkini 1975/76, mereka kembali lagi ke divisi satu, dan secara luar biasa pribadi nangkring di urutan ketiga di bawah Liverpool dan Queen's Park Rangers. Kalau pun ada sedih berkepanjangan, justru dialami Denis Law. Saking sedihnya bikin United degradasi, penyerang yang 309 kali membela United dengan rekor 171 gol eksklusif gantung sepatu! Di Manchester City, dia hanya main 24 kali dan 9 gol, di mana sebuah golnya menentukan nasib Setan Merah sekaligus kurun depan dirinya.

DATA-FAKTA

PEKAN KE-40 LIGA INGGRIS 1973/74

debar menanti The Manchester Derby melawan City Drama 27 April 1974: Gol Fantastis Di Laga Terakhir Denis LawManchester United 0-1 Manchester City
Waktu: Minggu, 27 April 1974
Tempat: Old Trafford, Manchester
Penonton: 56.996
Gol: 0-1 Denis Law 84'.
Manchester United (4-4-2): Alex Stepney; Alex Forsyth, Stewart Houston, Brian Greenhoff, Jim Holton; Martin Buchan, Willie Morgan, Lou Macari, Sammy McIlroy; Jim McCalliog, Gerry Daly. Manajer: Tommy Docherty
Manchester City (4-4-2): Joe Corrigan; Colin Barrett, Willie Donachie, Mike Doyle, Tommy Booth; Alan Oakes, Mike Summerbee, Colin Bell, Francis Lee; Denis Law (Phil Henson), Dennis Tueart. Manajer: Tony Book

KLASEMEN AKHIR DIVISI 1 LIGA INGGRIS 1973/74


debar menanti The Manchester Derby melawan City Drama 27 April 1974: Gol Fantastis Di Laga Terakhir Denis Law

(foto: citytilldie/dailymail/manchestereveningnews/manchesterlalala/statto)