Saturday, September 9, 2017

Pssi Harimau: Namanya Galak, Bagaimana Permainannya?


Bekas pemain tim Pra Olimpiade 1976 -  minus Lukman Santoso, Nobon, Suhatman, Johannes Auri, Robby Binur, Waskito, dan Taufik Lubis yang bernaung di bawah panji PSSI Garuda - kini menyandang nama yang lebih galak: PSSI Harimau.

Diasuh oleh Drs F.H. Hutasoit dan Sinyo Aliandu, kebolehan PSSI Harimau bakal diuji di kaki pemain Stoke City, klub divisi satu Liga Inggris di Stadion Utama Senayan, pekan ini. Adakah PSSI Harimau akan bermain segalak namanya? 

Tampaknya tidak akan demikian. Meski di barisan PSSI Harimau masih tersisa nama beken mirip Iswadi Idris, Risdianto, Andi Lala, Junaidi Abdillah, Anjas Asmara, Suaeb Rizal, Oyong Lisa, dan Ronny Pasla.
 dan Taufik Lubis yang bernaung di bawah panji PSSI Garuda  PSSI Harimau: Namanya Galak, Bagaimana Permainannya?
Si boncel Iswadi Idris.
Tapi tanpa kehadiran Lukman Santoso, Johannes Auri, Suhatman, dan Waskito, ketimpangan dalam gerak dan kerjasama tim terperinci tak terhindarkan. Titik lemah yang kasatmata kelihatan dalam problem penunjukkan pemain pada posisi bek kiri. Karena sehabis kawasan itu ditinggalkan oleh Johannes Auri, belum tampak pemain pengganti yang tepat untuk dibebani tugas tersebut.

Sakit Panas

Melihat keadaan yang rumit itu, Hutasoit seolah dihadapkan pada jalan bersimpang yang ruwet. Di satu pihak, dia dituntut untuk mempertahankan reputasi yang telah dibangun tim Pra Olimpiade dalam pertandingan final, Februari lalu. Di lain pihak, dia terbentur pada dilema pengisian daerah yang ditinggalkan sebagian pemain.

Kendati di Jakarta masih ada Rahman Halim dan Tinus Heipon yang biasa bertugas di tempat pertahanan sebelah kiri, namun penempatan mereka itu sulit untuk dapat dibutuhkan mengimbangi kebolehan Johannes Auri. Membandingkan kedua nama calon pengganti Johannes Auri, pengasuh PSSI Harimau, Hutasoit cenderung untuk memasang Tinus Heipon.

Repotnya, hingga simpulan pekan silam, Tinus Heipon masih terjangkit sakit panas. Kalau pun ia hingga turun, sukar untuk mengharapkan dirinya bermain dalam bentuk yang prima. Di rusuk pertahanan kanan, persoalannya tidak begitu gawat. Sekalipun Sutan Harhara dalam selesai Pra Olimpiade tak sempat turun sebab cedera, sekarang kebisaannya seolah minta diuji.

Sementara duo banteng yang lain, Suaeb Rizal dan Oyong Lisa pun tak perlu diragukan kelihaiannya. Di lini penghubung, permasalahan yang merisaukan Hutasoit agaknya berkisar dengan belum pulihnya keadaan Junaidi Abdillah. Tapi untuk mengemban tugas itu masih ada Anjas Asmara dan Sofyan Hadi. Sementara di barisan penyerang trio Andi Lala-Risdianto-Iswadi cukup memberi jaminan dalam merobek penjagaan lawan. Dibandingkan dengan ketrampilan ujung tombak PSSI Garuda: Hadi Ismanto-Deddy Sutendi-Waskito. Eksperimen untuk menuntut banyak dari PSSI Harimau terasa agak naif.

Karena pembentukan mereka seakan dipaksakan, guna memenuhi cita-cita pimpinan PSSI yang sadar akan kemampuan PSSI Garuda yang masih kepalang tanggung. Sehingga pemain sisa Pra Olimpiade itu buru-buru dibenahi. Dua tim yang berbaju nasional memang telah lahir. Tapi mungkinkah dituntut suatu prestasi yang terbaik dari kedua kesebelasan yang timpang itu? Itulah soalnya.

Seandainya pengurus PSSI berlapang dada melanjutkan keutuhan bekas tim Pra Olimpiade dalam satu bendera, keadaannya terang akan lain. Sebab bagaimanapun kesebelasan Pra Olimpiade - tentu saja yang utuh - masih memiliki potensi untuk mampu menjadi tim nasional yang besar lengan berkuasa.

Penggalangan banyak tim memang suatu pandangan baru yang baik. Tapi dalam keadaan sekarang menuntut kekuatan beberapa tim itu dalam taraf yang sama baiknya sebagai kesebelasan nasional, silakan eksperimen sampai bau tanah. Sepanjang sejarah olah raga dunia dikala ini, belum ada satu negara pun yang memiliki dua atau tiga kesebelasan nasional yang terkuat.

Lihat saja Brasil atau Jerman Barat yang memegang supremasi persepak-bolaan dunia ketika lalu dan kini, tak pernah tampil dengan kesebelasan nasional terkuat yang lebih dari satu. Sebaliknya, dua atau tiga kesebelasan nasional yang sama lemahnya memang gampang dihadirkan. (Tempo 26 Juni 1976)


(foto: twicsy/com/ekosaputro29.mywapblog.com)



0 comments:

Post a Comment