Tuesday, November 4, 2014

Persija, Pandangan Baru Dari Soempah Pemoeda

Walaupun di isu terkini 2014 gagal memenuhi target yang dicanangkan, namun reputasi Macan Kemayoran sebagai salah satu kesebelasan terpandang di Tanah Air tidak pernah tergoyahkan. Dan, ini selalu terjadi dari musim ke ekspresi dominan.

Berkat sejarahnya yang gilang gemilang, bahkan Persija menjadi klub paling sukses di pentas sepak bola Indonesia sepanjang sejarah. Klub ini sukses merebut 11 kali juara. Sembilan kali era kolonial hingga amatir, sekali juara bersama 1975 (bersama PSMS Medan), dan sekali di periode baru kompetisi profesional pada 2001. Berkat sejarahnya pula, dominasi Persija di blantika nasional tak pernah lekang dimakan waktu. Catatan fenomenal juga ditorehkan klub berlambang Monas sebagai satu-satunya klub dengan rekor tak pernah terkena degradasi semenjak debut pada 1931.

Dilahirkan dengan nama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), pada 28 November 1928, sungguh, Persija menjadi sejarah sepak bola Indonesia itu sendiri. Seperti diketahui, pendirian Persija sangat terkait dengan lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928. Makara sebulan pas, organisasi terkuat di lapangan hijau itu berdiri. Sehingga pada kurun 1930-an di VIJ, klub yang menjadi cikal bakal, Persija memiliki pengurus top di diri Muhammad Husni Thamrin (MH Thamrin), seorang Betawi tulen yang kelak di kemudian hari menjadi jagoan Jakarta dan pahlawan nasional pra kemerdekaan.

Ke-Jakarta-an MH.Thamrin ini mampu dibuktikan dengan dipakainya nama jalan paling prestisius, nomor satu di Ibukota dan di Indonesia, Jl.MH.Thamrin. Beliau tidak sendirian, alasannya adalah Persija juga diurus para teknokrat Dr A. Halim, Dr. Moewardi, Dr Koesoemah Atmadja, Mr Abdulwahab, Mr. Basri. Nama-nama seperti Roeljaman, Moh. Saridi, Soetarno, A. Gani, Djaimin, Soemarno, Soetjipto, Soetedjo, Iskandar, Oentoeng, atau Moestari, sangat dikenal orang Jakarta ketika itu. Mereka berkontribusi mengerek reputasi Persija di Tanah Jawa. Inilah skuad legendaris Persija yang merebut gelar juara nasional pada 1930-an.

Kebanyakan mereka datang dari klub-klub lokal yang menjadi sumber pemain Persija seperti Sinar Betawi, Jong Krakatau, Tjahaja Kwitang, STER, Setia, Malay Club, Keroekoenan, atau Andalas. Secara historis, wilayah-wilayah Petojo, Kramat, Tanah Tinggi, Tanah Abang, hingga Mesteer atau Jatinegara ialah basis utama klub pujian Jakarta semenjak awal.

Persija=Tim Nasional

Nama-nama Fredy Timisela, Kweet Kiat Sek, Fatah Hidayat, dan Thio Him Tjiang mulai bermunculan. Ada lagi Hong Sing, Van der Vin, Djamiaat Dalhar, Kwee Tek Liong, Van den Berg, Van der Vin, Pietersen. Juga Chris Ong, Giok Po, dan Tan Liong Houw. Disambung Soetjipto Soentoro, Sinyo Aliandoe, Yudi Hadiyanto, Fam Tek Fong, Reni Salaki, Tahir Yusuf, Supardi - yang dikenal semua orang Jakarta di abad 1960-an.
Belakang: Suaeb Rizal(2), Sutan Harhara (3), Ronny Paslah (4), Oyong Liza (5).
Depan: Sofyan Hadi (1), Andi Lala (3), dan Iswadi Idris (4)
Era keemasan Persija pada 1970-an ditandai dengan kawasan lahirnya legenda sepak bola dan pemain nasional. Sebut saja Iswadi Idris, Risdianto, Sofyan Hadi, Anjas Asmara, Sutan Harhara. Masih ada Andi Lala, Oyong Liza, Simson Rumapasal, Johannes Auri, Sudarno, Suaeb Rizal, Ronny Paslah dan lain-lain. Pada dekade ini, reputasi Persija juga membubung tinggi, ditakuti dan disegani lawan. Bukan saja di dalam negeri namun oleh klub-klub top Eropa!

Deretan adu internasional melawan OFK Beograd, Dukla Praha, atau Ajax Amsterdam, menjadi saksi betapa tingginya reputasi Persija kurun itu. Dominasi merambah ke tim nasional di mana mayoritas pemain Persija merupakan pemain nasional. Apalagi warna jersey utama Persija persis sama dengan kostum tim nasional, ialah merah.

Lalu kurun 1980-an pada diri Rully Nere, Ronni Pattinasarani, Junaidi Abdillah, Dede Sulaiman, Memasuki dekade 1990-an, reputasi Persija mulai mendapat banyak pesaing di pentas sepak bola nasional. Nama-nama Berti Tutuarima, Tony Tanamal, Darmadi bersaudara (Didik dan Adityo), Marzuki Nyak Mad, Tias Tono Taufik, Patar Tambunan, hingga Rahmad Darmawan mengisi album berikut.

Bang Yos, seorang pecinta Persija yang kebetulan menjadi Gubernur DKI sempat menaikkan pamor klub legendaris di selesai 1990-an hingga awal 2000-an. Lewat perjuangan gigih dan dana yang tidak sedikit, kesudahannya setelah 22 tahun berpuasa gelar, Persija meraih impiannya dikala merebut gelar ke-11, titel terakhirnya pada 2001.

Dalam perjalanannya, nama Persija terus melanglang buana lewat nama-nama Widodo Cahyono Putro, Kurniawan Dwi Yulianto, Miro Baldo Bento, Rochy Putiray, Deddy Umarella, Nuralim. Juga eranya Emmanuel De Porras, Imran Nahumaruri, Ali Sunan, Khair Rifo, Ponaryo Astaman, Luciano Leandro, Bambang Pamungkas, atau Ismet Sofyan.

Kini di dekade kedua periode milenium, di mana sepak bola dipaksa profesional total, tantangan Persija tentu tidak mudah. Dan ini menjadi tantangan serius untuk mengembalikan reputasi, kedigdayaan, dan dominasinya mirip impian jutaan warga Jakarta dan para pendukung fanatiknya. Selamat ulang tahun, Persija! Tanah Betawi selalu merindukan kejayaanmu. 

(foto: majalah olah raga Olympic)

0 comments:

Post a Comment