Friday, May 17, 2013

Sir Alex Ferguson (2): Sumber Kehebatannya

Seorang bintang film naik ke panggung untuk mendapatkan trofi penghargaan. Dia menangis bersyukur, lalu berpidato dengan gaya kocak yang bikin hadirin terpingkal-pingkal sekaligus melupakan kesedihan sang pemain drama. Dan yang tak disangka-sangka, si bintang film menyatakan pengunduran diri selamanya dari panggung hiburan alasannya sesuatu hal, sambil terisak-isak. Apa yang Anda lakukan jika Anda menjadi salah satu penonton di ruangan itu?
Seorang aktor naik ke panggung untuk menerima trofi penghargaan Sir Alex Ferguson (2): Sumber Kehebatannya
Panglima besar ulung yang paham menjalankan angkatan perangnya.
Disebut opera sabun atau bukan, penghormatan dan kehilangan biasanya selalu berdampingan. Mundurnya Alex Ferguson merupakan momen paling krusial bagi Manchester United. Di ketika bersamaan, Red Devils juga kehilangan David Gill sang CEO yang juga menyatakan diri pensiun. Keduanya kombinasi sempurna saat mengarungi pertempuran, amat bertenaga, kohesif, dan tentu: berprestasi.

Ferguson dan Gill sangat kompeten, lagi pula akil di bidangnya. Konten yang pas, meski sulit dibilang terbaik, dipadu dengan potensi dan prospek bisnis yang aduhai. Apa balasannya? Dalam kisah perang, Fergie yaitu panglima besar ulung yang paham menjalankan angkatan perangnya. Dia selalu didukung oleh seorang patih andal untuk menjamin senjata dan amunisi yang dibutuhkan. Itulah Gill.
Seorang aktor naik ke panggung untuk menerima trofi penghargaan Sir Alex Ferguson (2): Sumber Kehebatannya
Ferguson-Gill: kombinasi sempurna dan bertenaga untuk pertempuran. 
Tak heran jika Arsenal tidak sanggup menyainginya, bahkan ketika David Dein terusir, yang bikin Arsene Wenger jadi limbung; ketika itu bergotong-royong The Gunners sudah simpulan. Datangnya dua pemain baru, Chelsea dan Manchester City, malahan menyebabkan duet Ferguson-Gill lebih kreatif, ambisius, dan bergairah. Terkadang tradisi itu lebih berharga dan lebih kuat dari uang ada benarnya.

Namun mulai kini, itu jadi periode lalu. Setelah ikut bersedih dan menangis, Anda sebagai penonton setia dihadapkan oleh situasi ketidak-pastian di periode depan. Bukan soal kangen dan kehilangan, tetapi lebih kepada ketakutan dan kecemasan. Siapa yang mampu menggantikan abjad mereka? Adakah pemeran-bintang film lebih muda yang potensial mengisi lakon mereka?
Seorang aktor naik ke panggung untuk menerima trofi penghargaan Sir Alex Ferguson (2): Sumber Kehebatannya
Rumus dasar Ferguson: manajerial itu seluruhnya soal mengontrol. 
Usut punya usut, dipikirkan semalam suntuk, diteropong sampai mata lamuran; risikonya mampu disimpulkan: tidak mungkin mengulangi lagi kiprah duet Fergie dan Gill. Tradisi mungkin tidak berubah, namun cara berperang dan memakai senjata serta jaminan gudang senjata sudah pasti akan berbeda dan menggunakan gaya baru. Dari warung sebelah mana, United menemukan panglima dan patih barunya?

Kemampuan barangkali ada, tapi huruf? Ahli strategi mungkin banyak tersedia, tapi sebagai motivator? Bahkan kuadran Fergie dalam teori permainan ialah diktator. Panglima perang punya dua fungsi utama: memperjuangkan gaya bertempurnya dan menjamin kemenangan pasukannya. Karakter sulit dibuat sebab sudah terbuat semenjak awal lahir dan terbentuk oleh pengalaman hidupnya.

Manajer yang lebih santun di kamar ganti sudah berada di ambang mata. Tidak ada semprotan ala hair-dyer, menendang kawasan sampah atau melempar botol minuman ke tembok, tidak mengunyah permen karet, memprotes wasit, bahkan berani berkonfrontasi dengan manajer lawan di mana saja, di lapangan atau di koran. Pendek kata, ketakutan hadirin tadi akibat kehilangan seperti ini.

Dalam satu pernyataan, Ferguson bilang begini: "Manajerial itu seluruhnya soal mengontrol. Sukses memperlihatkan Anda kontrol, dan kontrol memperlihatkan Anda kelanggengan sebagai manajer. Dalam sepak bola, sangat sedikit manajer meraih posisi untuk mengontrol penuh timnya sendiri." Bukankah intensitas ini terlihat tidak mirip kebiasaan relasi administrasi modern dengan karyawan?
Seorang aktor naik ke panggung untuk menerima trofi penghargaan Sir Alex Ferguson (2): Sumber Kehebatannya
Keputusan yang jago tiba dari kontrol yang ahli.
"Saya menyayangi para pemain, saya lakukan itu. Namun itu tidak berarti Anda harus mengabaikan peran utama dengan bilang: Saya berharap lebih baik dari kalian. Permainan mereka di atas lapangan adalah cerminan saya, alasannya aku ingin mereka seperti aku."

Suatu dikala salah satu universitas bisnis terbaik di dunia ingin tau dengan gaya manajemen Ferguson. Belasan profesor bisnis Harvard Business School termenung saat mendengar salah satu tanggapan Fergie. "...dan bila ada orang yang berani meloncat dari ruangan kendali saya, mereka akan mati." Rumusan ala Ferguson sudah dimasukkan ke buku besar General Manual of Parenting.
Seorang aktor naik ke panggung untuk menerima trofi penghargaan Sir Alex Ferguson (2): Sumber Kehebatannya
Permainan mereka di atas lapangan yaitu cerminan saya.
Harvard Business Review dalam situs resminya, hbr.org, kesudahannya mematok 8 komposisi diam-diam kunci sukses Ferguson. Delapan kunci itu yakni [1] mulai dengan fondasi berpengaruh, [2] berani membangun ulang tim, [3] patok standar tinggi dan tahan semua sumber daya untuk tujuan, [4] jangan pernah menyerahkan kontrol, [5] selaraskan semua pesan untuk momen tertentu, [6] menyiapkan diri untuk menang, [7] andalkan kekuatan pengamatan, dan [8] jangan pernah berhenti beradaptasi dengan segala kondisi.

Apa yang paling butuhkan jadi manajer? "Bikin keputusan!" kata Fergie, simpel. Keputusan andal tiba dari kontrol yang ahli. Bertahun-tahun orang bertanya siapa yang pantas menggantikan Fergie kelak. Publik Old Trafford sendiri sudah mengatakan tidak mungkin lagi, sebagaimana yel-yel The Impossible Dream untuk sang legenda. Kalau begitu selamat menikmati pensiun, Sir Alex!

(foto: mirror/dailymail/universityherald)

0 comments:

Post a Comment