Saturday, December 22, 2012

Playmaker (4): Revolusi Passion

INGGRIS yaitu negara kapitalis terkuat kedua di dunia sesudah Amerika Serikat. Olah raga, kebutuhan hidup yang mestinya bikin orang bahagia dan menyehatkan, pun telah terjerat oleh faktor untung atau rugi. Kesuksesan tak diraih lewat biaya murah sehingga uang ialah risiko terbesar. Ujung-ujungnya, pakem "high risk, high return" menjadi pertaruhan klub-klub Inggris.

INGGRIS adalah negara kapitalis terkuat kedua di dunia setelah Amerika Serikat Playmaker (4): Revolusi PassionPremier League disaksikan di 211 negara. Data ini cukup mencengangkan alasannya adalah 'anggota' Premier League ternyata lebih besar dari anggota PBB (193) dan FIFA (208). Premier League menciptakan penduduk bumi ketagihan. Mulai dari Lagos hingga Los Angeles, Mumbai hingga Melbourne. Efek positifnya mampu melahirkan ilham bisnis dan kepahlawanan. Dampak negatifnya akan menularkan pandemi emosi bahkan khaos.

Setiap bulan saja, pihak imigrasi Inggris mencap ribuan paspor dari seluruh dunia di mana para turis cuma punya tujuan menonton eksklusif sepak bola di London, Manchester, dan Liverpool. Dari fakta di atas, mampu dipastikan Premier League tak lagi jadi obsesi nasional atau regional, tapi internasional. Klub-klub topnya punya orientasi kuat melebarkan pasarnya, pendapatannya ke bagian dunia lain terutama di Asia.

Dengan cepat Premier League memasuki kala transisionalnya. Jargon Big Four selain dipertarungkan di klasemen, juga dipertaruhkan secara bisnis dan pasar global. Di sepak bola, Inggris seperti lagi menapaktilasi industri musiknya pada kala 1960 dan 1970-an saat The Beatles, The Rolling Stones, The Who, Pink Floyd, atau Deep Purple mengusung 'Great Empire' di jagat raya passion.

Saat pertama didirikan pada 1992, di Premier League cuma ada 11 pemain ajaib (non-Britania + Irlandia), namun kini ada 70-an negara yang punya minimal satu pemainnya tampil di divisi utama Liga Inggris. Begitu pula para manajernya. Selain dari Britania, tiba dari Prancis, Italia, Belanda, Portugal, dan Spanyol. Hal yang sama pada hadirin yang nonton pribadi di 20 stadion setiap pekan.

Kenaikan dramatis Premier League paling terasa di televisi. Di Afrika saja sekitar 400 juta rumah terutama di Nigeria, Ghana, Pantai Gading punya kanal khusus Premier League setiap pekan! Hitungan jumlah penonton Great Empire jilid II makin menggila lagi tatkala statistik di Cina, India, dan AS - tiga negara yang populasi penduduknya terbesar di dunia ikut dimasukkan.

Tujuan Bisnis

Sebagai fenomena global, skala bisnis Premier League bahkan melebihi Piala Dunia atau Piala Eropa. Demi menjaga kepentingan industri sepak bolanya, Premier League terus memanjakan konsumennya terutama di Asia, benua berpenduduk 4,3 milyar jiwa atau 60 persen pangsa pasar populasi manusia di bumi. Berpatokan kepada eksistensinya, Manchester United sering diidentikan dengan simbol sukses, berangasan, dan dominan.

Persepsi Arsenal yaitu permainan seksi, segar, dan muda. Chelsea dan Manchester City diasumsikan menjadi simbol gres kemapanan atau kemantapan. Adapun Liverpool masih diyakini sebagai lambang kepercayaan dan tradisional. Berkat persaingan yang lebih merata dan kompetitif dibanding liga-liga lain, Premier League memang diyakini punya pendukung yang terbanyak di dunia.

Dalam survey di Facebook hingga Maret 2012, diambil dari jumlah 'likes' diketahui Manchester United punya penggemar terbesar (23.447.069). Diikuti Arsenal (9.458.748), kemudian Chelsea (9.144.601), Liverpool (8.735.235) serta Manchester City (4.204.927). Dari data resmi yang jadi patokan pasar, total fan United berkisar di angka 75 juta (Asia 40,7 juta, Eropa 23 juta, Amerika Latin 6 juta, dan AS 4,6 juta).

Seperti dikutip dari The Guardian, belakangan United malah mengklaim punya massa 659 juta. Dari jumlah itu, telah diperinci 325 juta fan mereka ada di Asia Pasifik, 173 juta dari Timur Tengah dan Afrika, 108 juta di Cina, dan hanya 1% saja bantuan dari Britania Raya. Apa yang Anda pikirkan wacana itu? Apakah data konsumen tersebut yang menjadi tujuan permainan Alex Ferguson atau sasaran bisnis Malcom Glazer?

Apakah jawabannya yakni tujuan sepak bola telah dipakai tepat oleh kapitalisme? Setelah dibeli Sheikh Mansour Al-Nahyan muncul pada 2008, Manchester City menjadi klub terbaru yang memadukan filantropis sang pemilik dengan prestasi kongkrit demi tujuan bisnis dengan total. Lima tahun sebelumnya orang Rusia berjulukan Roman Abramovich juga melakukannya di Chelsea.

Sebenarnya buat bangsa Inggris revolusi passion berikutnya di sepak bola, bukanlah aplikasi gres dalam ekonominya sebab mereka telah berpengalaman ratusan tahun sebelumnya dengan melahirkan revolusi musik bahkan revolusi industri.@riefnatakusumah

(foto: review.premierleague.com)

0 comments:

Post a Comment