Sunday, December 2, 2012

Playmaker (1): Chameleonic Leader

TAK dapat dipungkiri, Desember tampaknya menjadi bulan paling menggairahkan Republik Bianconeri dalam perjalanan mencapai sasaran demam isu ini. Juventus semakin kokoh sebagai capolista di pekan ke-14.

 Desember tampaknya menjadi bulan paling menggairahkan Republik Bianconeri dalam perjalana Playmaker (1): Chameleonic LeaderKembalinya Antonio Conte sebagai manajer, serta satu kaki yang sudah menapaki babak 16 besar Liga Champion, bukan saja melegakan dan membahagiakan kaum Drughi di manapun berada, namun juga terus menaikkan watak Andrea Pirlo dkk. hingga berlipat ganda. Kerja keras, tekad besar lengan berkuasa, dan percaya diri yaitu faktor kunci Juventus di Serie A isu terkini ini yang terus sukses menghindari diri dari kejaran Napoli. Kemenangan sempurna 3-0 atas Torino dalam sabung bertajuk Derby della Mole, Sabtu (1/12), juga kian meningkatkan fokus mereka di kancah Eropa. Rabu (5/12) atau Kamis dinihari WIB, Juve melakoni langgar yang menentukan perjalanan reputasinya di Donbass Arena, Donetsk, Ukraina.

Melawan Shakhtar, La Vecchia Signora cukup meraih satu poin untuk menyingkirkan juara bertahan Chelsea di persaingan Grup E. Syukur-syukur mampu menang, bila merasa pertemuan awal dengan dua tim favorit, Barcelona atau Manchester United, memang harus dihindari lebih dulu. Itulah kenapa kemenangan atas Torino dianggap sempurna waktu dari berbagai dimensi.

Dari tiga hadiah di Desember, hadirnya kembali sang manajer merupakan kebahagiaan puncak. Ahad (9/12), Conte dipastikan berada lagi di tepi lapangan kala Juve melawat ke Renzo Barbera untuk meladeni Palermo. "Kami kehilangan ucapan-ucapannya, motivasinya, sampai perubahan strategi seketika di pinggir lapangan," sebut Pirlo pada Tuttosport, sebuah koran yang pro-Juve.

Masa hukuman Conte atas skandal pengaturan pertandingan ketika menangani Siena di 2010/11, telah direduksi Pengadilan Arbitrasi Olah Raga Italia pada 5 Oktober silam menjadi empat bulan setelah ditemukan sejumlah bukti gres. Sebelumnya pada 13 September 2012, FIFA sempat menyetujui embargo selama 10 bulan atas Conte untuk banyak sekali aktivitas di sepak bola.

"Massimo Carrera dan Angelo Alessio juga bagus. Tapi tanpa Conte terperinci berbeda. Sulit bermain tanpa komando Conte dan temperamennya, sebab beliau yang paling tahu bagaimana menghela kami," timpal Andrea Barzagli. "Winning mentality yang ada di dirinya sekarang ditularkan kepada pasukannya," beber Gianluca Pessotto, eks rekan main Conte di Juve dulu.

Sepak Bola Hati

Kejengahan tanpa Conte, seperti kata Barzagli tadi, sangat signifikan dalam grande partita bukan di berkelahi biasa. Itu yang menciptakan Juve kalah 0-1 dari Milan dan 1-3 dari Inter. Tanpa Conte secara eksklusif pula, Juve rawan diterpa kebimbangan dalam merawat sasaran. Maklum kali ini Juve sibuk di Eropa, tidak mirip trend kemudian.

Banyak yang mengakui, Antonio Conte yaitu simbol kebangkitan Juventus, aktivis klub "immortal" ketiga di periode sepak bola modern setelah AC Milan 1991/92 dan Arsenal 2003/04. Sisi istimewa Conte yakni sikap patriotiknya yang kelewat tinggi bukan saja untuk Juventus namun juga Italia secara keseluruhan. Semangat inilah yang ia ditebarkan di Liga Champion.

Ia mengakui Serie A tengah mengalami stagnasi dalam persaingan. "Kita butuh perubahan dan terus berkembang alasannya adalah ada perbedaan yang luas antara sepak bola Italia dengan negara lain. Ada kontes tertentu dalam skala ekonomi tapi kita punya wangsit-ide, organisasi, hati dan kaki," paparnya setelah Juve meremukkan Chelsea 3-0, selesai bulan lalu.

Di Juventus, Conte mengubah mental kemenangannya berupa trilogi: rasa hormat, tidak takut, dan kesadaran, yang sekarang menjadi falsafah bermain Bianconeri. Dalam sebuah kolomnya, Adrian Del Monte menyebut laki-laki 43 tahun itu sebagai simbol kebangkitan 'sepak bola hati' sesudah masa Marcello Lippi, dengan aksentuasi pada possession dan pressing.

Dalam satu sisi, Conte kerap disimilarisasikan dengan Jose Mourinho, sesama Chameleonic Leader. Ini satu ungkapan halus untuk seorang manajer diktator yang bermetamorfosis menjadi sobat terbaik para pemain dan segrup tifosi berkategori ultra yang kuat. Conte tampak rendah hati dan tidak berapi-api di depan jurnalista namun selalu lapar kemenangan.

Beberapa wartawan Italia masih kerap resah melihat gestuur, ketenangannya serta tutur kata yang halus serta sangat diplomatis. Sangat berbeda ketika mengawal timnya bertarung. "Apa diam-diam Anda dalam memotivasi pemain?" begitu seorang wartawan bertanya suatu kali. Dan, Conte menjawab: "Ah, biasa saja. Saya cuma menyuruh mereka bila perlu makanlah rumput itu," jawab sang tokoh dengan mimik santai. Selamat tiba kembali Don Antonio! @riefnatakusumah

(foto: provenquality)

0 comments:

Post a Comment