Thursday, May 19, 2016

Claudio Ranieri (2): Mencar Ilmu Ke Spanyol

Karier pelatih yang seumuran dengan Louis van Gaal ini dimulai di tim kecil Lametini (1986-87), lalu Puteolana (1987-88), sebelum menangani tim dari Pulau Sardinia itu di trend 1988-89. Ahli mempromosikan klub Serie B dibuktikan lagi kurun mengangkat Fiorentina ke Serie A di 1992-93. "Juara Coppa Italia, Piala Super Italia, dan semifinal Liga Champion lawan Barcelona yaitu prestasi terbaik aku di sana," kilahnya.

Karier pelatih yang seumuran dengan Louis van Gaal ini dimulai di tim kecil Lametini  Claudio Ranieri (2): Belajar Ke Spanyol
Memulai debut internasional dengan melatih Valencia pada 1997/98.
"Juve memecat aku walau mereka di posisi dua, sebelumnya tiga. Oke-oke buat aku karena banyak terjadi kesalahpahaman. Sejak pekan ketiga di Roma, saya memberi 80 poin dan hanya gagal juara di pekan terakhir dari Inter-nya Jose Mourinho. Saya izin pada pemain untuk pamit, mereka bilang tidak, namun itu tetap terjadi. Akhirnya saya mengucapkan selamat tinggal pada mereka," kata Ranieri lagi.

Namun Ranieri belum kehabisan rezekinya di Serie A. Agennya berhasil meyakinkan Inter yang lagi butuh instruktur baru untuk mengangkat posisinya. Dia baiklah. Namun kisahnya di Inter barangkali lebih membukakan mata Interisti ihwal ambruknya Inter usai ditinggal Mourinho, Rafael Benitez, Leonardo, dan Gasperini.

Hingga kini beliau merasa gembira alasannya saat berada di Nerazzurri tercatat sebagai satu-satunya manajer yang tak pernah membeli pemain. "Saat aku masuk sebenarnya tim mulai stabil, meraih kemenangan, namun alhasil aku sendiri yang disalahkan. Saat impian makin tinggi, datang-tiba Philippe Coutinho dan Thiago Motta dijual," pungkasnya sekaligus menguak rahasia awal kehancuran Inter di 2011-12.

Karier pelatih yang seumuran dengan Louis van Gaal ini dimulai di tim kecil Lametini  Claudio Ranieri (2): Belajar Ke Spanyol
Ranieri dan Monaco. Menyelamatkan dan sempat mengagumkan.
Tak tahan dengan intrik dan kondisi sepak bola di negaranya, memasuki demam isu 2012-13, untuk ketiga kalinya dia melanglang buana. Kali ini ke Prancis. Tugasnya tetap berat, harus meloloskan AS Monaco yang dikala itu berada di Ligue 2 untuk promosi ke Ligue 1. Eh, Ranieri sukses. Untuk ketiga kalinya, sesudah Cagliari dan Fiorentina, dia mempromosikan klub ke divisi utama. 

Monaco kagum lalu meneruskan kontrak Ranieri di 2013-14. Hasilnya luar biasa, meski tidak mengejutkan. Lagi-lagi timnya hanya finis di bawah Paris Saint Germain. "Kami bisa meraih 80 poin di belakang PSG yang ketika itu sudah dibeli oleh sheikh," tukas Ranieri beralasan unik.

Prancis merupakan negara ketiga yang ditinggali Ranieri sebagai instruktur ajaib. Yang pertama yaitu Spanyol, tatkala secara mengejutkan beliau dipinang Valencia di animo 1997-98. Kelebihannya sebagai pelatih tabah dan bertangan acuh taacuh menciptakan klub top La Liga itu percaya dengan dirinya. Valencia hanya menempati posisi 9 dan 4 selama dua musim dibesut Ranieri, namun sasaran lain tercapai: El Che melahirkan bintang.

Karier pelatih yang seumuran dengan Louis van Gaal ini dimulai di tim kecil Lametini  Claudio Ranieri (2): Belajar Ke Spanyol
Periode kedua di Valencia melahirkan banyak bintang top.
Nama-nama yang lalu tenar: Gaizka Mendieta, Miguel Angel Angulo, Santiago Canizares, atau Javier Farinos diorbitkan oleh Ranieri. Seusai di Valencia tiba-tiba beliau menerima proposal Jesus Gil, presiden Atletico Madrid yang dikenal punya kegemaran asing alasannya senang memecat pelatih. Namun Ranieri memang patut digusur sebab di final trend 1999-2000 itu Atleti teronggok di posisi 19 alias terdegradasi.

Seolah-olah tidak kapok dengan budaya sepak bola Spanyol yang keseringan gonta-ganti instruktur, Ranieri nekat kembali ke Valencia di demam isu 2005-06, setelah dipecat Roman Abramovich di Chelsea. Hasilnya: gres semusim beliau kembali di-PHK akhir hanya membawa El Che di posisi ketujuh. Kondisi ini sangat menyakitkan hatinya alasannya adalah dalam dua demam isu beruntun dia selalu dipecat.

Dia memutuskan mesti istirahat dari hiruk-pikuk sepak bola. Entah di gudang atau di gua, Ranieri berkontemplasi secara mendalam mengenai nasib dan kariernya. Sejak Juni 2006 beliau stop total, yang pertama kali dalam hidupnya semenjak 1972, atau seperti di usia 21 tahun tatkala dirinya belum terjun total menggeluti calcio! Namun itu hanya berlangsung 6 bulan lebih saja, alasannya adalah mulai Februari 2007 ia kembali terjun ke sepak bola sampai kini.
Karier pelatih yang seumuran dengan Louis van Gaal ini dimulai di tim kecil Lametini  Claudio Ranieri (2): Belajar Ke Spanyol
Sesaat sebelum gantung sepatu sebagai pemain di Palermo.
Claudio Ranieri dilahirkan di Roma pada 20 Oktober 1951. Kariernya di sepak bola mampu dibilang telat sebab beliau baru menjadi pemain profesional di AS Roma di usia 22 tahun, meski sejak cukup umur sudah bergabung di sekolah tinggi klub berjuluk Il Lupo itu. Ranieri justru tercatat sebagai salah satu pemain legenda Catanzaro yang dibelanya sebanyak 225 kali dengan dukungan 8 gol selama 8 tahun (1974-1982).

Dia juga terang bukan pemain kelas satu di Serie A alasannya adalah namanya tidak pernah mencuat ke permukaan, terlebih lagi dipanggil ke tim nasional. Setelah Catanzaro, ia sempat singgah di Catania (1982-1984) dan menggantung sepatunya di Palermo (1984-1986). Prestasi dan kenangan terbaik laki-laki rendah emosi ini barangkali cuma mencicipi empat kali promosi di sana, dua kali di Catanzaro dan sekali dengan Catania dan Palermo.

Beberapa bulan gantung sepatu bola, dia eksklusif terjun menangani klub amatir. Makara instruktur! Ini menerangkan DNA sepak bolanya begitu kental. Tentu saja yang digarap yaitu klub tarkam dulu, semisal Vigor Lamezia atau Campania Puteolana. Impiannya mengubah dari status pemain kapiran untuk menjadi instruktur profesional saat itu mulai dirajut, sebuah ilham sederhana merupakan rute sukses dominan para manajer top.

Kisah sukses Ranieri sebenarnya dimulai di Inggris, di mana sepak bola ialah 'darah dan tulang' buat kebanyakan media massa di sana. Entah semalamnya habis bermimpi apa, Ken Bates si pemilik Chelsea tiba-tiba menyetujui nama Ranieri jadi pengganti Gianluca Vialli beserta caretaker-nya Graham Rix, sebagai pelatih baru The Blues. Tepat 18 September 2000, Ranieri tiba di London untuk memulai petualangan baru.

(foto: ilpost.it/isimewa)

0 comments:

Post a Comment