Sunday, August 16, 2015

Juventus 2015/16 (1): September Bulan Mencekam

Mulai 2014 yang entah sampai kapan waktunya, camkanlah hal ini untuk memastikan konsep perjalanan mereka: Juventus ialah Allegri dan Allegri adalah Juventus. Konsep dan dapur pacu Bianconeri ada di kepalanya. Dari sinilah nasib dan peluang klub berawal.
 camkanlah hal ini untuk memastikan konsep perjalanan mereka Juventus 2015/16 (1): September Bulan Mencekam
Massimiliano Allegri, sentra pandangan baru permainan Bianconeri.
Setahun belakangan ini aura Juventus rada misterius. Dominasi mereka diwarnai perubahan kultur. Kesan tertutup juga mulai dirasakan orang, amat berbeda dengan eranya Conte yang lebih open. Semua tahu penyebabnya: pusat komando kini diperintah Allegri, sosok panglima yang punya kepribadian magnetik dan daya tarik pikiran yang menggoda. Di tangannya permainan Juve berkembang menjadi efektif tetapi sulit dimengerti, mendalam dan intens namun emosional.

Senyum getir dan lekuk tubuh Allegri yang salah tingkah dan kurang pede waktu mendapatkan trofi pribadi pada pesta resmi juara di Juventus Stadium melahirkan banyak arti. Jika itu Conte atau Lippi pasti keduanya melangkah mantap kemudian memutar tubuhnya tatkala announcer dengan lantang menyebut namanya. Mereka juga tersenyum puas seraya mengangkat piala. Sayangnya pada ketika itu tidak ada sama sekali, dan Allegri pun seperti jadi tamu di rumah sendiri.

Padahal mulai bulan ini, para pecinta Bianconeri amat berharap banyak pada laki-laki kalem itu supaya Juve bisa mempertahankan gelarnya sehingga menyamai rekornya pada 1930 serta Inter (2005-2010). Tapi dari panorama itu bisa dijelaskan Juve 2015 belum sekelas dan semantap Juve 1998, apalagi Juve 1985. Gembira berlebihan memberikan Anda bukan orang yang mapan tapi Anda yakni orang yang tertekan. Semakin abnormal pestanya, semakin parah juga Anda tertekan sebelumnya.

Inikah yang dipikirkan Allegri manakala dirinya dipanggil ke atas panggung? "Klub ini dikelilingi banyak atmosfir jelek," kilahnya. "Bayangkan semua orang bilang kami bakal juara." Lho, bukannya malah tertantang bos? Tak harus begitulah, lagi pula pemaknaan atau cara pandang setiap orang mencapai sesuatu niscaya berbeda. Allegri ialah orang yang rada tertutup, introvert. Harta kekayaan beliau adalah khayalan dan spirit berkobar-kobar mana periode diremehkan orang.

Pendek kata, ia senang melakoni underdog dan tertekan. Begitu pun sebaliknya. Cobalah perhatikan bagaimana dengan disposisi sifatnya itu dia suka dikalahkan oleh klub-klub kecil atau sanggup melahirkan kejutan. Uniknya, Allegri dikenal ahli mengontrol emosi termasuk mengatasi letupan pelampiasan. Pada kala dia seharusnya skuad Juve lebih lihai dalam mengontrol situasi dan kondisi internal maupun eksternal, secara personal ataupun profesional.

Usai Andrea Pirlo, Arturo Vidal dan Carlos Tevez pergi, mudah aura pasukan utama lebih homogen. Pemerhati Bianconeri tahu gaya ketiganya yang tersering mewarnai permainan. Tak jarang pula mereka suka membumbui tontonan biar sedap, baik lewat agresi maupun reaksinya. Patut ditunggu chemistry poros antara Paul Pogba, Claudio Marchisio, Sami Khedira atau Mario Mandzukic. Apapun alhasil 'komposisi gres' ini dituntut untuk melanggengkan titel Juve.

Isu Trequartista
 camkanlah hal ini untuk memastikan konsep perjalanan mereka Juventus 2015/16 (1): September Bulan Mencekam
Fernando Llorente dan Carlos Tevez. Generasi terus berlalu dan berubah. 
Tak perlu mengirim spionase ke markas lawan, alasannya secara instingtif mereka eksklusif mendakwa duo Milano, Internazionale dan AC Milan, sebagai dua terpidana yang paling diawasi. Ini duduk perkara klasik, pertarungan tradisional trio macan Serie A. Di benak Allegri, sehabis Inter dan Milan, gres Roma dan Napoli. Vonis ini beda jauh dengan media massa yang mematok AS Roma dan Lazio sebagai pengancam serius. Belum lagi Fiorentina yang kian menggoda.

"Juventus boleh disebut paling favorit, tapi sesungguhnya perebutan trend 2015/16 lebih terbuka dari sebelumnya. Yang telah dicapai musim kemudian telah tercatat ke dalam buku sejarah. Kita mulai lagi dari awal. Modal era depan kami yakni 10 pemain kelahiran 1991 sampai 1996 dan dua bintang internasional," tukas Allegri sedikit buka rahasia. Siapapun paham, dua bintang yang dimaksud tiada lain Mandzukic dan Khedira.

Sesuai khittah-nya, start La Vecchia Signora mesti mulus dalam sebulan pertama. Tapi tidak fitnya kondisi Mandzukic dan Khedira yang belum bebas dari cederanya, juga Giorgio Chiellini dan Andrea Barzagli, membuat September menjadi bulan mencekam. Pemain menjelang usia 30 atau lebih jikalau didera cedera, pemulihan bakal memakan waktu lebih usang. Sialnya di periode ini Juve akan berlaga ke Roma, Genova dan Napoli, tiga kota yang kerap bikin susah.

Seretnya poin di September mampu mencekik mereka dikala mengarungi Liga Champion tidak lama kemudian. Kerepotan melanda, putar otak jadi wajib. Pinjam lagi teladan 3-5-2? Tidak, bagan lama ini hanya untuk kondisi darurat. Jika ngotot dipakai sebagai teladan awal, maka dari jauh Conte niscaya kipas-kipas. Itu yang risikonya Allegri menyuruh direktur transfer Juventus, Fabio Paratici, segera membeli Alex Sandro, bek kiri Brasil dari Porto, walau harus mencicil tiga tahun.

Tertutupnya Allegri di mercato membuat persiapan Juve tak seindah diperkirakan orang. Posisi Khedira amat vital, dan sungguh konyol mereka hanya menjadikannya sebagai investasi. Tak heran jika Asier Illaramendi terus diuber-uber. Pers juga kaget sebab mereka ngidam pada Christian Eriksen untuk diplot jadi trequartista. Memaksa Roberto Pereyra untuk posisi itu selama semusim? Ini sama saja memberi jalan kuasa pada Roma dengan Miralem Pjanic-nya.

Marotta sudah berkeliaran ke sana ke mari untuk meminang Illara, Eriksen sekaligus Juan Cuadrado dan Henrikh Mkhitaryan. Mkhitaryan? Lha, si Mario mau dikemanakan? Bukan, striker Dortmund itu dibidik untuk mengisi kawasan Fernando Llorente yang akan didorong untuk pensiun dini. Jika lengah di mercato prospek Juve bakal berkabut. Setelah kedatangan Pedro Rodriguez, tapi dengan pede-nya Chelsea minta Paul Pogba untuk dibarter dengan Cuadrado. Wow.

Memahami Lawan
 camkanlah hal ini untuk memastikan konsep perjalanan mereka Juventus 2015/16 (1): September Bulan Mencekam
Paul Pogba, sentra harta karun era depan Juventus.
Tapi Juventus yakni Juventus. Sikap mental mereka sudah kelar seabad lalu. Mental juara. Ini yang sulit ditiru atau diadaptasi pesaing. Dengan hanya mengenakan kostum hitam-putih saja, pemain biasa pun jadi luar biasa, dan paham apa yang mesti dilakukan. Realita ini sulit dibantah, hingga-sampai Maurizio Sarri, pelatih baru Napoli bilang begini: "Saya perhatikan tiada satupun tim di negeri ini yang percaya diri bertemu Juventus saat berjalan bersama di lorong pemain."

Ini mengartikan semua pesaing tahu, berbekal aspek teknis dan strategi saja tak cukup untuk membekap Juventus dari waktu ke waktu. Butuh pengalaman hidup yang pahit serta perjalanan sejarah yang mumpuni. Jika Allegri masih sibuk dengan urusan mercato dan belum sempurnanya fondasi tim utama itu hanya sebagian kecil saja dilema yang pernah terjadi pada Capello, Lippi, Ranieri, Conte, Del Neri, hingga Conte. Lalu semuanya teratasi seperti biasanya.

Mau beda denah, beda gaya main, satu yang tabu berubah dan diubah yaitu hasrat untuk sukses. Di tangan Allegri, Juventus membangun konsep dinasti dan dominasi. Lihatlah semua pos selalu berisi pemain berpengalaman dan pemain potensial. Misalnya Alvaro Morata, Simone Zaza dan Paulo Dybala yang membayangi Mandzukic dan Llorente; Daniele Rugani untuk Chiellini. Satu-satunya posisi yang rawan di era depan ialah siapa penerus Gianluigi Buffon. Setuju?

Roma kembali menjadi pesaing terkuat Juve. Musim ini kekuatan Giallorossi makin angker setelah bergabungnya tiga pemain sewaan berkaliber berat: Wojciech Szczesny (Arsenal), Edin Dzeko (Manchester City), dan Mohammed Salah (Chelsea). Ketiganya hampir pasti jadi starter dan mengubah deretan animo lalu. Dzeko dan Salah akan ditemani Adem Ljalic atau Gervinho. Sementara Francesco Totti, 39 tahun, akan bertukaran kawasan dengan Salah atau Dzeko.

Kunci kekuatan Roma ada di tiga pejuangnya di lini tengah, De Rossi-Nainggolan-Pjanic. Klub ini pun kian kaya karena selain lolos ke Liga Champion, penjualan para pemainnya meraup 67,15 juta euro, 45 juta euro diantaranya dari kas AC Milan untuk Andrea Bertolacci (24) dan Alessio Romagnoli (22). Lazio semakin besar lengan berkuasa dan bertenaga. Tanpa berubah banyak, motivasi dan kekompakan Biancocelesti lebih anggun lagi. Status yang sama terjadi pada Napoli dan Fiorentina.

Di satu sisi Allegri harus memantau bintang-bintang baru para pesaing dengan ambisi gres yang berpotensi merusak impian mereka seperti Dzeko (Roma), Carlos Bacca (Milan), Geoffrey Stefan Jovetic (Inter), Mario Suarez (Fiorentina). Memang semakin tidak mudah tugas Allegri kini. Selain memikirkan terus kondisi internal secara simultan, pemahaman kekuatan skuad lawan pun tak boleh lengah. Ini gres di Serie A, belum nanti untuk Liga Champion. 

(foto: calciomercato/skuadjuventus/goal)

0 comments:

Post a Comment