Monday, November 22, 2004

Stadion Emirates: Demi Perang Periode Depan

Di periode globalisasi ini, pertarungan sepak bola yang seru dan menarik bukan melulu terjadi di atas rumput, tapi juga di atas kertas. Perang sasaran juga tak harus dilakukan lewat gugusan tim, taktik atau seni manajemen, namun juga bisa via lobi, diplomasi atau negosiasi bisnis.

 pertarungan sepak bola yang seru dan menarik bukan melulu terjadi di atas rumput Stadion Emirates: Demi Perang Masa Depan
Maka di London, 6 Oktober 2004, terjadi kejadian istimewa yang akan mengubah peta kekuatan English Premier League di kala depan. Pelakonnya adalah Arsenal, yang kini tengah mengepakkan kedua sayapnya di angkasa Eropa, melanglang tinggi sebagai raja sepak bola se-Inggris. Saat itu di markas Highbury, dilakukan penekenan MoU (Memorandum of Understanding) Arsenal dengan Emirates Airline.

Nilai kontrak yang dibubuhkan kedua chairman Peter Hill-Wood dan Sheikh Ahmed bin Saeed Al-Maktoum, bikin semua orang ngiler lantaran mencapai 100 juta pound atau sekitar Rp 1,6 trilyun. Ada dua hal yang dicari maskapai penerbangan Uni Emirat Arab itu dengan uang segunungnya. Pertama cap Emirates harus digunakan sebagai nama stadion gres Arsenal berkapasitas 60.000-an penonton yang akan rampung pada Agustus 2006.

Kontrak ini berlangsung 15 tahun. Artinya hingga 2021 nama Emirates Stadium akan menggantikan Ashburton Grove. Yang kedua disepakati pula sponsor di kostum bertuliskan Fly Emirates selama 8 musim hingga 2014 atau 2015. Semua kontrak efektif sejak animo 2006/07. Sebagai uang mukanya, Arsenal akan mendapatkan pembayaran 9 juta pound (sekitar 144 milyar rupiah) mulai April 2005.

 pertarungan sepak bola yang seru dan menarik bukan melulu terjadi di atas rumput Stadion Emirates: Demi Perang Masa Depan
Menurut The Sun, Arsenal bahwasanya rugi 23 juta pound lantaran angka semula yang diajukan sebesar 123 juta pound. Tapi sesudah Arsenal minta beda era kontrak stadion dan kostum, maka angka 100 juta pound alhasil disetujui. "Rekor yang masuk akal diraih. Di dua tahun terakhir merk Arsenal kian meroket di Eropa. Untuk masa 5 sampai 10 tahun mendatang, Emirates justru akan meraih nilai jauh besar dari uang yang dikeluarkannya sekarang," kata Oliver Butler, seorang analis dari firma Sport+ Markt of London.

"Ini kerjasama win-win yang saling menguntungkan bagi Emirates Airline dan Arsenal," komentar Sheikh Al-Maktoum di depan para petinggi, antara lain vice-president Arsenal David Dein, managing director Keith Edelman dan manajer tim Arsene Wenger serta vice-chairman and Group President of Emirates Airline, Maurice Flanagan.

Rabu itu ialah hari bersejarah bagi English Premier League karena sebuah rekor sponsorship telah lahir. Lewat deal itu Arsenal kini kian pede mengambil alih mahkota dari Manchester United sebagai klub terkaya di Inggris. Yakin? 

"Sebentar lagi," tukas Edelman. Benarkah itu akan terjadi? Bukankah dari nilai keseluruhan, harga Manchester United kini ditaksir sebesar 711 juta pound atau Rp 11,375 trilyun, sementara Arsenal 'cuma' 150 juta pound atau setara dengan 2,4 trilyun rupiah? Analisis bisnis bicara. Penentuan itu ada di London Stock Exchange. Sudah bukan belakang layar jikalau publik sekarang mengejar-ngejar saham The Gunners ketimbang Red Devils.

Melihat prospek prestasinya yang lebih menjanjikan, investor lebih percaya memutar fulusnya bersama Arsenal ketimbang United. Sedangkan gambaran United justru meluruk di mata pemegang saham, terbanyak balasan kisruh trio top shareholders, JP McManus-John Magnier-Malcolm Glazer. Dari dalam lapangan, pelbagai hambatan disorot khalayak.

Cedera pemain, kegagalan transfer window, misharmonis tim dengan administrasi, atau kurun kontrak Sir Alex Ferguson yang tinggal setahun, ialah hal-hal sensitif yang mengganggu. "Itulah yang menciptakan investor melirik kami. Dan terus jelas, Emirates telah membuat pasar kami akan mampu menjangkau seluruh dunia," lanjut Edelman.

Terkaya Ketujuh

Sehari sehabis Emirates masuk, rapat umum pemegang saham digelar di Highbury. Selain Hill-Wood atau Edelman yang bicara di sana yakni Wenger. Pasalnya para shareholder masih belum yakin pada abad depan sebelum Le Boss menandatangani perpanjangan kontrak.
 pertarungan sepak bola yang seru dan menarik bukan melulu terjadi di atas rumput Stadion Emirates: Demi Perang Masa Depan
Siapapun oke bahwa berkat Wenger-lah Arsenal jadi begini. Delapan trend digarap Frenchman, keberadaan Gunners mencapai periode keemasan kedua sehabis periode Herbert Chapman pada dekade 1930-an. Wenger cuma butuh dua isu terkini untuk menuai titel pertamanya pada 1997/98.

Sejak itu, Arsenal tidak pernah keluar dari dua besar. Kalau tidak juara, ya runner-up. Di bawah rezim Wenger, Arsenal menuai 3 kali juara EPL, 3 kali juara Piala FA, dan sekali runner-up Piala UEFA. Dampak jangka panjangnya, brand Arsenal jadi membubung, menyaingi bahkan ada yang bilang telah menghempaskan Manchester United sebagai klub paling top di Inggris.

Kata Robert Pires, pokoknya selama Wenger jadi manajer, Arsenal akan menjadi klub penuh ambisi. Hal inilah yang didambakan oleh para pemegang saham. Mereka ingin memastikan kemanan investasi di era depan. Dari catatan Deloitte & Touche LLP yang dilansir Maret 2004, Arsenal kini menempati urutan ketujuh sebagai klub terkaya di dunia dengan income 149,6 juta euro atau sekitar Rp 1,5 trilyun per tahun.

Posisi dua besar masih dipegang Manchester United (218,3) dan Juventus (200,2). AC Milan naik jadi ketiga dengan 200,2 juta euro. Begitu juga Real Madrid (192,6), dari enam ke empat. Bayern Muenchen sebaliknya turun ke posisi lima dari tiga dengan pendapatan 162,7 juta euro. Yang meroket ialah FC Internazionale Milano. Mereka naik enam posisi, dari 12 ke 6 dengan raihan 162,4 juta euro.

Tiga klub top Inggris lainnya, Chelsea, malah anjlok tiga posisi ke-10 lewat laba 133,8 juta euro. Berikutnya Liverpool (149,4) turun dari lima ke delapan, Newcastle United (138,9) naik dari 13 ke 9. Tottenham Hotspur (95,6) naik ke-16 dari 15. Di bawahnya yaitu Leeds United (92,0) yang turun lima level meski sudah dicukongi donatur baru.

 pertarungan sepak bola yang seru dan menarik bukan melulu terjadi di atas rumput Stadion Emirates: Demi Perang Masa Depan
Pundi-pundi keuntungan Arsenal terjadi demam isu lalu. Di tamat 2003/04 yang penuh glory itu, laba tahunan Gunners sebelum pajak membengkak 19,05 juta dolar AS atau 10,6 juta pound atau hampir Rp 170 milyar. Bandingkan di 2002/03 yang 'cuma' 4,5 juta pound (Rp 7,2 milyar).  Secara total, turnover Arsenal Holdings naik pesat sebesar 33% atau 39,1 juta pound per 31 Mei 2004. Kongkritnya menjadi 156,9 juta pound (Rp 2,5 trilyun) dari 117,8 juta pound tahun sebelumnya.

Musim 2003/04 merupakan titik balik Arsenal secara keseluruhan. Dari atas lapangan label Undefetead, Invincibles, Immortality yang dibesut Wenger beserta armadanya selain sebagai perempatfinalis Liga Champion dan semifinalis Piala FA. Seperti diketahui di dua ajang ini, uang yang mengalir jauh lebih besar dibanding EPL sendiri.

Sementara dari luar lapangan pemasukan penjualan properti dan operasional klub mengalami surplus. Seperti yang diduga, prospek finansial sekarang kian cerah. Antrian sponsor, iklan dan kerjasama di meja Dein kian meninggi. Brand Arsenal diserbu orang. Masa depan London Les Rouges kian rancak di Februari 2004. Dengan hegemoni dan dominasi barunya di pentas EPL, wajar jika Arsenal terus berhitung demi menatap kurun depan nan cerah.

Keputusan kontroversial, menggusur Highbury yang menjadi bab sejarahnya sendiri siap dilakukan. Bagaimana mau untung banyak dari tiket jikalau stadion yang dipakai semenjak 1913 itu cuma muat 38.200 penonton? Lewat sebuah konsorsium yang mengucurkan dana 400 juta pound (Rp 6,4 trilyun).

Dari kredit bank inilah, sebuah area di Ashburton Grove, berjarak cuma 1 km dari Highbury, siap disulap menjadi sebuah stadion besar berkapasitas 60.000. Biaya pembangunannya sebesar 357 juta pound alias lebih dari Rp 5,7 trilyun.

"Hari ini yaitu momen penting dalam sejarah Arsenal untuk memantapkan tujuan strategis di era depan ialah mempertahankan kemapanan di Inggris dan Eropa," sebut Hill-Wood tanpa bermaksud sombong pada 1 September silam dikala dilakukan pemancangan tiang pertama.

Mengorbankan Tradisi

Sebelum 'kejatuhan bintang' dari Emirates, tadinya Hill-Wood telah mengesahkan undangan kelompok suporter fanatik supaya stadion baru nanti dinamakan Herbert Chapman Stadium atau Arsene Wenger Stadium, dua manajer The Gunners terhebat sepanjang masa.

"Tiba-datang semua itu harus berubah mirip yang berlaku di sepak bola. Tanpa diduga ada usulan menggiurkan, yang terbesar di persepak bolaan Inggris sepanjang zaman, dan kami harus bertindak," papar bos Peter, generasi ketiga Hill-Wood yang mempunyai saham Arsenal sejak 1920-an. Keputusan ini sontak membuat fans fanatik Gunners berpolemik. Bagi mereka yang anti, harga 100 juta pound selama 15 tahun tetap tak sebanding dengan hilangnya pujian. "Setelah kontrak usai, apakah stadion itu ganti berjulukan Walt Disney Stadium?" tanya mereka.

 pertarungan sepak bola yang seru dan menarik bukan melulu terjadi di atas rumput Stadion Emirates: Demi Perang Masa Depan
"Tradisi telah hilang. Nama itu tak ada hubungannya sama sekali dengan Arsenal. Tadinya kami berharap namanya Ashburton Grove atau Emirates Highbury. Jangan kaget bila pada awal nanti banyak suporter yang tetap menyebutnya Ashburton Grove ketimbang Emirates Stadium," timpal Barry Baker, seorang perwakilan kelompok suporter Arsenal.

"Bagi aku itu sebuah nama yang terang, keputusan yang fantastis dan akan gampang mengerti suporter. Percayalah," komentar Paul Fletcher, eks pemain timnas Inggris U-23 yang sekarang menjadi salah satu pakar stadion di Eropa. Apakah Stadion Emirates bisa menahan dominasi Old Trafford sebagai penyedot pemasukan tiket terbesar di Inggris? Tampaknya sulit, mengingat isi stadion baru Arsenal itu pun masih kalah 17.000 penonton dibanding Old Trafford.

Di Inggris, stadion yaitu simbol keagungan sebuah klub. Apalagi jika stadion itu megah dan besar. Nah, mulai 2006 doktrin diri Arsenal dipastikan akan meninggi ketika Stadion Emirates resmi digunakan. Selain itu stadion yang besar juga bisa menjadi sumber uang yang besar. Itulah yang menciptakan Manchester United atau Newcastle United sukses menjaga kekayaannya.

Pada 2 Oktober lalu, saat United jumpa Middlesbrough, Theatre of Dreams - yang kabarnya akan ditambah 180 kursi lagi - kembali mencatat rekor penonton, 67.988 orang. Rekor tertinggi terjadi di semifinal Piala FA antara Wolverhampton Wanderers vs Grimsby, Maret 1939, ialah 76.962 orang.

Kaprikornus, berdasarkan bos United, David Gill, pihaknya tak khawatir disaingi. Bahkan pernah, saking percaya dirinya, United pernah menolak usulan sebuah perusahaan yang ngebet namanya dipakai menggantikan Old Trafford. "Semua orang menyarankan semoga nama itu tidak diganti," akunya.

Tapi deal Arsenal dan Emirat Airlines bikin gerah Chelsea. Sontak Si Biru emoh memperbarui kontrak senilai 4 juta pound per tahun itu mulai musim depan. Sebagai incarannya, The Blues getol merayu Vodafone, sponsor United, dengan permintaan 9 juta pound semusim.

Kabarnya mereka juga tengah meng-arrange O2 yang kini dipakai Arsenal, sebesar 6 juta pound. "Kami tetap respek pada Emirates, tapi kami percaya sponsor yang terbaik bagi Chelsea di abad baru globalisasi ini adalah sebuah brand perusahaan konsumen," begitu Paul Smith, eksekutif urusan bisnis Chelsea memberi alasan. Jrengg, perang periode depan pun siap dimulai

(foto: arsenal.com)

0 comments:

Post a Comment