Monday, November 5, 2001

Eugenio Corini: Tokoh Kunci Chievo

Meroketnya Chievo telah mencengangkan banyak pihak. Semua orang bertanya-tanya, kenapa mereka bisa menciptakan kejutan dengan sempat menggenggam capolista selama 4 pekan? Apa rahasianya? Yang pertama, tentu saja kehebatan taktik il tecnico Luigi Del Neri.

Orang yang tengah dipikir-pikir Juventus untuk digaet menggantikan Marcello Lippi ini ternyata sosok instruktur yang perfetto, tepat. Ia piawai memompa motivasi timnya, bahkan dengan bahan ala kadarnya dalam naungan sebuah klub tanpa kisah, tanpa tradisi! Yang kedua? Nah, ini dia.

Meroketnya Chievo telah mencengangkan banyak pihak Eugenio Corini: Tokoh Kunci ChievoUntuk melakukan ilham-idenya, Del Neri tentu perlu kepanjangan-tangannya di lapangan. Ia tak salah pilih menunjuk Eugenio Corini sebagai il capitano, sang komandan lapangan merangkap tokoh fantasista klub yang bangun pada 1929 di animo ini. Inilah sebetulnya kunci sukses Chievo. Sosok Corini patut dicermati. Buat pencinta Serie A yang masih sampaumur, wajar bertanya-tanya siapakah beliau sesungguhnya? Putra kawasan asli Brescia ini bukan barang gres di Lega Calcio. Kiprahnya terbilang agak veteran. Sayangnya, kemunculan pertamanya pada waktu itu sungguh tidak tepat karena Serie A lagi booming tokoh-tokoh brilyan satu posisi dengannya. Corini mencuat pertama kali tatkala bergabung dengan Juventus di awal 90-an. 

Namanya sempat gencar dikipas pers Italia sebagai Stella Aumentante alias bintang kala depan. Meski di sana masih bercokol Roberto Baggio, Thomas Haessler, atau Giancarlo Marocchi, ia langsung merebut perhatian umat. Di Juve, Corini cukup diandalkan pelatih Luigi 'Gigi' Maifredi sebagai cadangan Baggio atau Haessler. 

Sayangnya kesempatan itu tidak berlangsung usang. Ia keburu dijual ke Sampdoria sehabis para talent-scouting Juventus menemukan dua Stella Aumentante lain yang tengah berkeliaran di Serie B bersama Padova, Alessio Tacchinardi dan Alessandro Del Piero!

Kerasnya persaingan bakat-bakat muda dan para protagonista di tubuh Si Nyonya Besar membuat sosok Corini tersingkir, tanpa mendapat kesempatan berlebih. Namun berkat bakat dan kemampuan yang menyatu dengan jiwanya, menjadikan dogma diri Corini memang luar biasa. Celakanya, di kawasan baru ujian hidupnya kembali datang.

Di Sampdoria kiprahnya terang keteteran dengan Roberto Mancini. Begitu juga waktu bergabung di Napoli. Di sini nama Gianfranco Zola - yang dijuluki Marazola dan digadang-gadang sebagai maestro baru pengganti Diego Maradona - sedang harum merekah. Akibatnya Corini hanya mendapat kesempatan 17 kali main membela Napoli.

Akhirnya beliau pulang kampung lagi ke kampung halamannya. Namun gres semusim membela Brescia lagi, Piacenza terpincut dengannya. Di sini dia juga hanya kuat semusim karena tugas yang dilakoninya tak sesuai dengan kemampuan dan huruf dirinya. Di Piacenza-lah Corini mencatatkan rekor disiplin terburuk dengan 8 kartu kuning dan sekali kartu merah. Semua itu akhir tugas yang harus dilakoninya: sebagai gelandang bertahan.

Angin Kedua

Tawakal dengan cobaan hidupnya, perjalanan karier Corini mulai bersinar lagi tatkala direkrut Verona. Dia begitu puas menikmati permainannya. Dia seperti mendapat angin kedua. Buktinya dia betah hingga tiga ekspresi dominan sampai 1998/99. "Verona yakni tempat di mana aku merasa hidup kembali. Saya pikir aku telah mengambil keputusan tepat mau pindah ke sini," kenang si spesialis penalti dan bola-bola mati ini.

Ya di citta delta Romeo e Giuletta storia, kota asal cerita dongeng romantika Romeo dan Juliet inilah pangkal awal kebangkitan kariernya. Walau sempat membuat menciptakan murka tifosi Verona karena ia pindah ke Chievo, klub tetangga sebelah yang selalu rawan konflik, namun berkat kematangan hidupnya beliau hening dalam mengambil keputusan berikut.

Alasan kepindahan ke Chievo, klub yang waktu itu baru saja promosi, sangat terperinci: Corini mulai 'disingkirkan' di musim terakhirnya bersama klub yang meraih scudetto pada 1984/85 itu. "Dalam sepak bola, aku memahami arti kerja keras. Saya telah melewati era-periode sulit dan sekarang mencicipi kepuasan," tutur Corini, sesudah mapan bersama Chievo.

Meroketnya Chievo telah mencengangkan banyak pihak Eugenio Corini: Tokoh Kunci Chievo"Target kami cuma ingin bertahan di Serie A. Tak masuk nalar bila Chievo berambisi sama dengan Milan atau Juventus," sambungnya. Saat pindah ke Chievo, klub bernama Mussi Volanti alias Keledai Terbang, Corini berumur 29 tahun, usia yang cukup matang buat seorang pria. Satu hal yang amat menunjang atau membangkitkan kembali perannya tiada lain berkat ciamiknya mercato yang dilakukan Chievo. Untuk itu beliau angkat topi buat Luigi Campedelli, sang pemilik klub. Tanpa terasa, datang-tiba Corini sudah empat tahun bersama Chievo.

Dia sangat diandalkan pelatih Luigi Del Neri, dan juga pemilik klub, beliau lebih banyak untuk dijadikan patron atau model buat rekan-rekannya yang kebanyakan masih punya jam terbang minim. Saking masih 'kampungannya' para pemain Chievo berlaga di Serie A, konon lutut beberapa dari mereka sudah bergetar melihat kemegahan Stadion San Siro menjelang duelnya melawan AC Milan, Ahad (2/12) ini.

"Mereka nervous sebab semenjak awal aku katakan itulah kawasan sesungguhnya ujian kalian," sebut Campedelli, bos Chievo yang bersosok mirip Bill Gates, mahajutawan pemilik Microsoft. Ah, untungnya ada Corini. Mau tak mau, di ketika mirip inilah peran dan peran Corini sangat dibutuhkan.

Fakta tak terbantahkan, hingga menjelang setengah putaran kompetisi, geliat Gialloblu banyak melahirkan decak kagum masyarakat dan pers karena permainan menawan dan posisi di tangga klasemen. Sulit untuk tidak mengatakan bahwa Eugenio Corini ialah jenderal lini tengah yang menjadi tokoh sukses Chievo sejauh ini.


DATA DIRI
Lahir: Bagnolo Mella (Brescia), 30 Juli 1970
Warganegara: Italia
Tinggi/Berat: 173 cm/73 kg
Debut Seria A: 21 Oktober 1990; Juventus vs Lazio 0-0
Posisi: Gelandang
Nomor Punggung: 5
Kontrak: Juni 2002

DATA KARIER
Musim
Klub
Serie
Main/Gol
Menit
KK/KM
2001/02
Chievo
A
11/4
1.055
2/0
2000/01
Chievo
B
36/7
3.357
6/0
1999/00
Chievo
B
31/6
2.846
7/0
1998/99
Chievo
B
7/0
593
2/0
1998/99
Verona
B
2/0
143
0/0
1997/98
Verona
B
35/3
3.172
7/0
1996/97
Verona
A
1/1
680
0/0
1995/96
Piacenza
A
32/1
2.702
8/1
1994/95
Brescia
B
24/2
1.735
7/1
1994/95
Napoli
A
3/0
57
0/0
1993/94
Napoli
A
14/0
1.040
3/1
1992/93
Sampdoria
A
24/4
2.005
0/0
1991/92
Juventus
A
22/1
770
2/0
1990/91
Juventus
A
25/1
1.651
5/0
1989/90
Brescia
B
34/9
0
0/0
1988/89
Brescia
B
29/0
0
0/0
1987/88
Brescia
B
14/0
0
0/0
1986/87
Brescia
B
0/0
0
0/0

(foto: stpauls/thebigsoccer)

0 comments:

Post a Comment