Friday, April 15, 2005

Australia Ke Zona Asia, Seharusnya Menjadi Australasia

Ini bak dongeng perkawinan. Setelah berjuang dan menanti selama 45 tahun, sebuah pinangan untuk mengawini pujaan hatinya, tahun ini hampir pasti kesampaian. Mempelai laki-laki, anggap saja begitu, adalah Australia. Mempelai wanitanya siapa lagi jikalau bukan Asia, dalam hal ini AFC. Pinangan pertama telah diajukan ke Kuala Lumpur, markas besar AFC, pada 8 Maret silam yang disaksikan oleh FIFA sebagai calon penghulu perkawinan kelak.

 sebuah pinangan untuk mengawini pujaan hatinya Australia Ke Zona Asia, Seharusnya Menjadi Australasia
Sebulan sebelumnya Australia (28/2) minta izin OFC (Konfederasi Sepak Bola Oseania), besan pertama, di Noumea, Kaledonia Baru. Untuk mencari Hari-H pada 23 Maret bos FFA Frank Lowy mengundang 'besan kedua' adalah Presiden AFC, Mohammad bin Hammam, ke Sydney.

Dalam pertemuan penuh hubungan itu, nyaris tiada permintaan dan cita-cita yang tidak disepakati. Intinya, bos AFC itu ingin memberikan diri bahwa Asia akan menjadi mertua yang baik bagi Australia. "Pertama-tama yang ingin kami ungkapkan...," buka Bin Hammam pada sambutannya, "...ini ialah saatnya sepak bola telah bersatu. Secara umum, bergabungnya Australia ke AFC merupakan keuntungan bagi persepak-bolaan dunia. Kami juga percaya ini sebuah kejadian yang paling pas dengan pihak yang sempurna."

"Cinta pada pandangan pertama telah muncul semenjak kita pertama kali bertemu di Kuala Lumpur tahun lalu, balas Lowy dengan bercanda. Semua hadirin di ruangan itu tersenyum simpul dan bersahaja. Di pihak lain, walau ada kesan pasrah dan rada duka, hasilnya dengan bangga OFC mendukung impian 'putra sulungnya' itu semata biar lebih bisa berkembang di kala mendatang. Pada 17 April kemarin, restu telah keluar usai rapat executive committee yang dipimpin pribadi Presiden OFC, Reynard Temarii.

Saat Pengesahan

Mereka sepakat menerima proporsal resmi keluarnya Federasi Sepak Bola Australia (FFA) dari keanggotaan di OFC serta mendukung bergabungnya FFA ke AFC sebagai bab dari relasi baik. Harapan OFC pada Australia ialah tetap memainkan peranan penting menyangkut training dan kolaborasi lain. Sampai kapan pun, OFC tetap menganggap Australia sebagai keluarganya sendiri. Duh, melankolisnya.

"Sepak bola yaitu sebuah permainan yang berkembang dan pada waktunya kami menerima kenyataan itu. Saya mendukung penuh kepindahan Australia ke Asia demi pembangunan sepak bola di Australia itu sendiri, kesempatan yang juga bisa didapat anggota lainnya. Hikmah di balik ini yaitu kami harus bekerja lebih keras lagi untuk mengembangkan sepak bola di wilayah ini," ungkap Temarii tanpa bermaksud menyindir niat Selandia Baru untuk mengikuti jejak kakaknya.

Kini kedua pihak dan kedua mempelai tinggal menunggu Hari-H yang telah ditentukan, ialah pada Juni mendatang, abad para anggota Executive Committee FIFA akan mengadakan rapat untuk memberi cap stempel karetnya atau tidak. Tapi bagai laki-laki yang ngebet kawin, pihak FFA amat yakin hasrat Australia akan menjadi kenyataan.

Enaknya lagi, sehabis bergabung nanti, peluang Australia tampil di Piala Dunia 2006 tetap terbuka. Tinggal mengatasi Kepulauan Salomon di play-off zona Oseania pada September 2005, The Socceroos kembali menanti siapa peringkat lima zona Amerika Selatan yang akan dihadapinya untuk memperebutkan satu tiket terakhir pada November 2005. Kejadian pindah-pindahan mirip ini kembali merepotkan FIFA. Iya kalau dari Asia ke Eropa, yang sama-sama banyak anggotanya. Bagaimana kalau dari zona bubuk-abu di mana anggotanya terbatas dan peta kekuatannya terbilang gurem?

Piala Asia 2007

Langkah egoistis Australia ini bahu-membahu merugikan dua pihak sekaligus, Asia dan Oseania. Dengan masih simpang siur kepastian jatah tetap tiket ke Piala Dunia berikutnya bagi zona Asia, sudah tentu peta persaingan kian berat. Sementara itu, gigi OFC juga makin tumpul saja karena selama ini Australia adalah maestro wilayah Oseania. Bagi sebagian negara Asia atau anggota AFC, nama Australia bukanlah sesuatu yang aneh.
 sebuah pinangan untuk mengawini pujaan hatinya Australia Ke Zona Asia, Seharusnya Menjadi Australasia
Stan Lazaridis vs Ismed Sofyan. Tetangga terdekat.
Sejak ikut Pra-Piala Dunia di 1965, mereka telah mengikat diri dengan Asia hingga kembali ke zona Oseania pada 1989. Dengan Indonesia, Australia dua kali sekandang pada PPD 1973 dan 1981 dalam zona Asia/Oseania. Memang obsesi Australia adalah World Cup. Dengan membanjirnya bakat dan bintang yang melimpah - sebut saja misalnya Tim Cahill (Everton), Harry Kewell (Liverpool), Stan Lazaridis (Birmingham City) atau Brett Emerton (Blackburn Rovers) - hampir seluruh rakyat, bahkan termasuk PM John Howards, sangat mendukung ilham brilian tersebut.

Australia pertama dan terakhir kali tampil di Piala Dunia pada 1974 di Jerman. Belakangan, mereka selalu gagal di dikala-saat simpulan. Bahkan pada tiga kualifikasi Piala Dunia terakhir The Socceroos selalu tersisih secara tragis. Menjelang 2002 disingkirkan Uruguay, pada 1998 disisihkan Iran, dan pada 1994 oleh Argentina. 

Akankah mereka gagal lagi menuju Jerman 2006? Tampaknya tidak, alasannya Australia telah meninggalkan statusnya sebagai jawara Osenia, yang selalu gagal jika diadu secara play-off oleh wakil Amerika Latin atau Asia. Dengan masuk wakil Asia, kemungkinan mereka lolos eksklusif ke Piala Dunia terbilang besar. Itulah seni manajemen, alasan, atau tepatnya "nalar bulus" mereka sampai mau pindah zona. Zona AFC hanya ditawarkan perkembangan pasar dan persaingan yang kompetitif, namun secara langsung, Australia menangguk keuntungan jauh lebih besar.

Pengukuhan Australia sebagai anggota AFC yang ke-46 akan dirayakan sekitar September depan pada rapat eksekutif AFC di Kuala Lumpur. Setelah itu, akan dipastikan Australia sudah mampu mengikuti kualifikasi Piala Asia 2007 yang putaran finalnya menurut rencana akan berlangsung di empat negara sekaligus: Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Setelah lamarannya dua kali ditolak AFC pada 1960 dan 1972, akibatnya keinginan panjang Australia untuk membina kembali mahligai sepak bolanya dengan bangsa-bangsa Asia kesampaian sudah. Mungkin, pada waktunya nanti, kedua benua itu  harus siap menanti kelahiran 'buah perkawinan' mereka yang akan diberi nama zona Australasia

Australia vs Asia Di Kualifikasi Piala Dunia


Pra-Piala Dunia 1966                                    21 November 1965     vs Korea Utara 1-6   (Phnom Penh)  24 November 1965     vs Korea Utara 1-3   (Phnom Penh)  Pra-Piala Dunia 1970                                    10 Oktober 1969      vs Jepang 3-1        (Seoul)       14 Oktober 1969      vs Korea Selatan 2-1 (Seoul)       16 Oktober 1969      vs Jepang 1-1        (Seoul)       20 Oktober 1969      vs Korea Selatan 1-1 (Seoul)       Pra-Piala Dunia 1974                                    11 Maret 1973        vs Irak 3-1          (Sydney)      13 Maret 1973        vs Indonesia 2-1     (Sydney)      18 Maret 1973        vs Irak 0-0          (Melbourne)   24 Maret 1973        vs Indonesia 6-0     (Sydney)      18 Agustus 1973      vs Iran 3-0          (Sydney)      24 Agustus 1973      vs Iran 0-2          (Sydney)      28 Oktober 1973      vs Korea Selatan 0-0 (Sydney)      10 November 1973     vs Korea Selatan 2-2 (Seoul)       13 Oktober 1973      vs Korea Selatan 1-0 (Hong Kong)   Pra-Piala Dunia 1978                                    13 Maret 1977        vs Taiwan 3-0        (Suva)        16 Maret 1977        vs Taiwan 2-1        (Suva)        10 Juli 1977         vs Hong Kong 3-0     (Adelaide)    14 Agustus 1977      vs Iran 0-1          (Melbourne)   27 Agustus 1977      vs Korea Selatan 2-1 (Sydney)      16 Oktober 1977      vs Kuwait 1-2        (Sydney)      23 Oktober 1977      vs Korea Selatan 0-0 (Seoul)       30 Oktober 1977      vs Hong Kong 5-2     (Hong Kong)   19 November 1977     vs Kuwait 0-1        (Kuwait)      25 November 1977     vs Iran 0-1          (Teheran)     Pra-Piala Dunia 1982                                    20 Mei 1981          vs Indonesia 2-0     (Melbourne)   10 Juni 1981         vs Taiwan 3-2        (Adelaide)    30 Agustus 1981      vs Indonesia 0-1     (Jakarta)     6 September 1981     vs Taiwan 0-0        (Taipei)      Pra-Piala Dunia 1986                                    23 Oktober 1985      vs Taiwan 7-0        (Adelaide)    27 Oktober 1985      vs Taiwan 8-0        (Sydney)      Pra-Piala Dunia 1998                                    22 November 1997     vs Iran 1-1          (Teheran)     29 November 1997     vs Iran 2-2          (Melbourne)
 
(foto: footballaustralia)

0 comments:

Post a Comment