Friday, April 15, 2005

Australia Ke Zona Asia, Seharusnya Menjadi Australasia

Ini bak dongeng perkawinan. Setelah berjuang dan menanti selama 45 tahun, sebuah pinangan untuk mengawini pujaan hatinya, tahun ini hampir pasti kesampaian. Mempelai laki-laki, anggap saja begitu, adalah Australia. Mempelai wanitanya siapa lagi jikalau bukan Asia, dalam hal ini AFC. Pinangan pertama telah diajukan ke Kuala Lumpur, markas besar AFC, pada 8 Maret silam yang disaksikan oleh FIFA sebagai calon penghulu perkawinan kelak.

 sebuah pinangan untuk mengawini pujaan hatinya Australia Ke Zona Asia, Seharusnya Menjadi Australasia
Sebulan sebelumnya Australia (28/2) minta izin OFC (Konfederasi Sepak Bola Oseania), besan pertama, di Noumea, Kaledonia Baru. Untuk mencari Hari-H pada 23 Maret bos FFA Frank Lowy mengundang 'besan kedua' adalah Presiden AFC, Mohammad bin Hammam, ke Sydney.

Dalam pertemuan penuh hubungan itu, nyaris tiada permintaan dan cita-cita yang tidak disepakati. Intinya, bos AFC itu ingin memberikan diri bahwa Asia akan menjadi mertua yang baik bagi Australia. "Pertama-tama yang ingin kami ungkapkan...," buka Bin Hammam pada sambutannya, "...ini ialah saatnya sepak bola telah bersatu. Secara umum, bergabungnya Australia ke AFC merupakan keuntungan bagi persepak-bolaan dunia. Kami juga percaya ini sebuah kejadian yang paling pas dengan pihak yang sempurna."

"Cinta pada pandangan pertama telah muncul semenjak kita pertama kali bertemu di Kuala Lumpur tahun lalu, balas Lowy dengan bercanda. Semua hadirin di ruangan itu tersenyum simpul dan bersahaja. Di pihak lain, walau ada kesan pasrah dan rada duka, hasilnya dengan bangga OFC mendukung impian 'putra sulungnya' itu semata biar lebih bisa berkembang di kala mendatang. Pada 17 April kemarin, restu telah keluar usai rapat executive committee yang dipimpin pribadi Presiden OFC, Reynard Temarii.

Saat Pengesahan

Mereka sepakat menerima proporsal resmi keluarnya Federasi Sepak Bola Australia (FFA) dari keanggotaan di OFC serta mendukung bergabungnya FFA ke AFC sebagai bab dari relasi baik. Harapan OFC pada Australia ialah tetap memainkan peranan penting menyangkut training dan kolaborasi lain. Sampai kapan pun, OFC tetap menganggap Australia sebagai keluarganya sendiri. Duh, melankolisnya.

"Sepak bola yaitu sebuah permainan yang berkembang dan pada waktunya kami menerima kenyataan itu. Saya mendukung penuh kepindahan Australia ke Asia demi pembangunan sepak bola di Australia itu sendiri, kesempatan yang juga bisa didapat anggota lainnya. Hikmah di balik ini yaitu kami harus bekerja lebih keras lagi untuk mengembangkan sepak bola di wilayah ini," ungkap Temarii tanpa bermaksud menyindir niat Selandia Baru untuk mengikuti jejak kakaknya.

Kini kedua pihak dan kedua mempelai tinggal menunggu Hari-H yang telah ditentukan, ialah pada Juni mendatang, abad para anggota Executive Committee FIFA akan mengadakan rapat untuk memberi cap stempel karetnya atau tidak. Tapi bagai laki-laki yang ngebet kawin, pihak FFA amat yakin hasrat Australia akan menjadi kenyataan.

Enaknya lagi, sehabis bergabung nanti, peluang Australia tampil di Piala Dunia 2006 tetap terbuka. Tinggal mengatasi Kepulauan Salomon di play-off zona Oseania pada September 2005, The Socceroos kembali menanti siapa peringkat lima zona Amerika Selatan yang akan dihadapinya untuk memperebutkan satu tiket terakhir pada November 2005. Kejadian pindah-pindahan mirip ini kembali merepotkan FIFA. Iya kalau dari Asia ke Eropa, yang sama-sama banyak anggotanya. Bagaimana kalau dari zona bubuk-abu di mana anggotanya terbatas dan peta kekuatannya terbilang gurem?

Piala Asia 2007

Langkah egoistis Australia ini bahu-membahu merugikan dua pihak sekaligus, Asia dan Oseania. Dengan masih simpang siur kepastian jatah tetap tiket ke Piala Dunia berikutnya bagi zona Asia, sudah tentu peta persaingan kian berat. Sementara itu, gigi OFC juga makin tumpul saja karena selama ini Australia adalah maestro wilayah Oseania. Bagi sebagian negara Asia atau anggota AFC, nama Australia bukanlah sesuatu yang aneh.
 sebuah pinangan untuk mengawini pujaan hatinya Australia Ke Zona Asia, Seharusnya Menjadi Australasia
Stan Lazaridis vs Ismed Sofyan. Tetangga terdekat.
Sejak ikut Pra-Piala Dunia di 1965, mereka telah mengikat diri dengan Asia hingga kembali ke zona Oseania pada 1989. Dengan Indonesia, Australia dua kali sekandang pada PPD 1973 dan 1981 dalam zona Asia/Oseania. Memang obsesi Australia adalah World Cup. Dengan membanjirnya bakat dan bintang yang melimpah - sebut saja misalnya Tim Cahill (Everton), Harry Kewell (Liverpool), Stan Lazaridis (Birmingham City) atau Brett Emerton (Blackburn Rovers) - hampir seluruh rakyat, bahkan termasuk PM John Howards, sangat mendukung ilham brilian tersebut.

Australia pertama dan terakhir kali tampil di Piala Dunia pada 1974 di Jerman. Belakangan, mereka selalu gagal di dikala-saat simpulan. Bahkan pada tiga kualifikasi Piala Dunia terakhir The Socceroos selalu tersisih secara tragis. Menjelang 2002 disingkirkan Uruguay, pada 1998 disisihkan Iran, dan pada 1994 oleh Argentina. 

Akankah mereka gagal lagi menuju Jerman 2006? Tampaknya tidak, alasannya Australia telah meninggalkan statusnya sebagai jawara Osenia, yang selalu gagal jika diadu secara play-off oleh wakil Amerika Latin atau Asia. Dengan masuk wakil Asia, kemungkinan mereka lolos eksklusif ke Piala Dunia terbilang besar. Itulah seni manajemen, alasan, atau tepatnya "nalar bulus" mereka sampai mau pindah zona. Zona AFC hanya ditawarkan perkembangan pasar dan persaingan yang kompetitif, namun secara langsung, Australia menangguk keuntungan jauh lebih besar.

Pengukuhan Australia sebagai anggota AFC yang ke-46 akan dirayakan sekitar September depan pada rapat eksekutif AFC di Kuala Lumpur. Setelah itu, akan dipastikan Australia sudah mampu mengikuti kualifikasi Piala Asia 2007 yang putaran finalnya menurut rencana akan berlangsung di empat negara sekaligus: Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Setelah lamarannya dua kali ditolak AFC pada 1960 dan 1972, akibatnya keinginan panjang Australia untuk membina kembali mahligai sepak bolanya dengan bangsa-bangsa Asia kesampaian sudah. Mungkin, pada waktunya nanti, kedua benua itu  harus siap menanti kelahiran 'buah perkawinan' mereka yang akan diberi nama zona Australasia

Australia vs Asia Di Kualifikasi Piala Dunia


Pra-Piala Dunia 1966                                    21 November 1965     vs Korea Utara 1-6   (Phnom Penh)  24 November 1965     vs Korea Utara 1-3   (Phnom Penh)  Pra-Piala Dunia 1970                                    10 Oktober 1969      vs Jepang 3-1        (Seoul)       14 Oktober 1969      vs Korea Selatan 2-1 (Seoul)       16 Oktober 1969      vs Jepang 1-1        (Seoul)       20 Oktober 1969      vs Korea Selatan 1-1 (Seoul)       Pra-Piala Dunia 1974                                    11 Maret 1973        vs Irak 3-1          (Sydney)      13 Maret 1973        vs Indonesia 2-1     (Sydney)      18 Maret 1973        vs Irak 0-0          (Melbourne)   24 Maret 1973        vs Indonesia 6-0     (Sydney)      18 Agustus 1973      vs Iran 3-0          (Sydney)      24 Agustus 1973      vs Iran 0-2          (Sydney)      28 Oktober 1973      vs Korea Selatan 0-0 (Sydney)      10 November 1973     vs Korea Selatan 2-2 (Seoul)       13 Oktober 1973      vs Korea Selatan 1-0 (Hong Kong)   Pra-Piala Dunia 1978                                    13 Maret 1977        vs Taiwan 3-0        (Suva)        16 Maret 1977        vs Taiwan 2-1        (Suva)        10 Juli 1977         vs Hong Kong 3-0     (Adelaide)    14 Agustus 1977      vs Iran 0-1          (Melbourne)   27 Agustus 1977      vs Korea Selatan 2-1 (Sydney)      16 Oktober 1977      vs Kuwait 1-2        (Sydney)      23 Oktober 1977      vs Korea Selatan 0-0 (Seoul)       30 Oktober 1977      vs Hong Kong 5-2     (Hong Kong)   19 November 1977     vs Kuwait 0-1        (Kuwait)      25 November 1977     vs Iran 0-1          (Teheran)     Pra-Piala Dunia 1982                                    20 Mei 1981          vs Indonesia 2-0     (Melbourne)   10 Juni 1981         vs Taiwan 3-2        (Adelaide)    30 Agustus 1981      vs Indonesia 0-1     (Jakarta)     6 September 1981     vs Taiwan 0-0        (Taipei)      Pra-Piala Dunia 1986                                    23 Oktober 1985      vs Taiwan 7-0        (Adelaide)    27 Oktober 1985      vs Taiwan 8-0        (Sydney)      Pra-Piala Dunia 1998                                    22 November 1997     vs Iran 1-1          (Teheran)     29 November 1997     vs Iran 2-2          (Melbourne)
 
(foto: footballaustralia)

Australia Ke Zona Asia, Demi Pasar Dan Peluang

Banyak cara bagi sebuah negara untuk memperkuat atau mempercepat roda ekonominya. Salah satunya ikut serta ke dalam pusaran globalisasi sepak bola. Yang namanya urusan berskala internasional, kalau sudah atas nama bangsa atau pemerintah, dijamin tokcer, beres. Jargon tinggal dibikin, misalnya sebagai bagian dari dinamika ekonomi dunia, politik dunia, atau kebudayaan dunia.
Banyak cara bagi sebuah negara untuk memperkuat atau mempercepat roda ekonominya Australia Ke Zona Asia, Demi Pasar dan Peluang
Tim nasional Australia 2005.
Kepopuleran sepak bola sudah diakui di mana-mana. Olah raga ini dimainkan ratusan juta di seluruh dunia, ditonton oleh miliaran kepala dan kerap dibanjiri oleh berliter-liter air mata, bahkan darah. Universalitas olah raga ini memang sangat mengagumkan. Ia melintas batas, menembus lubang secepat membalikkan telapak tangan.

Sekarang jangan lagi terlampau banyak mati-matian di kompetisi skala nasional atau domestik. Sebagai prioritas, jika itu bisa dibilang, minimal targetnya sebatas regional kemudian perlahan-lahan ke internasional. Istilah ini terlalu biasa, mungkin yang pantas adalah internasionalisasi, globalisasi!

Sekarang memang sudah bukan lagi zaman yang berbau domestik, lokal. Yang namanya globalisasi bahkan sudah ada di dalam rumah. Tontonan eksklusif sepak bola Premier League dari ESPN atau Sky, misalnya, bisa ditonton entah itu di kamar tidur, ruang tamu, atau bahkan kamar mandi!

Karena itu, siapa sih yang tak termakan oleh sesuatu yang mengalir di dalamnya? Tentu saja maksudnya uang. Sepak bola yakni pasar yang sangat besar. Empat dari lima penduduk bumi kenal olah raga ini. Jumlah pelaku aktif dari yang mulai awam sampai profesional plus investor plus konsumennya ialah setengah dari jumlah yang kenal dengan olah raga ini tadi. Nah, mampu dibayangkan aura manfaatnya?

Karena menjadi wilayah yang terbanyak penduduknya di bumi, wajar Asia dan Oseania tetap menjadi buruan investor. Meski ketimpangan sosio-kultur dan sosio-politiknya mampu saja menjadi hambatan, angka pertumbuhan ekonomi Asia cukup menjanjikan. Termasuk untuk bisnis kolosal seperti sepak bola.

Sebagai negara benua dengan jumlah populasi seukuran pulau, tentu saja Australia ingin juga bermain, bahkan berada di pasar yang besar. Kini mereka telah merapatkan diri. Boleh dikatakan bahwa secara umum Asia dan Oseania ialah wilayah paling buntut di percaturan sepak bola dunia. Alam yang begitu luas dan cuaca keras lagipula amat kontradiktif, serta belahan lain yang dipenuhi lautan dan kepulauan terpencil, terperinci bin terang menjadi hambatan paling wahid untuk menuai perkembangan yang kondusif.

Ditambah dengan ketimpangan strata ekonomi antar-region - di mana barat dan timur begitu makmur dibanding zona tengah, selatan, dan tenggara - jalan roda kompetisi akan memakan biaya tinggi. Transportasi atau kemudahan juga mampu bermasalah lantaran perbedaan standar gaya hidup. Bagaimana standar stadion plus kamar gantinya, hotel, tempat latihan, keamanan, kenyamanan, atau kelancaran jalan masuk kemudian lintasnya? Belum lagi ruwetnya menghadapi belitan birokrasi.

Banyak cara bagi sebuah negara untuk memperkuat atau mempercepat roda ekonominya Australia Ke Zona Asia, Demi Pasar dan Peluang
Pasar sepak bola Australia semakin ramai.
Gara-gara soal faktor nonteknis begini, seringkali sulit bagi Asia dan Oseania untuk bersaing, jangankan dengan Eropa, dengan Afrika atau Amerika Latin saja dijamin bakal megap-megap terus. Lantas sampai kapan permasalahan tadi bisa diselesaikan AFC? Yang terang, itu tergantung pada niat dan kemauan para pentolan konfederasi sepak bola Asia, yang didominasi orang-orang Arab, Cina, Korea, atau Melayu.

Sudah bukan diam-diam lagi selama ini di tubuh sepak bola paling berkuasa se-Asia itu masih terjadi klik, perseteruan, dan perang kepentingan yang melibatkan bisnis hingga politik. Artinya, AFC harus konsisten dengan visi dan misinya dengan penitikberatan lebih ke entertainment, hiburan.

Prospek Indonesia

"Inti sepak bola adalah harus menghibur semua orang. Jangan hingga beliau dijadikan alat oleh sebagian kecil orang yang rakus bin tamak, yang dengan imbas atau kekuatan uangnya mampu seenaknya memutuskan apa saja, bahkan bisa menghentikan perkembangan sepak bola kalangan bawah dan menghancurkan fondasi sepak bola bangsa," begitu yang pernah ditulis Presiden FIFA, Sepp Blatter, dalam tulisannya di The Financial Times edisi 29 September 2004.

Jelas sudah bahwa intinya adalah football must remain be entertainment for all. Nah, bila para petinggi AFC belum setuju dalam mencapai tujuannya, bagaimana program gres AFC yakin Vision Asia bisa berjalan sesuai harapan? Ketika AFC mengumandangkan tekad bahwa kemajuan sepak bola Asia harus diawali oleh masing-masing region, artinya perhatian untuk Central/South Asia dan South East Asia harus lebih besar ketimbang West Asia atau East Asia.

Banyak cara bagi sebuah negara untuk memperkuat atau mempercepat roda ekonominya Australia Ke Zona Asia, Demi Pasar dan Peluang
Rakyat Indonesia kedatangan 'musuh gres'
Masuknya Australia ke zona Asia, yang kelak bakal diikuti oleh Selandia Baru memang akan memberi tantangan bagi AFC untuk bekerja lebih keras lagi. Namun, di sana juga akan mendatangkan kesulitan bagi anggota usang. Indonesia misalnya. Tanpa Australia dan Selandia Baru saja sudah teramat sulit kita lolos ke Piala Dunia.

Salah sendiri. Selama ini tak ada ide dan pikiran, keberanian dan hasrat, demi mengubah nasib dengan cara mencoba atau melobi, katakanlah mengajak Filipina atau Timor Leste untuk meramaikan dan bergabung ke zona Oseania, sehingga mampu dapat satu jatah resmi dari FIFA.

Tengoklah Arab Saudi dan Iran di  barat, Korea Selatan dan Jepang di timur, yang ibarat telah memesan empat tiket Asia di Piala Dunia. Satu lagi diperebutkan oleh Kuwait, Qatar, UEA, Bahrain, Irak, Uzbekistan, atau Cina, yang harus play-off melawan limpahan dari zona Eropa. Kini malah muncul Australia, tim Eropa kelas dua setengah.

Melihat gelagat ini, tak ayal lagi, jalan wilayah Asia Tenggara ikutan World Cup makin panjang dan berliku. Bahkan termasuk kejuaraan lokal setingkat Piala Tiger atau SEA Games seandainya Australia diterima sebagai anggota khusus ASEAN. Ke wilayah mana Australia nanti dimasukkan AFC sehabis bergabung? Belum jelas. Apakah bule-bule itu juga bisa tampil di Piala Tiger juga misterius.

Mitos dan Visi
Banyak cara bagi sebuah negara untuk memperkuat atau mempercepat roda ekonominya Australia Ke Zona Asia, Demi Pasar dan Peluang
Australia vs Indonesia. Bakal sering terjadi.
Selama ini sejarah sudah memberi bukti. Kemajuan di wilayah barat dan timur jauh lebih konkret, baik dari segi perkembangannya maupun prestasi. Mereka selalu bergantian menjuarai Piala Asia sejak awal. Dimulai oleh Korea Selatan pada 1956 dan 1960, Israel (1964), Iran (1968, 1972, 1976), Kuwait (1980), Arab Saudi (1984, 1988, 1996) hingga Jepang (1992, 2000, 2004). Di luar timur dan barat, seumur-umur cuma India (1964) dan Myanmar (1968) saja yang pernah mencapai pentas simpulan.

Zona timur dan barat juga paling sering mewakili Asia di Piala Dunia. Arab Saudi, Iran, Korea Selatan dan Jepang paling tradisional dan belakangan diikuti Kuwait, Uni Emirat Arab atau Cina. Bagaimana dengan prospek wilayah lain untuk tampil di World Cup di masa depan? Tetap gelap! Hal itu gres bisa dikatakan terperinci jika AFC dengan seadil-adilnya hingga memberi masing-masing satu tiket untuk setiap wilayah!

Mitos bahwa timur dan barat lebih berkuasa bekerjsama justru berkebalikan dengan akar sejarah persepak bolaan di Asia. Banyak fakta yang seharusnya mampu mengangkat harkat wilayah Asia Tenggara atau Asia Selatan dan Asia Tengah. Sejarah membuktikan bahwa Asia Tenggara merupakan daerah asal muasalnya persepak-bolaan Asia diinagurasi pertama kali.

Pada bulan April 1913 di Manila, Filipina, digelar turnamen sepak bola se-Asia yang diberi nama The Far Eastern Games. Siapa juaranya? Tuan rumah! Bayangkan, Filipina! Di tamat mereka mengalahkan Cina 2-1. Sayang tradisi dan grass root sepak bola Filipina hancur lebur jadi bubuk sesudah Amerika Serikat menguasai negeri kepulauan itu dikala Perang Dunia II.

Tingkat kemajuan sepak bola Asia beraneka ragam. Di tenggara bak seekor siput, lambat. Di selatan malah diam tak bergerak. Sementara itu, langkah di barat dan timur malah cepat dan amat proaktif sehingga bisa meyakinkan pihak Arsenal, Real Madrid, atau Manchester United sebagai pasar globalnya.

Ini salah satu alasan mengapa Australia masuk Asia. Mereka melihat pasar sepak bola yang besar seiring dengan prediksi akan menghebatnya pertumbuhan ekonomi Asia. Mereka mempunyai visi ke depan yang lebih mumpuni.


ASIAN MILESTONES


Bermula dari sebuah turnamen di Filipina pada 1913, lalu lolosnya Dutch East Indies (nama lama Indonesia) ke Piala Dunia 1938 dan kehebohan buatan Korea Utara dikala melibas Italia di Piala Dunia 1966, hingga munculnya sejarah fenomenal bin spektakuler Korea Selatan tatkala nyelonong ke semifinal Piala Dunia 2002, pesta sepak bola dunia pertama di wilayah Asia, progresivitas persepak-bolaan kontinen ini makin terarah meski tetap terbilang lambat. Berikut sebelas tonggak perjalanan persepak-bolaan Asia di percaturan dunia.

👉 April 1913 di Manila, Filipina, diadakan The Far Eastern Games yang menjadi cikal bakal kejuaraan sepak bola pertama di Asia. Filipina menjadi juara pertama kali usai mengalahkan Cina 2-1 di akhir. Di kurun-era berikutnya hingga 1934, Cina mendominasi turnamen dengan 9 kali menjadi juara, termasuk menjadi juara bersama dengan Jepang pada 1930.

👉 Pada 1938, atas campur tangan pemerintahan kolonial Belanda dan belum terciptanya iklim perkembangan sepak bola bangsa-bangsa Asia, membawa keberuntungan bagi Dutch East Indies yang mewakili zona Asia ke Piala Dunia 1938 di Prancis.

👉 Pada 8 Mei 1954, tahun yang sama berdirinya UEFA di Eropa, 12 negara Asia - Afghanistan, Myanmar, Taiwan, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Pakistan, Filipina, Singapura, dan Vietnam - sepakat mendirikan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) di Manila. Man Kam Loh dari Hong Kong terpilih sebagai presiden pertama AFC.

👉 Pada 1956, diselenggarakan Piala Asia pertama di Hong Kong dengan 12 peserta. Korea Selatan menjadi juara pertama kali usai mengatasi Israel di final.

👉 Pada 25 November 1961, seorang pemain asal Hong Kong, Cheung Chi-doy, mencetak sejarah sehabis membuat gol di Premier League (Divisi 1) untuk Blackpool ketika melawan Sheffield Wednesday.

👉 Pada 30 Mei 1965, Malaysia mengalahkan Hong Kong dalam sebuah pertandingan sepak bola wanita Asia pertama. Selang satu dekade, AFC Women's Championship digelar pertama kali dan dimenangi Thailand setelah mengatasi Hong Kong, Singapura, Malaysia, Australia, dan Selandia Baru di final. Pada 1991, Cina menuai sejarah dikala menjadi host Piala Dunia Wanita. Sayang di selesai mereka kalah dari AS.

👉 Pada 1979, turnamen kelas dunia pertama diadakan di Asia. Jepang menjadi tuan rumah FIFA World Youth Championship, kejuaraan yang kelak melahirkan legenda dunia, Diego Armando Maradona. Argentina meraih juara pertama kali. Pada 1985, giliran Cina menjadi tuan rumah pertama FIFA U-17 World Championship yang dimenangi Nigeria. Kejuaraan kelas dunia ketiga di Asia lagi-lagi digelar di Jepang, yang bersama Korea Selatan menjadi tuan rumah World Cup 2002.

👉 Pada 1980, penyerang top Korea Selatan, Cha Bum-keun, menjadi orang Asia pertama yang memenangi trofi Eropa setelah membawa Eintracht Frankfurt menjuarai Piala UEFA. Cha tampil di Bundesliga selama 8 musim dengan rekor 308 kali main dan 98 gol, termasuk di klub terakhirnya, Bayer Leverkusen.

👉 Pada 1994, usai aksi gemilangnya di Piala Dunia 1994 di AS, striker Arab Saudi, Said Owayran, memenangkan pemilihan Pemain Asia Terbaik (AFC Player of the Year Award) pertama kali. Golnya ke gawang Belgia, dengan menjelajahi setengah lapangan dan menaklukkan setengah para pemain lawan, menjadi salah satu The World Cup's Greatest Goals sampai sekarang. Sejajar dengan greatest goal ciptaan Diego Maradona tatkala mencetak gol kedua ke gawang Inggris di Piala Dunia 1986 di Meksiko.

👉 Pada Maret 1999, Iran menjuarai AFC Futsal Championship pertama di Malaysia. Di simpulan mereka menghancurkan Korea Selatan 9-1.

👉 Pada Oktober 2003, klub asal Uni Emirat Arab, Al-Ain, menjuarai AFC Champions League pertama kali. Klub ini dilatih oleh Bruno Metsu, laki-laki asal Prancis yang pada tahun sebelumnya mempermalukan negaranya sendiri tatkala tim asuhannya, Senegal, mengalahkan si juara dunia Les Bleus 1-0 lewat gol Papa Bouba-Diop.

(foto: footballaustralia)